Jakarta (antarasulteng.com) - Pengamat politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia (Lima), Ray Rangkuti, menilai kenaikan harga gas elpiji 12 kg di awal tahun 2014 ini, dapat juga dilihat sebagai skenario politik dengan dua target sekaligus.
"Target pertama dan minimal adalah menjadikan Menteri BUMN Dahlan Iskan sebagai sasaran tembak. Yakni menjadikan nama Dahlan tercemar di mata masyarakat luas, khususnya kelas menengah dan bawah," kata Ray, di Jakarta, Minggu.
Hal itu, kata dia, tentu tak lepas dari makin kokohnya nama Dahlan Iskan sebagai pemuncak dalam berbagai survei kandidat capres Partai Demokrat. Sementara nama yang digadang-gadang nampaknya tak jua menuai kesan postif di masyarakat.
"Bila nama Dahlan dibuat buruk di masyarakat, maka ada kemungkinan nama-nama yang diinginkan terpilih dalam konvensi akan makin mudah dinominasikan," kata Ray.
Target kedua, lanjut dia, menjadikan partai-partai koalisi sebagai pahlawan untuk menaikkan elektabilitas partai-partai koalisi.
"Sejak awal kemungkinan memang dibuat skenario untuk menaikan harga elpiji, tetapi sekaligus begitu diumumkan Pertamina, akan dibatalkan oleh partai-partai yang sebelumnya mendukung," katanya.
Target dari skenario ini menurut Ray, agar partai koalisi terlihat pro rakyat, peduli pada kesulitan dan sensitif terhadap kehendak publik. Dengan begitu pula, sedikit banyak diharapkan akan dapat menaikkan baik popularitas maupun elektabilitas partai.
"Dalam hal ini terlihat sangat dominan menolak adalah Demokrat dan PAN. Padahal sebelumnya, dua partai ini kalau tak disebut mendukung (kebijakan), seolah membiarkan Pertamina mengambil sendiri kesimpulan menaikkan atau menurunkan harga gas elpiji," katanya.
Kini setelah dinaikkan dan terlihat ada amarah masyarakat, dua parpol ini buru-buru balik badan seolah tidak mendukung sama sekali. Mereka menurut Ray, bahkan mengecam Pertamina seolah tak sensitif dengan beban masyarakat.
"Inilah nampaknya dua target yang hendak dicapai dalam skenario kenaikan harga gas elpiji. Kita tunggu skenario dan permainan berikutnya," kata Ray.(skd)
"Target pertama dan minimal adalah menjadikan Menteri BUMN Dahlan Iskan sebagai sasaran tembak. Yakni menjadikan nama Dahlan tercemar di mata masyarakat luas, khususnya kelas menengah dan bawah," kata Ray, di Jakarta, Minggu.
Hal itu, kata dia, tentu tak lepas dari makin kokohnya nama Dahlan Iskan sebagai pemuncak dalam berbagai survei kandidat capres Partai Demokrat. Sementara nama yang digadang-gadang nampaknya tak jua menuai kesan postif di masyarakat.
"Bila nama Dahlan dibuat buruk di masyarakat, maka ada kemungkinan nama-nama yang diinginkan terpilih dalam konvensi akan makin mudah dinominasikan," kata Ray.
Target kedua, lanjut dia, menjadikan partai-partai koalisi sebagai pahlawan untuk menaikkan elektabilitas partai-partai koalisi.
"Sejak awal kemungkinan memang dibuat skenario untuk menaikan harga elpiji, tetapi sekaligus begitu diumumkan Pertamina, akan dibatalkan oleh partai-partai yang sebelumnya mendukung," katanya.
Target dari skenario ini menurut Ray, agar partai koalisi terlihat pro rakyat, peduli pada kesulitan dan sensitif terhadap kehendak publik. Dengan begitu pula, sedikit banyak diharapkan akan dapat menaikkan baik popularitas maupun elektabilitas partai.
"Dalam hal ini terlihat sangat dominan menolak adalah Demokrat dan PAN. Padahal sebelumnya, dua partai ini kalau tak disebut mendukung (kebijakan), seolah membiarkan Pertamina mengambil sendiri kesimpulan menaikkan atau menurunkan harga gas elpiji," katanya.
Kini setelah dinaikkan dan terlihat ada amarah masyarakat, dua parpol ini buru-buru balik badan seolah tidak mendukung sama sekali. Mereka menurut Ray, bahkan mengecam Pertamina seolah tak sensitif dengan beban masyarakat.
"Inilah nampaknya dua target yang hendak dicapai dalam skenario kenaikan harga gas elpiji. Kita tunggu skenario dan permainan berikutnya," kata Ray.(skd)