Parigi (ANTARA) - Berawal dari pendemi COVID-19 seorang artis ibu kota Jakarta kelahiran Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Moh Faris Papeo merilis satu single Kaili pop modern berjudul 'Haja Nulara' atau "Permintaan Hati" yang saat ini telah masuk di label salah satu industri musik Tanah Air.
Paris, sapaan akrab pria ini saat berada di Parigi, Senin mengatakan lagu ciptaannya tidak direncanakan sebelumnya. Setelah konser di Palu pada awal tahun 2020 bersama salah seorang gitaris band Ungu, ia balik ke Parigi berziarah makam orang tuanya.
"Begitu saya berencana pulang ke Jakarta, tersiar kabar COVID-19 akhirnya untuk sementara saya bertahan di Parigi. Setelah saya berbulan-bulan di sini, saya diminta bikin satu lagu Kaili oleh teman-teman dan akhirnya lagu itu diterima salah satu industri musik di Jakarta yang menanungi saya dan lagu ini solo," kata Paris menceritakan awal mula pembuatan single tersebut.
Peluncuran singel terbarunya berlangsung di salah satu cafe di Parigi pada Minggu (7/6) malam.
Dia mengkail lagu pop Kaili modern ciptaannya ini sudah masuk di tangga lagu nasional bahkan juga sudah menghiasi kanal YouTube.
Paris salah satu pria asal Parigi Moutong yang berhasil berkarir di dunia musik Tanah Air sedikitnya sudah memproduksi sekitar 20 lagu. Ia juga sudah malang melintang satu dapur rekaman dengan para musisi nasional, salah satunya Muhammad Charly Van Houtten atau dikenal sebagai Charly, vokalis Setia Band yang saat ini satu label dengan Paris dibawa naungan MSI Record Jakarta.
Bahkan di Bulan Suci Ramadhan lalu, ia juga sempat merilis satu single religi berjudul Astaghfirullah.
"Sebagai putra daerah, saya bangga lagu ini masuk di tangga lagu nasional, dan mungkin lagu ini satu-satunya lagu Kaili yang masuk label industri musik Tanah Air," ujar putra dari Amin Papeo, seorang tokoh politik pemekaran Kabupaten Parigi Moutong ini.
Paris mengemukakan lagu 'Haja Nulara' dibuat dalam waktu singkat hingga pembuatan video klip berlokasi di Parigi Moutong yang melibatkan anak-anak muda setempat sebagai pemeran dalam video tersebut.
"Ternyata anak-anak muda di Parigi Moutong semakin berkembang. Buktinya mereka mampu memerankan video klip di single ini dan video ini diakui musisi-musisi di Jakarta, saya salut dengan mereka," kata Paris menambahkan.
Lewat single itu, dia berharap dapat memotivasi musisi-musisi di Sulawesi Tengah agar terus berkarya hingga menembus dinding industri musik nasional.
Paris, sapaan akrab pria ini saat berada di Parigi, Senin mengatakan lagu ciptaannya tidak direncanakan sebelumnya. Setelah konser di Palu pada awal tahun 2020 bersama salah seorang gitaris band Ungu, ia balik ke Parigi berziarah makam orang tuanya.
"Begitu saya berencana pulang ke Jakarta, tersiar kabar COVID-19 akhirnya untuk sementara saya bertahan di Parigi. Setelah saya berbulan-bulan di sini, saya diminta bikin satu lagu Kaili oleh teman-teman dan akhirnya lagu itu diterima salah satu industri musik di Jakarta yang menanungi saya dan lagu ini solo," kata Paris menceritakan awal mula pembuatan single tersebut.
Peluncuran singel terbarunya berlangsung di salah satu cafe di Parigi pada Minggu (7/6) malam.
Dia mengkail lagu pop Kaili modern ciptaannya ini sudah masuk di tangga lagu nasional bahkan juga sudah menghiasi kanal YouTube.
Paris salah satu pria asal Parigi Moutong yang berhasil berkarir di dunia musik Tanah Air sedikitnya sudah memproduksi sekitar 20 lagu. Ia juga sudah malang melintang satu dapur rekaman dengan para musisi nasional, salah satunya Muhammad Charly Van Houtten atau dikenal sebagai Charly, vokalis Setia Band yang saat ini satu label dengan Paris dibawa naungan MSI Record Jakarta.
Bahkan di Bulan Suci Ramadhan lalu, ia juga sempat merilis satu single religi berjudul Astaghfirullah.
"Sebagai putra daerah, saya bangga lagu ini masuk di tangga lagu nasional, dan mungkin lagu ini satu-satunya lagu Kaili yang masuk label industri musik Tanah Air," ujar putra dari Amin Papeo, seorang tokoh politik pemekaran Kabupaten Parigi Moutong ini.
Paris mengemukakan lagu 'Haja Nulara' dibuat dalam waktu singkat hingga pembuatan video klip berlokasi di Parigi Moutong yang melibatkan anak-anak muda setempat sebagai pemeran dalam video tersebut.
"Ternyata anak-anak muda di Parigi Moutong semakin berkembang. Buktinya mereka mampu memerankan video klip di single ini dan video ini diakui musisi-musisi di Jakarta, saya salut dengan mereka," kata Paris menambahkan.
Lewat single itu, dia berharap dapat memotivasi musisi-musisi di Sulawesi Tengah agar terus berkarya hingga menembus dinding industri musik nasional.