Palu (ANTARA) - Bupati Donggala, Sulawesi Tengah, Kasman Lassa, menyediakan lahan seluas 30 hektare di Desa Limboro, Kecamatan Banawa Tengah, sebagai lahan budidaya tanaman kelor untuk pemberdayaan masyarakat setempat.
"Budidaya kelor ini sepenuhnya melibatkan masyarakat petani dan mereka yang belum memiliki pekerjaan," kata Kasman Lassa, di Palu, Jumat, terkait budidaya kelor.
Kasman mengemukakan, di lahan tersebut saat ini petani telah mulai menanam kelor dan dibimbing oleh delapan instruktur daerah.
"Delapan orang instruktur ini pernah mengikuti pelatihan di Blora, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu," katanya.
Kasman menerangkan, dana yang digunakan untuk membiayai budidaya tersebut bersumber dari dana pribadinya, karena lahan yang digunakan milik orang tuanya sendiri.
Budidaya itu diberi nama Kebun Kelor Bukit Bente Lassa Kaili. Di situ, sebut dia, setiap warga diberi upah Rp40 ribu/hari kerja.
Terdapat 158 masyarakat petani dari beberapa kelompok tani yang dilibatkan dalam budidaya kelor itu.
"Di dalam kawasan kebun kelor itu, di situ sudah termasuk dengan kegiatan pengerikan dan pengelolaannya," ujarnya.
Dia mengakui sejauh ini dirinya belum membangun kerjasama dengan pihak-pihak manapun, baik lembaga pemerintah ataupun swasta, termasuk dalam pembangunan SDM petani.
"Sama sekali belum ada kerjasama dengan lembaga pemerintah dan swasta, namun nanti akan mengarah ke sana," sebut dia.
Bahkan, kata Kasman, hingga saat ini belum ada kerjasama dengan pihak mana-pun terkait dengan pemasaran kelor tersebut. Namun, dirinya akan mencari jaringan untuk membuka jalur pasar itu.
"Ini kita lakukan secara bertahap, saat ini kan masih dalam penanaman. Nanti akan mengarah ke sana," ujarnya.
"Budidaya kelor ini sepenuhnya melibatkan masyarakat petani dan mereka yang belum memiliki pekerjaan," kata Kasman Lassa, di Palu, Jumat, terkait budidaya kelor.
Kasman mengemukakan, di lahan tersebut saat ini petani telah mulai menanam kelor dan dibimbing oleh delapan instruktur daerah.
"Delapan orang instruktur ini pernah mengikuti pelatihan di Blora, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu," katanya.
Kasman menerangkan, dana yang digunakan untuk membiayai budidaya tersebut bersumber dari dana pribadinya, karena lahan yang digunakan milik orang tuanya sendiri.
Budidaya itu diberi nama Kebun Kelor Bukit Bente Lassa Kaili. Di situ, sebut dia, setiap warga diberi upah Rp40 ribu/hari kerja.
Terdapat 158 masyarakat petani dari beberapa kelompok tani yang dilibatkan dalam budidaya kelor itu.
"Di dalam kawasan kebun kelor itu, di situ sudah termasuk dengan kegiatan pengerikan dan pengelolaannya," ujarnya.
Dia mengakui sejauh ini dirinya belum membangun kerjasama dengan pihak-pihak manapun, baik lembaga pemerintah ataupun swasta, termasuk dalam pembangunan SDM petani.
"Sama sekali belum ada kerjasama dengan lembaga pemerintah dan swasta, namun nanti akan mengarah ke sana," sebut dia.
Bahkan, kata Kasman, hingga saat ini belum ada kerjasama dengan pihak mana-pun terkait dengan pemasaran kelor tersebut. Namun, dirinya akan mencari jaringan untuk membuka jalur pasar itu.
"Ini kita lakukan secara bertahap, saat ini kan masih dalam penanaman. Nanti akan mengarah ke sana," ujarnya.