Washington (ANTARA) - Sejumlah peneliti yang mempelajari citra dari pesawat luar angkasa Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menemukan lautan dengan sumber air asin bawah tanah di Planet Ceres.
Temuan itu, yang diterbitkan pada Senin (10/8) di tiga jurnal ilmiah, yaitu Nature Astronomy, Nature Geoscience dan Nature Communications, dinilai dapat menjadi petunjuk awal soal kemungkinan adanya kehidupan di Ceres.
Oleh karena itu, para peneliti berharap temuan mereka dapat meningkatkan minat komunitas ilmiah terhadap planet kerdil tersebut.
Peneliti menemukan lautan di Ceres dari sejumlah data yang dikumpulkan pesawat antariksa Dawn milik NASA. Dawn berhasil terbang hingga mendekati jarak 35 kilometer (22 mil) dari permukaan Ceres pada 2018.
Data-data yang dikumpulkan Dawn memberi pengetahuan baru tentang Ceres, di antaranya bukti yang menunjukkan aktivitas kebumian/geologis di planet kerdil itu masih aktif, mengingat gunung api es/kriovolkano di Ceres masih menyemburkan material vulkanik dalam bentuk es.
Temuan itu juga membenarkan keberadaan sumber air asin bawah tanah, yang terbentuk dari sisa-sisa lautan yang perlahan membeku di bawah lapisan permukaan tanah.
"Bukti-bukti ini meningkatkan status Ceres sebagai 'dunia lautan', dan perlu diketahui, kategori ini tidak mewajibkan lautan itu harus memenuhi keseluruhan planet," kata seorang pakar planet dan ketua peneliti, Carol Raymond.
"Dalam kasus Ceres, kami tahu cairan di sumber air itu skalanya masih untuk area tertentu, kami belum dapat memastikan besaran sumber air itu mencapai ukuran satu planet/global. Namun, temuan yang paling penting adalah bahwa ada sumber air dalam ukuran besar," ia menerangkan.
Ceres merupakan planet kerdil dengan diameter sekitar 950 kilometer. Planet kerdil itu merupakan objek luar angkasa terbesar yang berada di antara Planet Mars dan Planet Jupiter.
Para ilmuwan memusatkan penelitiannya pada Occator Crater, kawah yang diameternya sepanjang 92 kilometer (57 mil). Kawah itu terbentuk sekitar 22 juta tahun lalu di wilayah utara Ceres. Occator memiliki dua area terang, lapisan kerak garam yang terbentuk akibat rembesan air di permukaan tanah yang menguap.
Peneliti menyimpulkan cairan itu berasal dari sumber air asin bawah tanah yang ditemukan di kedalaman sekitar 40 km (25 mil) dengan diameter ratusan kilometer. Sumber air bawah tanah itu berhasil ditemukan karena ada retakan yang memungkinkan air asin keluar ke permukaan.
Selain Bumi, jejak lautan di bawah tanah juga diketahui pernah ada di Europa -- nama bulan Planet Jupiter, Enceladus -- bulan di Planet Saturnus, dan Triton -- bulan di Planet Neptunus, serta planet kerdil Pluto.
Air dianggap sebagai material penting yang menjadi petunjuk adanya kehidupan. Para ilmuwan berupaya mempelajari kemungkinan apakah Ceres pernah dihuni oleh mikroba.
"Ada banyak ketertarikan (terhadap Ceres, red) pada tahap ini," kata pakar planet dari Laboratorium Propulsi Jet NASA, Julie Castillo. "Khususnya dalam mendalami kemungkinan adanya kehidupan di sumber air bawah tanah itu, mengingat di sana dingin dan banyak mengandung garam," katanya.
Sumber: Reuters
Temuan itu, yang diterbitkan pada Senin (10/8) di tiga jurnal ilmiah, yaitu Nature Astronomy, Nature Geoscience dan Nature Communications, dinilai dapat menjadi petunjuk awal soal kemungkinan adanya kehidupan di Ceres.
Oleh karena itu, para peneliti berharap temuan mereka dapat meningkatkan minat komunitas ilmiah terhadap planet kerdil tersebut.
Peneliti menemukan lautan di Ceres dari sejumlah data yang dikumpulkan pesawat antariksa Dawn milik NASA. Dawn berhasil terbang hingga mendekati jarak 35 kilometer (22 mil) dari permukaan Ceres pada 2018.
Data-data yang dikumpulkan Dawn memberi pengetahuan baru tentang Ceres, di antaranya bukti yang menunjukkan aktivitas kebumian/geologis di planet kerdil itu masih aktif, mengingat gunung api es/kriovolkano di Ceres masih menyemburkan material vulkanik dalam bentuk es.
Temuan itu juga membenarkan keberadaan sumber air asin bawah tanah, yang terbentuk dari sisa-sisa lautan yang perlahan membeku di bawah lapisan permukaan tanah.
"Bukti-bukti ini meningkatkan status Ceres sebagai 'dunia lautan', dan perlu diketahui, kategori ini tidak mewajibkan lautan itu harus memenuhi keseluruhan planet," kata seorang pakar planet dan ketua peneliti, Carol Raymond.
"Dalam kasus Ceres, kami tahu cairan di sumber air itu skalanya masih untuk area tertentu, kami belum dapat memastikan besaran sumber air itu mencapai ukuran satu planet/global. Namun, temuan yang paling penting adalah bahwa ada sumber air dalam ukuran besar," ia menerangkan.
Ceres merupakan planet kerdil dengan diameter sekitar 950 kilometer. Planet kerdil itu merupakan objek luar angkasa terbesar yang berada di antara Planet Mars dan Planet Jupiter.
Para ilmuwan memusatkan penelitiannya pada Occator Crater, kawah yang diameternya sepanjang 92 kilometer (57 mil). Kawah itu terbentuk sekitar 22 juta tahun lalu di wilayah utara Ceres. Occator memiliki dua area terang, lapisan kerak garam yang terbentuk akibat rembesan air di permukaan tanah yang menguap.
Peneliti menyimpulkan cairan itu berasal dari sumber air asin bawah tanah yang ditemukan di kedalaman sekitar 40 km (25 mil) dengan diameter ratusan kilometer. Sumber air bawah tanah itu berhasil ditemukan karena ada retakan yang memungkinkan air asin keluar ke permukaan.
Selain Bumi, jejak lautan di bawah tanah juga diketahui pernah ada di Europa -- nama bulan Planet Jupiter, Enceladus -- bulan di Planet Saturnus, dan Triton -- bulan di Planet Neptunus, serta planet kerdil Pluto.
Air dianggap sebagai material penting yang menjadi petunjuk adanya kehidupan. Para ilmuwan berupaya mempelajari kemungkinan apakah Ceres pernah dihuni oleh mikroba.
"Ada banyak ketertarikan (terhadap Ceres, red) pada tahap ini," kata pakar planet dari Laboratorium Propulsi Jet NASA, Julie Castillo. "Khususnya dalam mendalami kemungkinan adanya kehidupan di sumber air bawah tanah itu, mengingat di sana dingin dan banyak mengandung garam," katanya.
Sumber: Reuters