Donggala, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, siap berkolaborasi dengan Pemkab Donggala untuk membantu pemerintah kabupaten memasarkan hasil hutan bukan kayu (HHBK).
"Potensi HHBK di Kabupaten Donggala sangat banyak, namun salah satu kendala yang pasar yang sangat minim dan rendah bahkan hampir tidak ada," ucap Ketua HIPMI Donggala, Masrifan, di Donggala, Senin.
Menurut dia, Donggala memiliki kekayaan alam yang melimpah, mulai dari sektor kehutanan, perkebunan, kelautan dan perikanan serta pertanian.
Namun, sebagian besar potensi sektor tersebut belum mendapatkan pasar yang ideal yang terkoneksi langsung dengan petani, pekebun, nelayan, perajin dan sebagainya.
Potensi hasil hutan bukan kayu, tambahnya, menjadi salah satu contoh yang saat ini belum dikembangkan secara maksimal oleh Pemkab Donggala, padahal potensinya luar biasa.
Di Kabupaten Donggala ada kelompok tani hutan yang telah mengelola kelor, menjadi barang yang bernilai ekonomi. Oleh kelompok tani hutan itu, kelor diolah menjadi teh kelor, kopi kelor, keripik kelor dan sebagainya.
Kemudian kopi, bambu, rotan, gula aren. Bahkan, ada sebagian kelompok masyarakat di Donggala yang telah mengelola air alami dari pegunungan menjadi air baku yang layak dikonsumsi dalam skema jasa lingkungan.
"Sebagian besar kelompok yang mengelola HHBK dibina langsung oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Banawa Lalundu," ujarnya.
HIPMI, kata dia, melihat hal itu sebagai suatu potensi besar yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat dan warga sekitar hutan.
Karena itu, HIPMI Kabupaten Donggala, sebut Masrifan akan berkoordinasi dengan membangun kesepahaman dengan KPH Banawa Lalundu, juga dengan Pemkab Donggala untuk membantu pengembangan dan pemasaran HHBK.
"Kami juga akan berupa mengembangkan kapasitas masyarakat dalam mengelola HHBK, agar produk industri kecil dan menengah dari bahan baku hasil hutan bukan kayu yang dikelola masyarakat, bisa bersaing dengan produk lain dari daerah lain," ungkap dia.
"Potensi HHBK di Kabupaten Donggala sangat banyak, namun salah satu kendala yang pasar yang sangat minim dan rendah bahkan hampir tidak ada," ucap Ketua HIPMI Donggala, Masrifan, di Donggala, Senin.
Menurut dia, Donggala memiliki kekayaan alam yang melimpah, mulai dari sektor kehutanan, perkebunan, kelautan dan perikanan serta pertanian.
Namun, sebagian besar potensi sektor tersebut belum mendapatkan pasar yang ideal yang terkoneksi langsung dengan petani, pekebun, nelayan, perajin dan sebagainya.
Potensi hasil hutan bukan kayu, tambahnya, menjadi salah satu contoh yang saat ini belum dikembangkan secara maksimal oleh Pemkab Donggala, padahal potensinya luar biasa.
Di Kabupaten Donggala ada kelompok tani hutan yang telah mengelola kelor, menjadi barang yang bernilai ekonomi. Oleh kelompok tani hutan itu, kelor diolah menjadi teh kelor, kopi kelor, keripik kelor dan sebagainya.
Kemudian kopi, bambu, rotan, gula aren. Bahkan, ada sebagian kelompok masyarakat di Donggala yang telah mengelola air alami dari pegunungan menjadi air baku yang layak dikonsumsi dalam skema jasa lingkungan.
"Sebagian besar kelompok yang mengelola HHBK dibina langsung oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Banawa Lalundu," ujarnya.
HIPMI, kata dia, melihat hal itu sebagai suatu potensi besar yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat dan warga sekitar hutan.
Karena itu, HIPMI Kabupaten Donggala, sebut Masrifan akan berkoordinasi dengan membangun kesepahaman dengan KPH Banawa Lalundu, juga dengan Pemkab Donggala untuk membantu pengembangan dan pemasaran HHBK.
"Kami juga akan berupa mengembangkan kapasitas masyarakat dalam mengelola HHBK, agar produk industri kecil dan menengah dari bahan baku hasil hutan bukan kayu yang dikelola masyarakat, bisa bersaing dengan produk lain dari daerah lain," ungkap dia.