Palu (ANTARA) - Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Prof Dr Sagaf S Pettalongi MPd mengemukakan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sangat membantu dalam pemenuhan sarana prasarana penunjang kegiatan akademik di kampus tersebut.
"Sangat membantu, khususnya yang berkaitan dengan pemenuhan ruang kelas belajar dan laboratorium terpadu," ucap Rektor IAIN Palu Prof Dr Sagaf S Pettalongi MPd, di Palu, Senin.
Prof Sagaf mengemukakan IAIN Palu sangat membutuhkan bantuan Kementerian Agama untuk pemenuhan sarana prasarana utamanya ruang kelas belajar, melalui skema pembiayaan yang bersumber dari non rupiah murni atau SBSN.
Hal itu seiring dengan tuntutan kebutuhan IAIN Palu. Dimana, kata dia, setiap tahun tren mahasiswa baru mengalami peningkatan yang signifikan.
"Minat masyarakat terhadap IAIN Palu trennya setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah mahasiswa baru, berdampak langsung terhadap permintaan kelas belajar. Nah, SBSN menjadi satu solusi pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut," ujarnya.
IAIN Palu, kata Prof Sagaf, terus berupaya meminimalisir terjadinya kesenjangan antara peningkatan jumlah mahasiswa dan tuntutan pemenuhan ruang kelas belajar.
Langkah minimalisir, sebut Prof Sagaf, yaitu dengan memohon kepada Kementerian Agama untuk membantu menyediakan ruang kelas belajar yang ideal.
"Kami terus berjuang di Kementerian Agama, agar IAIN Palu bisa mendapatkan pembiayaan untuk pembangunan sarpras ruang kelas belajar lewat SBSN," ujarnya.
Apalagi, IAIN Palu saat ini sedang melakukan pengembangan di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Tentu sangat membutuhkan peran dan bantuan Kementerian Agama dan Pemkab Sigi.
Pengembangan kampus di Kabupaten Sigi, karena IAIN Palu akan menjadikan Sigi sebagai tempat kampus induk atau kampus utama.
"Pembangunan sarpras dan gedung kuliah yang saat ini telah dilakukan di kampus dua lewat skema SBSN sangat bermanfaat dan terus dibutuhkan oleh IAIN Palu seiring dengan perkembangan dan meningkatnya input mahasiswa yang cukup signifikan dari tahun ke tahun," ungkap Prof Sagaf.
Berkaitan dengan itu, Kabag Perencanaan IAIN Palu Ahdar mengemukakan semua sarpras yang terbangun di kampus dua, melalui skema pembiayaannya berasal dari SBSN dengan total keseluruhan 72 kelas.
"Namun rusak 24 kelas atau dua gedung rusak karena terdampak gempa 28 September 2018, sehingga yang bisa digunakan tersisa 48 kelas," ujar Ahdar.
Ahdar menyebut 48 kelas yang saat ini ada di kampus dua di Desa Pombewe, Kabupaten Sigi, bisa digunakan oleh 1.440 mahasiswa.
Gedung kampus IAIN Palu di kampus II, di Desa Pombewe, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, yang dibiayai lewat skema SBSN. ANTARA/HO-Kasubag Humas IAIN Palu Lukman Latif
"Sangat membantu, khususnya yang berkaitan dengan pemenuhan ruang kelas belajar dan laboratorium terpadu," ucap Rektor IAIN Palu Prof Dr Sagaf S Pettalongi MPd, di Palu, Senin.
Prof Sagaf mengemukakan IAIN Palu sangat membutuhkan bantuan Kementerian Agama untuk pemenuhan sarana prasarana utamanya ruang kelas belajar, melalui skema pembiayaan yang bersumber dari non rupiah murni atau SBSN.
Hal itu seiring dengan tuntutan kebutuhan IAIN Palu. Dimana, kata dia, setiap tahun tren mahasiswa baru mengalami peningkatan yang signifikan.
"Minat masyarakat terhadap IAIN Palu trennya setiap tahun mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah mahasiswa baru, berdampak langsung terhadap permintaan kelas belajar. Nah, SBSN menjadi satu solusi pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut," ujarnya.
IAIN Palu, kata Prof Sagaf, terus berupaya meminimalisir terjadinya kesenjangan antara peningkatan jumlah mahasiswa dan tuntutan pemenuhan ruang kelas belajar.
Langkah minimalisir, sebut Prof Sagaf, yaitu dengan memohon kepada Kementerian Agama untuk membantu menyediakan ruang kelas belajar yang ideal.
"Kami terus berjuang di Kementerian Agama, agar IAIN Palu bisa mendapatkan pembiayaan untuk pembangunan sarpras ruang kelas belajar lewat SBSN," ujarnya.
Apalagi, IAIN Palu saat ini sedang melakukan pengembangan di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Tentu sangat membutuhkan peran dan bantuan Kementerian Agama dan Pemkab Sigi.
Pengembangan kampus di Kabupaten Sigi, karena IAIN Palu akan menjadikan Sigi sebagai tempat kampus induk atau kampus utama.
"Pembangunan sarpras dan gedung kuliah yang saat ini telah dilakukan di kampus dua lewat skema SBSN sangat bermanfaat dan terus dibutuhkan oleh IAIN Palu seiring dengan perkembangan dan meningkatnya input mahasiswa yang cukup signifikan dari tahun ke tahun," ungkap Prof Sagaf.
Berkaitan dengan itu, Kabag Perencanaan IAIN Palu Ahdar mengemukakan semua sarpras yang terbangun di kampus dua, melalui skema pembiayaannya berasal dari SBSN dengan total keseluruhan 72 kelas.
"Namun rusak 24 kelas atau dua gedung rusak karena terdampak gempa 28 September 2018, sehingga yang bisa digunakan tersisa 48 kelas," ujar Ahdar.
Ahdar menyebut 48 kelas yang saat ini ada di kampus dua di Desa Pombewe, Kabupaten Sigi, bisa digunakan oleh 1.440 mahasiswa.