Palu (ANTARA) - Kementerian Pertanian telah mencanangkan Provinsi Sulawesi Tengah sebagai salah satu daerah perbenihan dan pengembangan benih jagung hibrida guna mendorong produk jagung unggulan itu melimpah.
"Jadi ini yang kami canangkan di Sulteng, Sulut, dan Kalimantan Selatan. Ini daerah-daerah yang kami harapkan bisa membantu memproduksi benih jagung hibrida," kata Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Edy Purnawan.
Baca juga: Bupati Donggala minta petani tingkatkan manajemen bertani
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah bersama Kementan menargetkan luas tanam benih jagung hibrida di provinsi itu sebanyak 20.000 hektare, salah satunya di Kabupaten Donggala seluas 50 hektare.
Untuk mencapai target itu, Kementan melakukan pencanangan Program Pengembangan Petani Produsen Benih (P3B) tanaman pangan guna mendorong petani melakukan budidaya benih.
Pencanangan itu, untuk mendongkrak target pemerintah atas pemenuhan kuota benih jagung hibrida sebanyak 64 ribu ton dari total produksi jagung hibrida tahun 2021 sebanyak 23 juta ton.
Kementan telah menargetkan produksi jagung pada 2021 mencapai 23 juta ton, dengan angka konsumsi mencapai 19 juta ton, dengan begitu sebut Edy, terdapat kelebihan atau surplus sebanyak tiga juta ton lebih.
Baca juga: Pemkab Buol tingkatkan produksi jagung-padi menuju swasembada pangan
Pencanangan daerah-daerah budidaya benih jagung hibrida, juga menjadi upaya untuk memutus mata rantai penyebab kelangkaan benih jagung.
Pasalnya hingga saat ini, kelangkaan benih jagung hibrida varietas HJ 21 masih sering dirasakan petani termasuk di wilayah Sulteng.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng Retno Ningtiyas mengatakan tahun 2021, target luas tanam jagung hibrida mencapai 20.000 hektare, dengan kebutuhan benih sebanyak 300 ton.
"Ini belum bisa terpenuhi karena masih terkendala dengan benih, olehnya perlu gerakan serentak dari berbagai pihak dan petani untuk budidaya benih," ungkapnya.
Penangkaran Benih
Penangkaran benih atau budidaya benih jagung hibrida varietas HJ 21, mulai dilakukan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong.
Bupati Donggala Kasman Lassa telah mencanangkan daerah yang dipimpinnya sebagai sentra produksi benih jagung hibrida.
Kasman mengatakan keterseidaan lahan di Donggala masih sangat luas untuk dilakukan budidaya benih jagung hibrida, serta didukung dengan ketersediaan air.
Kecamatan Labuan di Donggala, menjadi wilayah penangkaran benih jagung hibrida yang melibatkan Kelompok Tani Kalompoeata Desa Labuan Toposo.
Penangkaran, kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng Retno Ningtiyas menjadi solusi untuk mencegah kelangkaan benih jagung hibrida.
Juga, kata dia, sebagai bentuk upaya pemenuhan benih, agar Sulawesi Tengah tidak lagi bergantung dengan benih impor dari luar daerah dan negara lain.
"Karena ketersediaan benih sangat kurang, sehingga masih butuh bantuan benih bibit jagung hibrida dari luar daerah Sulteng. Oleh sebab itu, kegiatan penangkaran bibit benih jagung menjadi satu-satunya solusi agar daerah ini tidak lagi mengandalkan benih bibit dari luar daerah," ujarnya.
Baca juga: Kementan canangkan Sulteng daerah produksi benih jagung hibrida
Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Edy Purnawan mengatakan kegiatan penangkaran benih lewat program pengembangan petani produsen benih (P3B) di Kabupaten Donggala, untuk meningkatkan produksi benih jagung hibrida.
"Bagaimana mengembangkan benih jagung hibrida di lokasi terdekat dari petani," ungkapnya.
Lanjut Edy Kementerian Pertanian akan memberikan dukungan terhadap petani di Donggala yang melakukan penangkaran benih jagung hibrida.
"Kami dari pusat tentu memberi anggaran untuk pengembangan petani produsen benih (P3B), kemudian membantu anggaran untuk pembelian benih penanaman jagung, ini untuk memperkuat penangkar yang ada di sini," ungkapnya.
Bangun Kemitraan
Pemerintah membangun kemitraan dengan PT Mulia Agro Sarana (MAS) dalam melakukan kegiatan budidaya benih jagung hibrida lewat program pengembangan petani produsen benih (P3B).
Direktur Utama PT MAS Bambang Sutrisno mengatakan pihaknya bekerjasama dengan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng.
Atas kerjasama itu, kata Bambang, pihaknya masuk ke Donggala untuk membina petani untuk menghasilkan benih unggul khususnya jagung hibrida.
"Pembinaan ini demi pengembangan jagung hibrida di Sulawesi Tengah, karena Sulteng ini menjadi satu sentra benih jagung yang dianggap memiliki harapan untuk berkembang di masa mendatang," kata Bambang.
Baca juga: Bupati Morowali Utara pimpin gerakan tanam jagung hibrida
PT MAS juga menyediakan sarana produksi bagi petani penangkar benih, agar petani menangkar benih yang diberikan dan diikutkan dengan pembinaan dan pendampingan kepada petani.
"Jadi ada tim kami di Donggala yang melakukan pendampiangan sejak pertanaman, pemeliharaan dan seterusnya. Juga memberikan dukungan teknologi," ungkapnya.
PT MAS memberikan 25 kilogram benih jagung hibrida varietas HJ 21 kepada setiap petani di Donggala untuk ditanami.
Bahkan, dalam proses tanam dan pemeliharaan hingga panen, PT MAS hadir melakukan pendampingan.
"Jadi ada tim kami yang setiap hari bersama-sama petani di lokasi tanam penangkaran benih," ungkapnya.
Bahkan, kata dia, PT MAS membeli hasil panen jagung benih hibrida varietas HJ 21 langsung dari petani.
"Setelah panen langsung kami beli dari petani," sebutnya.
Salah satu petani di Desa Labuan Toposo, Amir mengakui bahwa program pengembangan petani produsen benih (P3B) yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan melibatkan pihak swasta, sangat membantu petani.
Amir, anggota Kelompok Tani Kalompoeata Desa Labuan Toposo mengatakan kegiatan penangkaran benih mempercepat peningkatan ekonomi petani.
Dia mengatakan ketika petani menanam jagung biasa maka pendapatan hanya berkisar Rp1 juta, namun ketika menanam jagung hibrida mendapat Rp3 juta lebih.
"Namun, salah satu kendala yang dialami petani yakni alat mesin pertanian yang masih kurang, karena itu sebagian petani masih bertani secara tradisional," ungkapnya.
Manajemen Bertani
Bupati Donggala Kasman Lassa meminta Dinas Pertanian dan petani di daerah itu meningkatkan manajemen dalam kegiatan bertani guna mendongkrak kualitas dan kuantitas produksi.
"Kalau kita kalah dalam manajemen, maka kualitas dan kuantitas juga pasti akan kalah," kata Kasman.
Menurut dia, manajemen dan tata kelola dari sektor pertanian yang dikendalikan Dinas Pertanian harus diperbaiki dan ditingkatkan.
Selain itu Dinas Pertanian perlu mendampingi para petani semaksimal mungkin dalam manajemen bertani, agar produksi sektor pertanian yang diharapkan sesuai dengan target.
Dia mencontohkan dari sisi menggarap lahan pertanian, sebagian petani masih menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan sapi untuk menggarap lahan sehingga lambat dan berdampak pada target dan luas tanam dan produksi.
"Tapi ini bukan berarti bahwa tidak bisa diubah, bisa diubah dengan alat mesin pertanian," sebutnya.
Ia mengatakan jagung menjadi salah satu komoditas unggulan yang dimiliki Donggala. Ia menyebut Donggala yang terdiri dari 16 kecamatan dan 158 desa semua tanam jagung.
Kasman menguraikan, luas lahan tanaman jagung di Donggala yang saat ini difungsikan oleh petani seluas 10.073 hektare, dengan jumlah produksi mencapai 60.694 ton tahun 2020 atau rata-rata empat sampai enam ton per hektare.
"Ada sekitar 5.000 kepala keluarga yang fokus menanam jagung," ungkap dia.
Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Kementan Edy Purnawan menyerahkan bantuan benih bibit jagung kepada petani di Donggala. (ANTARA/Muhammad Hajiji)
"Jadi ini yang kami canangkan di Sulteng, Sulut, dan Kalimantan Selatan. Ini daerah-daerah yang kami harapkan bisa membantu memproduksi benih jagung hibrida," kata Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Edy Purnawan.
Baca juga: Bupati Donggala minta petani tingkatkan manajemen bertani
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah bersama Kementan menargetkan luas tanam benih jagung hibrida di provinsi itu sebanyak 20.000 hektare, salah satunya di Kabupaten Donggala seluas 50 hektare.
Untuk mencapai target itu, Kementan melakukan pencanangan Program Pengembangan Petani Produsen Benih (P3B) tanaman pangan guna mendorong petani melakukan budidaya benih.
Pencanangan itu, untuk mendongkrak target pemerintah atas pemenuhan kuota benih jagung hibrida sebanyak 64 ribu ton dari total produksi jagung hibrida tahun 2021 sebanyak 23 juta ton.
Kementan telah menargetkan produksi jagung pada 2021 mencapai 23 juta ton, dengan angka konsumsi mencapai 19 juta ton, dengan begitu sebut Edy, terdapat kelebihan atau surplus sebanyak tiga juta ton lebih.
Baca juga: Pemkab Buol tingkatkan produksi jagung-padi menuju swasembada pangan
Pencanangan daerah-daerah budidaya benih jagung hibrida, juga menjadi upaya untuk memutus mata rantai penyebab kelangkaan benih jagung.
Pasalnya hingga saat ini, kelangkaan benih jagung hibrida varietas HJ 21 masih sering dirasakan petani termasuk di wilayah Sulteng.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng Retno Ningtiyas mengatakan tahun 2021, target luas tanam jagung hibrida mencapai 20.000 hektare, dengan kebutuhan benih sebanyak 300 ton.
"Ini belum bisa terpenuhi karena masih terkendala dengan benih, olehnya perlu gerakan serentak dari berbagai pihak dan petani untuk budidaya benih," ungkapnya.
Penangkaran Benih
Penangkaran benih atau budidaya benih jagung hibrida varietas HJ 21, mulai dilakukan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong.
Bupati Donggala Kasman Lassa telah mencanangkan daerah yang dipimpinnya sebagai sentra produksi benih jagung hibrida.
Kasman mengatakan keterseidaan lahan di Donggala masih sangat luas untuk dilakukan budidaya benih jagung hibrida, serta didukung dengan ketersediaan air.
Kecamatan Labuan di Donggala, menjadi wilayah penangkaran benih jagung hibrida yang melibatkan Kelompok Tani Kalompoeata Desa Labuan Toposo.
Penangkaran, kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng Retno Ningtiyas menjadi solusi untuk mencegah kelangkaan benih jagung hibrida.
Juga, kata dia, sebagai bentuk upaya pemenuhan benih, agar Sulawesi Tengah tidak lagi bergantung dengan benih impor dari luar daerah dan negara lain.
"Karena ketersediaan benih sangat kurang, sehingga masih butuh bantuan benih bibit jagung hibrida dari luar daerah Sulteng. Oleh sebab itu, kegiatan penangkaran bibit benih jagung menjadi satu-satunya solusi agar daerah ini tidak lagi mengandalkan benih bibit dari luar daerah," ujarnya.
Baca juga: Kementan canangkan Sulteng daerah produksi benih jagung hibrida
Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Edy Purnawan mengatakan kegiatan penangkaran benih lewat program pengembangan petani produsen benih (P3B) di Kabupaten Donggala, untuk meningkatkan produksi benih jagung hibrida.
"Bagaimana mengembangkan benih jagung hibrida di lokasi terdekat dari petani," ungkapnya.
Lanjut Edy Kementerian Pertanian akan memberikan dukungan terhadap petani di Donggala yang melakukan penangkaran benih jagung hibrida.
"Kami dari pusat tentu memberi anggaran untuk pengembangan petani produsen benih (P3B), kemudian membantu anggaran untuk pembelian benih penanaman jagung, ini untuk memperkuat penangkar yang ada di sini," ungkapnya.
Bangun Kemitraan
Pemerintah membangun kemitraan dengan PT Mulia Agro Sarana (MAS) dalam melakukan kegiatan budidaya benih jagung hibrida lewat program pengembangan petani produsen benih (P3B).
Direktur Utama PT MAS Bambang Sutrisno mengatakan pihaknya bekerjasama dengan Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulteng.
Atas kerjasama itu, kata Bambang, pihaknya masuk ke Donggala untuk membina petani untuk menghasilkan benih unggul khususnya jagung hibrida.
"Pembinaan ini demi pengembangan jagung hibrida di Sulawesi Tengah, karena Sulteng ini menjadi satu sentra benih jagung yang dianggap memiliki harapan untuk berkembang di masa mendatang," kata Bambang.
Baca juga: Bupati Morowali Utara pimpin gerakan tanam jagung hibrida
PT MAS juga menyediakan sarana produksi bagi petani penangkar benih, agar petani menangkar benih yang diberikan dan diikutkan dengan pembinaan dan pendampingan kepada petani.
"Jadi ada tim kami di Donggala yang melakukan pendampiangan sejak pertanaman, pemeliharaan dan seterusnya. Juga memberikan dukungan teknologi," ungkapnya.
PT MAS memberikan 25 kilogram benih jagung hibrida varietas HJ 21 kepada setiap petani di Donggala untuk ditanami.
Bahkan, dalam proses tanam dan pemeliharaan hingga panen, PT MAS hadir melakukan pendampingan.
"Jadi ada tim kami yang setiap hari bersama-sama petani di lokasi tanam penangkaran benih," ungkapnya.
Bahkan, kata dia, PT MAS membeli hasil panen jagung benih hibrida varietas HJ 21 langsung dari petani.
"Setelah panen langsung kami beli dari petani," sebutnya.
Salah satu petani di Desa Labuan Toposo, Amir mengakui bahwa program pengembangan petani produsen benih (P3B) yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan melibatkan pihak swasta, sangat membantu petani.
Amir, anggota Kelompok Tani Kalompoeata Desa Labuan Toposo mengatakan kegiatan penangkaran benih mempercepat peningkatan ekonomi petani.
Dia mengatakan ketika petani menanam jagung biasa maka pendapatan hanya berkisar Rp1 juta, namun ketika menanam jagung hibrida mendapat Rp3 juta lebih.
"Namun, salah satu kendala yang dialami petani yakni alat mesin pertanian yang masih kurang, karena itu sebagian petani masih bertani secara tradisional," ungkapnya.
Manajemen Bertani
Bupati Donggala Kasman Lassa meminta Dinas Pertanian dan petani di daerah itu meningkatkan manajemen dalam kegiatan bertani guna mendongkrak kualitas dan kuantitas produksi.
"Kalau kita kalah dalam manajemen, maka kualitas dan kuantitas juga pasti akan kalah," kata Kasman.
Menurut dia, manajemen dan tata kelola dari sektor pertanian yang dikendalikan Dinas Pertanian harus diperbaiki dan ditingkatkan.
Selain itu Dinas Pertanian perlu mendampingi para petani semaksimal mungkin dalam manajemen bertani, agar produksi sektor pertanian yang diharapkan sesuai dengan target.
Dia mencontohkan dari sisi menggarap lahan pertanian, sebagian petani masih menggunakan cara tradisional yaitu menggunakan sapi untuk menggarap lahan sehingga lambat dan berdampak pada target dan luas tanam dan produksi.
"Tapi ini bukan berarti bahwa tidak bisa diubah, bisa diubah dengan alat mesin pertanian," sebutnya.
Ia mengatakan jagung menjadi salah satu komoditas unggulan yang dimiliki Donggala. Ia menyebut Donggala yang terdiri dari 16 kecamatan dan 158 desa semua tanam jagung.
Kasman menguraikan, luas lahan tanaman jagung di Donggala yang saat ini difungsikan oleh petani seluas 10.073 hektare, dengan jumlah produksi mencapai 60.694 ton tahun 2020 atau rata-rata empat sampai enam ton per hektare.
"Ada sekitar 5.000 kepala keluarga yang fokus menanam jagung," ungkap dia.