Palu (ANTARA) -
Kantor Bea Cukai Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah mampu meraih penerimaan negara di angka Rp617 miliar sepanjang tahun 2021.
Kepala Kantor Bea Cukai Morowali Rubiyantara yang dihubungi dari Palu Sabtu (25/12) Mengatakan, penerimaan negara sebagian besar berasal dari kegiatan importasi pertambangan yang berada di kabupaten tersebut.
"Keberhasilan ini telah melampaui target dibebankan kepada kami senilai Rp209 miliar," ujar Rubiyantara.
Ia mengemukakan, kehadiran industri pertambangan di Morowali sangat berpengaruh terhadap penerimaan di sektor kepabeanan, karena 80 persen penerimaan di Sulawesi Bagian Utara berasal dari kabupaten itu.
Oleh karena itu, geliat perdagangan baik ekspor maupun impor di bawah pengawasan Bea Cukai Morowali telah memberikan sentimen positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah maupun Nasional.
Secara Nasional, penerimaan bea masuk didukung oleh menguatnya nilai tukar tahunan rupiah terhadap Dollar Amerika (USD). Di Morowali sendiri terdapat tambahan sentimen positif yang mana importasi barang modal untuk pertambangan di Morowali juga mengalami kenaikan dengan realisasi penerimaan sebesar 295 persen.
"Selain mengamankan penerimaan, kami juga bersama Kantor wilayah Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara (DJBC Sulbagtara) senantiasa mendorong dan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri dan menggerakkan geliat perekonomian daerah," kata Rubiyantara menuturkan.
Ia juga menyampaikan, dengan adanya pemberian fasilitas fiskal atas barang-barang yang diimpor oleh kawasan berikat diberikan kemudahan berupa penangguhan, penundaan, keringanan atau pembebasan bea masuk dan pajak.
Lalu, ke depan atas pemberian fasilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global, karena biaya produksi menjadi jauh lebih murah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar (actual price).
"Tentunya harapan kami dengan skema seperti itu dapat menggerakkan perekonomian masyarakat setempat dan menyerap tenaga kerja pertambangan dari masyarakat di Kabupaten Morowali Utara, khususnya PT Gunbuster Nicel Indonesia (GNI)," demikian Rubiyantara.