Palu (ANTARA) -
Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (BTNKT) menyasar sebanyak 9 hektare perairan yang masuk dalam kawasan konservasi di Kabupaten Tojo Una-una, Sulawesi Tengah untuk kegiatan transplantasi karang sebagai upaya pelestarian ekosistem laut.
"Hingga tahun 2022 kurang lebih 9 hektar kami lakukan perbaikan karang dengan model transplantasi untuk keberlanjutan ekosistem," kata Kepala BTNKT Bustang yang dihubungi dari Palu, Minggu.
Ia menjelaskan, luas kawasan konservasi di bawa otoritas BTNKT di Kepulauan Togean kurang lebih 363.150 hektare, 20 ribu hektar diantaranya adalah daratan dan sisanya perairan.
Oleh karena itu, guna menjaga eksistensi ekosistem alam, maka otoritas setempat telah memiliki rencana strategis diantaranya, transplantasi pada kawasan perairan dan pengkayaan tanaman serta penanaman baru bibit pohon di lahan terbuka dalam rangka merapatkan vegetasi hutan dengan melibatkan unsur Pemerintah Kabupaten, pemangku kepentingan, swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM) hingga masyarakat sekitar kawasan.
"Transplantasi karang merupakan kegiatan rutin kami. Minimal per tahun kami laksanakan pemulihan terumbu karang sepanjang 1 hektare. Tahun 2021 kami juga melaksanakan hal serupa dengan ketersediaan 13.000 bibit terumbu karang," ujar Bustang.
Kepala Balai Taman Nasional Kepulauan Togean (BTNKT), Bustang (kiri). ANTARA/Dok BTNKT
Ia memaparkan, sejalan dengan upaya pelestarian ekosistem, pihaknya juga turut memberdayakan masyarakat pesisir di kepulauan termasuk memberikan bantuan alat tangkap untuk kebutuhan melaut.
Oleh karena itu, dengan mengandalkan kekuatan nelayan diharapkan terumbu karang dapat berkembang dan semakin sehat, karena peran karang sangat memberikan manfaat bagi biota laut, terlebih nelayan.
"Dengan upaya transplantasi tentunya salah satu manfaatnya mendekatkan sumber tangkap nelayan. Kalau karang banyak yang rusak, tentu jarak tempuh nelayan mencari ikan lebih jauh," kata Bustang.
Lebih lanjut di jelaskannya, Kepulauan Togean di kawasan lindung tidak hanya untuk kegiatan konservasi, tetapi juga menjadi destinasi wisata prioritas nasional sekaligus sebagai salah satu cagar biosfer dunia, sehingga pelestarian lingkungan perlu dilakukan secara berkelanjutan.
"Wisata Kepulauan Togean cukup dikenal wisatawan mancanegara (wisman). Mengingat objek wisata ini sudah bertaraf internasional, maka kami sebagai instansi berwenang memiliki tanggung jawab merawat dan melestarikan ekosistem di dalamnya, apa lagi Togean dijadikan sebagai laboratorium penelitian oleh Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) untuk pengembangan sains, tentu kawasan ini memiliki nilai plus," kata Bustang.