Palu (ANTARA) -
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan fase gerhana bulan total akan berlangsung selama tujuh jam mulai pukul 15.00 WIB atau pukul 16.00 Wita hingga 20.57 WIB atau pukul 21.57 Wita.
"Di Sulawesi Tengah fenomena ini dapat dilihat jelas oleh masyarakat pada kondisi cuaca yang baik," kata Pengamat Geofisika BMKG Stasiun Geofisika Palu Hendrik Leopatty ditemui di Palu, Selasa.
Ia menjelaskan.gerhana bulan suatu peristiwa normal terjadi, yang mana terdapat satu fenomena matahari, bulan dan bumi berada pada satu lintasan yang sejajar.
Sehingga, bulan masuk ke umbra bumi yang mengakibatkan terjadi puncak gerhana dan bentuk bulat terlihat sempurna, dengan sifat bulan mengeluarkan cahaya terang dari cahaya normal.
"Setiap tahun fenomena ini pasti terjadi, karena ada frekuensi pengulangan, berbeda dengan fenomena gerhana matahari tidak terjadi setiap tahun," ujar Hendrik.
Menurut BMKG, awal fase penumbra untuk wilayah Sulteng dimulai pukul 15.00 WIB atau 16.00 Wita, fase ini tidak teramati di Indonesia, kemudian awal fase sebagian terjadi pada pukul 16.08 WIB yang dapat diamati di Provinsi Papua, Papua Barat, sebagian Maluku Utara, dan sebagian Maluku.
Selanjutnya, pada awal fase total terjadi pukul 17.16 WIB dapat diamati di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku Utara, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Kalimantan, dan Jawa, serta sebagian Sumatera bagian timur.
"Akhir fase total, akhir fase sebagian dan akhir fase penumbra dapat dilihat di seluruh Indonesia," kata dia menambahkan.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim mengemukakan, kemungkinan cuaca di Sulteng malam ini sedikit gangguan, karena berpotensi muncul awan hujan sehingga fenomena gerhana tidak tidak tampak utuh.
"Meski muncul awan hujan di atas langit wilayah Sulteng, diprediksi tidak turun hujan namun berdampak pada penampakan bulan. Kondisi ini diperkirakan mulai sore hingga dinihari nanti," kata Alim.
Menurut pantauan cuaca oleh BMKG setempat, dampak awan hujan menyelimuti langit merata terjadi di 13 kabupaten/kota di Sulteng, dan fenomena tersebut juga mempengaruhi pasang surut serta tinggi gelombang meskipun tidak signifikan.