Malang (ANTARA) - Mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Yuan Rafika bersama timnya merancang knalpot ramah lingkungan untuk mengurangi emisi karbon dari kendaraan bermotor yang dinilai salah satu penyumbang emisi karbon tersebut.

"Inovasi knalpot yang kami buat ini kami beri nama Exhaust Carbon Filter," kata Yuan Rafika di Malang, Jawa Timur, Jumat.

Bersama timnya, Yuan Rafika merancang knalpot yang dapat menyaring dan mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen.

"Sistem kerjanya sebenarnya terinspirasi dari sistem fotosintesis pada tumbuhan, di mana CO2 dengan bantuan air dan sinar matahari diubah menjadi glukosa dan oksigen yang dilepas ke alam," kata Rafika.


Ia menjelaskan bahwa dalam Exhaust Carbon Filter, air akan bereaksi dengan CO2 dengan bantuan sistem listrik pada aki.

Tim Rafika saat ini merancang knalpot ramah lingkungan yang dapat menampung air sekitar 100 ml untuk satu hingga dua jam perjalanan.

Namun, tim berencana mengembangkan rancangan knalpot tersebut mengingat knalpot mudah panas dan air mudah menguap.

"Saat ini, fitur yang direncanakan ada pada knalpot tersebut adalah peredam suara sesuai ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan filter gas CO2," kata Rafika.

"Kami terus mengembangkan Exhaust Carbon Filter ini dengan menambahkan fitur-fitur baru sesuai standar agar produk yang dihasilkan semakin unggul dan banyak peminatnya," ia menambahkan.

Rafika dan timnya berharap knalpot ramah lingkungan rancangan mereka nantinya bisa diproduksi massal dan dipasarkan kepada masyarakat umum sehingga bisa memberikan kontribusi bermakna bagi upaya pengurangan emisi karbon dari penggunaan bahan bakar fosil.

Mengutip Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), Rafika menyebutkan bahwa emisi karbon yang dihasilkan dari seluruh penggunaan bahan bakar fosil pada 2021 mencapai 259,1 juta ton.

Karbon dioksida dan gas rumah kaca yang lain menjebak panas dan membuat planet bumi semakin hangat.

Suhu yang lebih hangat lambat laun mengubah pola cuaca dan mengganggu keseimbangan alam yang normal, menimbulkan risiko bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain di bumi.

Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca guna mengekang pemanasan global.




 

Pewarta : Endang Sukarelawati
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024