Jakarta (ANTARA) - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) bakal fokus mengembangkan bisnis ramah lingkungan setelah agresif membangun jaringan menara di berbagai wilayah Indonesia.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam keterangannya di Jakarta, Kamis, mengatakan, fokus manajemen ke depan adalah menciptakan berbagai inovasi baru yang relevan dengan kebutuhan para pelanggan, termasuk menerapkan konsep green tower guna mencapai target netral karbon (net zero emission).
“Kami meyakini bisnis yang baik bukan hanya bisa bertumbuh secara kinerja keuangan, juga harus berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan,” kata pria yang akrab disapa Teddy itu.
Komitmen terhadap kelestarian lingkungan menjadi salah satu spirit perayaan hari ulang tahun ke 16 Mitratel yang kali ini mengambil tema “Bright to the Future”. Teddy menjelaskan tema ini menyiratkan harapan atau optimisme terhadap masa depan.
“Tujuannya adalah membangun infrastruktur yang mendukung masa depan lebih baik di mana manusia, teknologi dan alam dapat hidup dalam harmoni, menciptakan dunia yang lebih berkelanjutan dan inklusif,” ujarnya.
Mitratel telah menjadi perusahaan publik usai melaksanakan initial public offering (IPO) pada November 2021. Terhitung sejak Mitratel melaksanakan IPO hingga 2023, MTEL telah membagikan dividen senilai Rp2,733 triliun (total selama tiga tahun).
Pada semester I-2024, perseroan membukukan pendapatan Rp4,45 triliun, tumbuh 7,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). EBITDA tercatat Rp3,69 triliun, tumbuh 10,2 persen. Ada pun laba bersih mencapai Rp1,06 triliun, naik 4,1 persen (yoy).
Dari sisi operasional, Mitratel mencatat tambahan 567 menara baru sehingga total menjadi 38.581 menara. Kenaikan jumlah menara disertai tambahan 1.189 penyewa baru atau 7,1 persen, sehingga total mencapai 58.598 penyewa. Dengan capaian ini, Mitratel mendominasi pasar penyewaan menara dengan porsi 54 persen.
Sementara bisnis fiber tumbuh sebesar 37,9 persen dari 27.269 km menjadi 37.602 km pada akhir Juni 2024. Dari 38.581 menara, sebanyak 15.974 menara atau setara 41 persen berlokasi di pulau jawa. Sementara 22.607 menara sisanya, atau setara 59 persen, berada di luar Pulau Jawa.