Palu (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah berupaya memperbaiki tata kelola produksi kain tenun Donggala untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Lanjut dia, selain menggelar Festival Tenun Donggala untuk mempromosikan dan melestarikan kain tenun Donggala, pihak pemerintah setempat juga membuka pendidikan non formal atau sekolah vokasi bagi para remaja putri untuk belajar menjadi penenun.
Sementara itu, Asma, salah satu penenun yang telah menjalani pekerjaan itu selama lebih dari 20 tahun mengatakan terbantu dengan adanya bantuan dari pemerintah setempat.
"Tentunya kami akan terbantu dalam permodalan nantinya, kami berharap pemerintah daerah selalu memperhatikan kesejahteraan penenun seperti kami," katanya.
"Dalam Festival Tenun Donggala ini, yang kami hasilkan untuk membantu peningkatan ekonomi masyarakat yaitu tata pengelolaan produksi kain tenun diupayakan berjalan lebih baik ke depannya," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Donggala Rustam Efendi pada saat Festival Tenun di Kabupaten Donggala, Sabtu.
Ia menjelaskan bahwa Kabupaten Donggala mendapatkan bantuan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari Bank Sulteng sebesar Rp600 juta yang selanjutnya akan digunakan sebagai permodalan bagi kelompok pengrajin tenun.
Dana tersebut, kata dia, digunakan sebagai modal usaha untuk pembelian bahan kain tenun, seperti benang dan pewarna. Selain itu, untuk meningkatkan produksi kain tenun Donggala agar dapat memenuhi permintaan.
"Selama ini yang terjadi, penenun mencari modal untuk membeli benang dan bahan lainnya, kemudian dilakukan pewarnaan, dipintal dan ditenun. Setelah laku terjual, baru beli lagi bahannya," katanya.
Menurut dia, dengan tata kelola produksi yang tidak berkesinambungan seperti itu akan menghasilkan produksi yang lambat sehingga ketika permintaan meningkat, stok tidak dapat terpenuhi.
"Ketakutan kami adalah stok tidak dapat memenuhi, sebagai contoh Pemkab Donggala sendiri mewajibkan Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menggunakan pakaian yang terbuat dari kain tenun Donggala setiap hari Kamis yang jumlahnya sekitar lima ribu orang. Belum permintaan lainnya," katanya.
Maka dari itu, dia berharap dengan bantuan yang diberikan dan sekitar 200 penenun kain tenun Donggala yang ada di yang ada di Kecamatan Banawa Tengah, tidak lagi hanya menjadi usaha sampingan tapi menjadi sebuah profesi atau rumah industri tenun Donggala yang dapat meningkatkan jumlah produksi ke depannya.
Menurut Rustam, apabila setiap orang penenun dapat menghasilkan satu lembar kain per bulannya, dia berharap ke depannya para penenun dapat menghasilkan tiga kain tenun sehingga produk kain tenun di daerah itu dapat mencapai 600 lembar kain setiap bulan.
"Sehingga semua penenun kain tenun nantinya akan dipisah menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pemintal, penenun dan penjual sehingga tata kelola produksi menjadi lebih baik dan perputarannya cepat," katanya.
"Sehingga semua penenun kain tenun nantinya akan dipisah menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok pemintal, penenun dan penjual sehingga tata kelola produksi menjadi lebih baik dan perputarannya cepat," katanya.
Ia juga menjelaskan peningkatan jumlah produksi dilakukan guna memenuhi kebutuhan pasar lokal, pasar nasional, juga sampai pasar internasional.
Lanjut dia, selain menggelar Festival Tenun Donggala untuk mempromosikan dan melestarikan kain tenun Donggala, pihak pemerintah setempat juga membuka pendidikan non formal atau sekolah vokasi bagi para remaja putri untuk belajar menjadi penenun.
Sementara itu, Asma, salah satu penenun yang telah menjalani pekerjaan itu selama lebih dari 20 tahun mengatakan terbantu dengan adanya bantuan dari pemerintah setempat.
"Tentunya kami akan terbantu dalam permodalan nantinya, kami berharap pemerintah daerah selalu memperhatikan kesejahteraan penenun seperti kami," katanya.