Washington (ANTARA) - Turki dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa Antonio Guterres "bekerja keras" untuk menghidupkan kembali perjanjian biji-bijian Laut Hitam, kata Penasihat Keamanan Gedung Putih Jake Sullivan pada Jumat.
Pada konferensi pers, Sullivan mengatakan Amerika Serikat tidak melihat adanya jalan keluar untuk segera kembali ke perjanjian itu, dan mengatakan bahwa "alasan Rusia dan jawaban mereka terhadap hal ini terus berubah."
"Kami akan terus menekan mereka (Rusia). Kami akan menyeru seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama. Kami tahu Turki bekerja keras untuk hal ini, Guterres bekerja keras untuk ini. Jadi kami berharap mereka bisa membuahkan hasil," kata Sullivan
"Namun pihak Rusia tidak memberi kita banyak alasan untuk optimis saat ini," tambah dia.
Pada Rabu, Guterres mengatakan akan menemui pemimpin Turki, Ukraina dan Rusia pekan depan pada Sidang Umum PBB di New York sebagai upaya menghidupkan kembali perjanjian itu.
Rusia menghentikan perjanjian biji-bijian tersebut pada Juli karena bagian yang berkaitan dengan tuntutannya "sejauh ini belum dilaksanakan", mengacu pada penghapusan rintangan bagi ekspor pupuk dan penyertaan Bank Pertanian Rusia milik negara ke dalam sistem pembayaran internasional SWIFT.
Perjanjian itu ditandatangani di Istanbul pada Juli 2022 oleh Rusia, Ukraina, Turki dan PBB, menciptakan koridor aman melewati Laut Hitam bagi ekspor dari tiga pelabuhan Ukraina yang sempat terhenti akibat perang yang dimulai pada Februari.
Perjanjian itu membantu mengendalikan harga yang melonjak dan meredakan krisis pangan global dengan memperbaiki aliran gandum, minyak bunga matahari, pupuk dan produk lain dari Ukraina, salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia.
Pada Sidang Umum PBB, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy akan menghadiri pertemuan global para pemimpin dunia untuk pertama kalinya secara langsung.
Sumber: Anadolu
Pada konferensi pers, Sullivan mengatakan Amerika Serikat tidak melihat adanya jalan keluar untuk segera kembali ke perjanjian itu, dan mengatakan bahwa "alasan Rusia dan jawaban mereka terhadap hal ini terus berubah."
"Kami akan terus menekan mereka (Rusia). Kami akan menyeru seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama. Kami tahu Turki bekerja keras untuk hal ini, Guterres bekerja keras untuk ini. Jadi kami berharap mereka bisa membuahkan hasil," kata Sullivan
"Namun pihak Rusia tidak memberi kita banyak alasan untuk optimis saat ini," tambah dia.
Pada Rabu, Guterres mengatakan akan menemui pemimpin Turki, Ukraina dan Rusia pekan depan pada Sidang Umum PBB di New York sebagai upaya menghidupkan kembali perjanjian itu.
Rusia menghentikan perjanjian biji-bijian tersebut pada Juli karena bagian yang berkaitan dengan tuntutannya "sejauh ini belum dilaksanakan", mengacu pada penghapusan rintangan bagi ekspor pupuk dan penyertaan Bank Pertanian Rusia milik negara ke dalam sistem pembayaran internasional SWIFT.
Perjanjian itu ditandatangani di Istanbul pada Juli 2022 oleh Rusia, Ukraina, Turki dan PBB, menciptakan koridor aman melewati Laut Hitam bagi ekspor dari tiga pelabuhan Ukraina yang sempat terhenti akibat perang yang dimulai pada Februari.
Perjanjian itu membantu mengendalikan harga yang melonjak dan meredakan krisis pangan global dengan memperbaiki aliran gandum, minyak bunga matahari, pupuk dan produk lain dari Ukraina, salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia.
Pada Sidang Umum PBB, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy akan menghadiri pertemuan global para pemimpin dunia untuk pertama kalinya secara langsung.
Sumber: Anadolu