Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Akbar Himawan Buchari mengharapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat membuka akses seluruh atase perdagangan kepada Hipmi.
Dengan akses itu, pengusaha muda bisa menjalin komunikasi dan bisnis dengan pengusaha di berbagai dunia.
"Relasi bisnis yang melibatkan para kader Hipmi ini akan semakin menguatkan hubungan dagang antara Indonesia dan negara-negara di dunia, termasuk Amerika," kata Akbar lewat keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Diketahui, Akbar mendapat kesempatan mengikuti kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi di dua negara, yakni Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS).
Agenda Akbar diawali dengan mendampingi Presiden dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) atau Extraordinary Islamic Summit of the Organisation of Islamic Cooperation (OIC) di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (11/11).
Usai menghadiri KTT Luar Biasa OKI, Akbar bersama rombongan terbang ke Amerika Serikat, Minggu (12/11). Sebagai simbol pengusaha muda, Akbar kembali ikut mendampingi Presiden dalam memenuhi undangan pertemuan bilateral dengan Presiden AS Joe Biden di Washington DC, Senin (13/11).
"Di era sekarang ini, banyak sekali peluang dan kemudahan yang dapat diperoleh oleh para pengusaha. Kalian harus bisa meraih peluang-peluang itu," pesan Jokowi kepada para Ketum Badan Pengurus Daerah (BPD) Hipmi saat audiensi dan sharing di Waldorf Astoria, Washington DC.
Di tengah perang dagang dan ketidakpastian global saat ini, negara-negara di dunia pasti berlomba untuk mengambil dan memanfaatkan ceruk pasar yang ada di negara lain. Presiden mengharapkan para pelaku usaha menyadari hal tersebut dan segera mengambil peluang yang muncul.
Jokowi mengatakan bahwa yang namanya pengusaha harus pandai memanfaatkan peluang sekecil apapun. Oleh karena itu, ia menaruh harapan besar bagi para pelaku usaha muda, utamanya yang tergabung di Hipmi untuk tumbuh menjadi inovator yang mampu bersaing dan menggerakkan ekonomi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang produktif dan aktif berinovasi.
"Kita harus siap menjadi bangsa produsen, menjadi bangsa yang produktif, bangsa yang terus aktif berinovasi sehingga kita menjadi pemenang dalam perebutan pasar global," kata dia.
Presiden juga mengajak para kader Hipmi dapat mencari rekan dan mitra bisnis di berbagai negara untuk dapat masuk berinvestasi di Indonesia. "Baik itu bisnis skala besar, termasuk juga skala kecil. Era sekarang ini banyak peluang yang dapat diambil, jangan sampai peluang-peluang itu hilang," kata Jokowi.
Mendapati pesan tersebut, Akbar berjanji akan memaksimalkan perannya untuk kemajuan bangsa dan negara.
Selain itu, Akbar juga mengapresiasi keberhasilan Jokowi membawa kesepakatan bisnis yang nilainya mencapai 25,85 miliar dolar AS atau Rp400 triliun saat berkunjung ke Negeri Paman Sam itu karena bagaimanapun juga, pengusaha dan rakyat Indonesia yang merasakan hasilnya.
"Contohnya, dengan rencana peningkatan status hubungan bilateral dari strategic partnership menjadi comprehensive strategic partnership (CSP). Itu akan membuat kerja sama kedua negara semakin kuat, dan nantinya pertumbuhan ekonomi kita akan meningkat," kata Akbar.
Kemudian, rencana pembentukan critical mineral agreement (CMA). Jika perjanjian itu sudah terbentuk, Indonesia akan menjadi pemasok kebutuhan baterai di AS sehingga tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan menjadi produsen baterai terbesar di dunia.
Baik Jokowi dan Biden juga memandang pentingnya just energy transition partnership (JETP). Akbar menuturkan Indonesia juga terpilih sebagai salah satu mitra International Technology Security and Innovation (ITSI) Fund milik AS. Dengan demikian, penguatan rantai pasok semikonduktor terbuka lebar.
Kemudian yang menarik, Jokowi juga mengingatkan Biden akan pentingnya perpanjangan generalized system of preferences (GSP) demi meningkatkan perdagangan Indonesia. GSP merupakan pembebasan tarif bea masuk yang diberlakukan AS untuk barang dari negara-negara berkembang.
AS juga komitmen memberikan dukungan terhadap Indonesia untuk menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
"Bayangkan jika semuanya terealisasi. Perekonomian kita akan semakin kuat lagi. Kerja sama pengusaha akan banyak terjalin, lapangan pekerjaan akan semakin bertambah, dan akhirnya akan mensejahterakan rakyat," ujar Akbar.
Dengan akses itu, pengusaha muda bisa menjalin komunikasi dan bisnis dengan pengusaha di berbagai dunia.
"Relasi bisnis yang melibatkan para kader Hipmi ini akan semakin menguatkan hubungan dagang antara Indonesia dan negara-negara di dunia, termasuk Amerika," kata Akbar lewat keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Diketahui, Akbar mendapat kesempatan mengikuti kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi di dua negara, yakni Arab Saudi dan Amerika Serikat (AS).
Agenda Akbar diawali dengan mendampingi Presiden dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) atau Extraordinary Islamic Summit of the Organisation of Islamic Cooperation (OIC) di Riyadh, Arab Saudi, Sabtu (11/11).
Usai menghadiri KTT Luar Biasa OKI, Akbar bersama rombongan terbang ke Amerika Serikat, Minggu (12/11). Sebagai simbol pengusaha muda, Akbar kembali ikut mendampingi Presiden dalam memenuhi undangan pertemuan bilateral dengan Presiden AS Joe Biden di Washington DC, Senin (13/11).
"Di era sekarang ini, banyak sekali peluang dan kemudahan yang dapat diperoleh oleh para pengusaha. Kalian harus bisa meraih peluang-peluang itu," pesan Jokowi kepada para Ketum Badan Pengurus Daerah (BPD) Hipmi saat audiensi dan sharing di Waldorf Astoria, Washington DC.
Di tengah perang dagang dan ketidakpastian global saat ini, negara-negara di dunia pasti berlomba untuk mengambil dan memanfaatkan ceruk pasar yang ada di negara lain. Presiden mengharapkan para pelaku usaha menyadari hal tersebut dan segera mengambil peluang yang muncul.
Jokowi mengatakan bahwa yang namanya pengusaha harus pandai memanfaatkan peluang sekecil apapun. Oleh karena itu, ia menaruh harapan besar bagi para pelaku usaha muda, utamanya yang tergabung di Hipmi untuk tumbuh menjadi inovator yang mampu bersaing dan menggerakkan ekonomi bangsa Indonesia menjadi bangsa yang produktif dan aktif berinovasi.
"Kita harus siap menjadi bangsa produsen, menjadi bangsa yang produktif, bangsa yang terus aktif berinovasi sehingga kita menjadi pemenang dalam perebutan pasar global," kata dia.
Presiden juga mengajak para kader Hipmi dapat mencari rekan dan mitra bisnis di berbagai negara untuk dapat masuk berinvestasi di Indonesia. "Baik itu bisnis skala besar, termasuk juga skala kecil. Era sekarang ini banyak peluang yang dapat diambil, jangan sampai peluang-peluang itu hilang," kata Jokowi.
Mendapati pesan tersebut, Akbar berjanji akan memaksimalkan perannya untuk kemajuan bangsa dan negara.
Selain itu, Akbar juga mengapresiasi keberhasilan Jokowi membawa kesepakatan bisnis yang nilainya mencapai 25,85 miliar dolar AS atau Rp400 triliun saat berkunjung ke Negeri Paman Sam itu karena bagaimanapun juga, pengusaha dan rakyat Indonesia yang merasakan hasilnya.
"Contohnya, dengan rencana peningkatan status hubungan bilateral dari strategic partnership menjadi comprehensive strategic partnership (CSP). Itu akan membuat kerja sama kedua negara semakin kuat, dan nantinya pertumbuhan ekonomi kita akan meningkat," kata Akbar.
Kemudian, rencana pembentukan critical mineral agreement (CMA). Jika perjanjian itu sudah terbentuk, Indonesia akan menjadi pemasok kebutuhan baterai di AS sehingga tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan menjadi produsen baterai terbesar di dunia.
Baik Jokowi dan Biden juga memandang pentingnya just energy transition partnership (JETP). Akbar menuturkan Indonesia juga terpilih sebagai salah satu mitra International Technology Security and Innovation (ITSI) Fund milik AS. Dengan demikian, penguatan rantai pasok semikonduktor terbuka lebar.
Kemudian yang menarik, Jokowi juga mengingatkan Biden akan pentingnya perpanjangan generalized system of preferences (GSP) demi meningkatkan perdagangan Indonesia. GSP merupakan pembebasan tarif bea masuk yang diberlakukan AS untuk barang dari negara-negara berkembang.
AS juga komitmen memberikan dukungan terhadap Indonesia untuk menjadi anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD).
"Bayangkan jika semuanya terealisasi. Perekonomian kita akan semakin kuat lagi. Kerja sama pengusaha akan banyak terjalin, lapangan pekerjaan akan semakin bertambah, dan akhirnya akan mensejahterakan rakyat," ujar Akbar.