Bogor (ANTARA) - Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto berkomunikasi dengan Menteri Pertahanan Mesir Jenderal Mohamed Ahmed Zaki karena KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 belum dapat berlayar ke perairan dekat Gaza, Palestina.
Prabowo menawarkan kapal bantu rumah sakitnya KRI dr. Radjiman, kepada Pemerintah Palestina untuk merawat dan memberikan layanan kesehatan korban perang di Gaza, tetapi keputusan untuk berlayar perlu mendapatkan izin (clearance) dari Pemerintah Mesir, mengingat wilayah Mesir di Sinai, yaitu El Arish menjadi titik tempat pengumpulan bantuan ke Gaza, sekaligus lokasi terdekat untuk masuk wilayah Gaza, tepatnya di perbatasan Rafah.
“Ini sudah saya lapor ke Presiden (Joko Widodo, red.), Menteri Pertahanan Mesir saya kontak terus sama beliau. Beliau minta ditahan dulu karena untuk berlabuh begitu banyak kapal menunggu,” kata Prabowo menjawab pertanyaan ANTARA saat jumpa pers acara penyerahan Delapan Unit Helikopter H225M di Pangkalan Udara (Lanud) Atang Sendjaja, Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Dia menegaskan kapal rumah sakit TNI AL itu belum diizinkan untuk berlayar memasuki perairan Mesir mendekati Gaza dalam beberapa minggu ke depan.
“Yang jelas dia mengatakan kalau rumah sakit kapal minta ditahan dulu karena untuk merapatnya di sana, Menteri Pertahanan Mesir mengatakan belum bisa dalam beberapa minggu ini,” kata Prabowo.
Walaupun demikian, Prabowo menyampaikan dia terus berkomunikasi dengan Menhan Mesir untuk membahas tidak hanya terkait Izin berlayar, tetapi pengiriman bantuan dan aksi kemanusiaan lain yang dapat dilakukan Indonesia di perbatasan Mesir-Palestina dekat Gaza.
“Saya terus koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat di situ, dan kita akan mencari cara-cara nyata untuk membantu bisa di situ, tetapi yang jelas saya sudah tawarkan, dan ini kita koordinasi kalau perlu kita evakuasi korban-korban, pasien-pasien yang luka-luka, yang butuh perawatan, rehabilitasi. Kita sudah menyampaikan bahwa semua rumah sakit TNI terbuka untuk pasien-pasien dari Palestina,” kata dia.
Namun terkait evakuasi korban perang di Gaza, Prabowo masih meminta petunjuk dan arahan dari Presiden RI Joko Widodo.
Terlepas dari izin yang belum keluar, TNI Angkatan Laut telah mempersiapkan KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 untuk menjalani misi kemanusiaan di perairan dekat Gaza.
Kapal itu telah dicat berwarna putih mengingat fungsinya nanti sebagai rumah sakit bantu. Cat putih kapal berikut tanda salib (cross) berwarna merah pada beberapa bagian kapal sesuai dengan aturan internasional, yaitu Konvensi Jenewa dan San Remo Manual bahwa kapal rumah sakit untuk misi kemanusiaan dicat warna putih agar tidak menjadi sasaran tembak mereka yang berperang.
Sejak Kamis (30/11), KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 sandar di Dermaga Markas Komando Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) TNI Angkatan Laut, Jakarta.
Kapal itu tidak hanya dalam keadaan siap untuk menjalankan misi kemanusiaan di perairan dekat Gaza, tetapi mengangkut bantuan sebanyak 80 truk yang di antaranya terdiri atas pampers (532 karung), pakaian anak-anak (600 karung), pakaian dewasa (700 karung dan 500 boks), susu (800 kardus), biskuit (650 dus), air mineral galon (1.254 galon), air mineral kardus (1.700 kardus), obat-obatan (460 kardus), selimut (450 karung), jaket (450 karung), dan mi instan (470 kardus).
Jumlahnya jika dikelompokkan sesuai wadah ada 4.080 kardus, 2.732 karung, 500 boks, dan 1.254 galon.
Komandan KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 Kolonel Laut (P) Bayu Dwi Wicaksono memastikan kapal siap berlayar lintas samudera untuk menuju perairan aman dekat Gaza demi membantu merawat dan memberikan pelayanan kesehatan kepada rakyat Palestina korban perang.
“Kapal ini sudah hampir setahun berlayar. Kami sudah melaksanakan misi operasi di Indonesia kemarin di Natuna. Kami laksanakan bakti sosial di sana. Saya rasa kami mampu melaksanakan (operasi) di negara-negara lain,” kata Komandan KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat menjawab pertanyaan wartawan saat dia ditemui di atas kapal, Jakarta, Kamis.
Jika nantinya Pemerintah Mesir mengizinkan Indonesia mengirimkan KRI dr. Radjiman sebagai kapal rumah sakit bantu ke perairan aman dekat Gaza, pelayaran itu menjadi misi pertama KRI dr. Radjiman melintasi samudera dan keluar dari perairan Indonesia.
Prabowo menawarkan kapal bantu rumah sakitnya KRI dr. Radjiman, kepada Pemerintah Palestina untuk merawat dan memberikan layanan kesehatan korban perang di Gaza, tetapi keputusan untuk berlayar perlu mendapatkan izin (clearance) dari Pemerintah Mesir, mengingat wilayah Mesir di Sinai, yaitu El Arish menjadi titik tempat pengumpulan bantuan ke Gaza, sekaligus lokasi terdekat untuk masuk wilayah Gaza, tepatnya di perbatasan Rafah.
“Ini sudah saya lapor ke Presiden (Joko Widodo, red.), Menteri Pertahanan Mesir saya kontak terus sama beliau. Beliau minta ditahan dulu karena untuk berlabuh begitu banyak kapal menunggu,” kata Prabowo menjawab pertanyaan ANTARA saat jumpa pers acara penyerahan Delapan Unit Helikopter H225M di Pangkalan Udara (Lanud) Atang Sendjaja, Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Dia menegaskan kapal rumah sakit TNI AL itu belum diizinkan untuk berlayar memasuki perairan Mesir mendekati Gaza dalam beberapa minggu ke depan.
“Yang jelas dia mengatakan kalau rumah sakit kapal minta ditahan dulu karena untuk merapatnya di sana, Menteri Pertahanan Mesir mengatakan belum bisa dalam beberapa minggu ini,” kata Prabowo.
Walaupun demikian, Prabowo menyampaikan dia terus berkomunikasi dengan Menhan Mesir untuk membahas tidak hanya terkait Izin berlayar, tetapi pengiriman bantuan dan aksi kemanusiaan lain yang dapat dilakukan Indonesia di perbatasan Mesir-Palestina dekat Gaza.
“Saya terus koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat di situ, dan kita akan mencari cara-cara nyata untuk membantu bisa di situ, tetapi yang jelas saya sudah tawarkan, dan ini kita koordinasi kalau perlu kita evakuasi korban-korban, pasien-pasien yang luka-luka, yang butuh perawatan, rehabilitasi. Kita sudah menyampaikan bahwa semua rumah sakit TNI terbuka untuk pasien-pasien dari Palestina,” kata dia.
Namun terkait evakuasi korban perang di Gaza, Prabowo masih meminta petunjuk dan arahan dari Presiden RI Joko Widodo.
Terlepas dari izin yang belum keluar, TNI Angkatan Laut telah mempersiapkan KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 untuk menjalani misi kemanusiaan di perairan dekat Gaza.
Kapal itu telah dicat berwarna putih mengingat fungsinya nanti sebagai rumah sakit bantu. Cat putih kapal berikut tanda salib (cross) berwarna merah pada beberapa bagian kapal sesuai dengan aturan internasional, yaitu Konvensi Jenewa dan San Remo Manual bahwa kapal rumah sakit untuk misi kemanusiaan dicat warna putih agar tidak menjadi sasaran tembak mereka yang berperang.
Sejak Kamis (30/11), KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 sandar di Dermaga Markas Komando Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) TNI Angkatan Laut, Jakarta.
Kapal itu tidak hanya dalam keadaan siap untuk menjalankan misi kemanusiaan di perairan dekat Gaza, tetapi mengangkut bantuan sebanyak 80 truk yang di antaranya terdiri atas pampers (532 karung), pakaian anak-anak (600 karung), pakaian dewasa (700 karung dan 500 boks), susu (800 kardus), biskuit (650 dus), air mineral galon (1.254 galon), air mineral kardus (1.700 kardus), obat-obatan (460 kardus), selimut (450 karung), jaket (450 karung), dan mi instan (470 kardus).
Jumlahnya jika dikelompokkan sesuai wadah ada 4.080 kardus, 2.732 karung, 500 boks, dan 1.254 galon.
Komandan KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat-992 Kolonel Laut (P) Bayu Dwi Wicaksono memastikan kapal siap berlayar lintas samudera untuk menuju perairan aman dekat Gaza demi membantu merawat dan memberikan pelayanan kesehatan kepada rakyat Palestina korban perang.
“Kapal ini sudah hampir setahun berlayar. Kami sudah melaksanakan misi operasi di Indonesia kemarin di Natuna. Kami laksanakan bakti sosial di sana. Saya rasa kami mampu melaksanakan (operasi) di negara-negara lain,” kata Komandan KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat menjawab pertanyaan wartawan saat dia ditemui di atas kapal, Jakarta, Kamis.
Jika nantinya Pemerintah Mesir mengizinkan Indonesia mengirimkan KRI dr. Radjiman sebagai kapal rumah sakit bantu ke perairan aman dekat Gaza, pelayaran itu menjadi misi pertama KRI dr. Radjiman melintasi samudera dan keluar dari perairan Indonesia.