Jakarta (ANTARA) - Krisis iklim sudah di depan mata. Anomali cuaca sudah berulang kali terjadi. Tahun ini Bumi lebih panas dari biasa, tak terkecuali di Indonesia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan data dari Organisasi Meteorologi Dunia, tahun 2023 menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim.


Dari data Organisasi Meteorologi Dunia, bulan Juli-Agustus 2023, tercatat sebagai tiga bulan terpanas sepanjang sejarah, dengan menyimak evolusi iklim 2023, tahun ini berpeluang besar akan menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim.

Bencana iklim di tahun 2023, terjadi di level global, suhu mencapai 47 derajat Celcius, di antaranya di Italia, Yunani, Afrika Utara yang pada bulan Juli 2023, bahkan di Amerika di bagian barat mencapai 53 derajat Celsius, dan selama 31 hari berurutan, suhu mencapai lebih dari 43 derajat Celsius.

Menurut catatan, belum pernah terjadi sebelumnya, akibat dari gelombang panas di banyak tempat secara bersamaan, dan Juli 2023, tercatat sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah, rata-rata lebih panas dari 30 tahun sebelum ini.


Tanam pohon

Menanam pohon diyakini menjadi salah satu upaya memperbaiki kualitas udara dan lingkungan, yakni membantu penyerapan gas buang.

Pohon memiliki kemampuan menyerap berbagai gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dan pabrik. Proses ini disebut fotosintesis, di mana pohon menggunakan karbondioksida (CO2) sebagai bahan bakar untuk pertumbuhan mereka, dan pada saat yang bersamaan, mereka melepaskan oksigen (O2) ke udara. Oksigen yang dihasilkan pohon membantu meningkatkan kualitas udara.

Pohon juga mereduksi partikel debu dan polusi udara. Daun pohon dapat menangkap partikel debu dan polutan udara lainnya. Permukaan daun menangkap partikel-partikel tersebut dan membantu membersihkan udara secara alami. Hal ini dapat mengurangi tingkat polusi udara di sekitar daerah tersebut.

Pohon juga mengurangi panas, memberikan naungan dan membantu mengurangi suhu udara di sekitar melalui proses transpirasi, di mana air diserap oleh akar dan diuapkan melalui daun. Hal ini membantu mengurangi efek pulau panas, di mana suhu di perkotaan dapat menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan di sekitarnya.

Kemudian pohon menjadi penyediaan habitat untuk kehidupan liar. Keanekaragaman hayati yang dimungkinkan oleh pepohonan membantu menciptakan ekosistem yang sehat. Mikroorganisme dan hewan yang hidup di sekitar pohon dapat berkontribusi pada pemrosesan limbah dan menjaga keseimbangan ekosistem.

Kehijauan yang disediakan oleh pohon memberikan manfaat kesejahteraan psikologis. Pemandangan hijau dan udara yang bersih dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kualitas hidup.

Terakhir, pohon mengurangi kebisingan dengan menyerap suara dan memberikan rintangan fisik terhadap suara. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih tenang dan nyaman.

Dengan segudang manfaat dan fungsinya, banyak pihak peduli menanam pohon, dari berbagai kalangan, pemerintah, masyarakat, LSM, NGO hingga perusahaan. Salah satunya adalah Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) yang menanam pohon di Sumatra, Jawa, Madura, dan Lombok.


Pilih trembesi

Sejak akhir tahun 2018, BLDF melalui gerakan Siap Darling (Sadar Lingkungan) menanam pohon di kawasan situs sejarah, bersih-bersih sungai, hingga mengedukasi pengolahan sampah.

Hingga Oktober 2023, sebanyak 3.313 mahasiswa pelestari lingkungan yang tersebar di 252 kota/kabupaten dan 314 kampus seluruh Indonesia telah terlibat dalam gerakan Siap Darling yang diinisiasi oleh BLDF.

Hingga akhir 2022, BLDF sudah menanam 2,3 juta pohon di Sumatra, Jawa, Madura, dan Lombok. Untuk memenuhi kebutuhan, yayasan itu membuat kebun pembibitan sendiri di Kudus dengan 200 jenis bibit dan juga memenuhi permintaan instansi dan masyarakat untuk penghijauan.

Salah satu pohon yang ditanam adalah trembesi. Pada 2010, Djarum Trees For Life memprakarsai gerakan penghijauan di Pulau Jawa melalui program penanaman trembesi di sepanjang Pantai Utara Jawa. Jalur pantai utara merupakan salah satu jalur utama yang menjadi nadi bagi transportasi darat. Penanaman pohon trembesi dilakukan untuk menekan polusi di wilayah itu.

Program Director Bakti Lingkungan Djarum Foundation FX Supanji menyatakan pemilihan pohon trembesi ternyata menjadi pilihan dan salah satu yang dianjurkan oleh Kementerian PUPR.

Hingga 2021, setidaknya penanaman pohon trembesi berpotensi menyerap lebih dari 4,2 juta ton karbon per tahun.

Penanaman pohon trembesi sudah mengarah ke trans Sumatra dengan total tertanam 162.011 pohon di sepanjang 3.130 km, dengan perkiraan potensi penyerapan karbon hingga 4,2 juta ton per tahun.


Jejak trembesi

Trembesi berasal dari negara tropis di Amerika, seperti Meksiko, Peru, dan Brazil. Diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun 1890 
- 1939.

Trembesi juga dikenal dengan nama Rain Tree dan banyak tersebar di negara tropis yang memiliki curah hujan antara 600-3.000 mm/tahun, sedangkan di Jawa Barat, Trembesi dikenal dengan nama Ki Hujan. Pelabelan Ki Hujan muncul tersebab tajuknya sering meneteskan air karena kemampuannya menyedot air tanah yang kuat.

Pohon yang termasuk tanaman pelindung ini tergolong "bandel". Trembesi dapat bertahan hidup di negara yang memiliki musim kering hingga 4 bulan, dengan kisaran suhu 20 hingga 38 derajat Celcius.

Pertumbuhan pohon trembesi dari waktu ke waktu juga terbilang signifikan dibandingkan dengan pohon pelindung sejenis. Dalam satu tahun dapat tumbuh 0,75 hingga 1,5 meter. Dengan pertumbuhan yang sedemikian cepat, tak heran jika trembesi dewasa yang berumur 10 tahun bisa mencapai ketinggian 15 - 20 meter, dengan bentangan tajuk hingga 25 - 30 meter.


Emisi dan trembesi

Dengan kemampuan daya serap karbon yang dimilikinya, satu pohon trembesi diperkirakan mampu menyerap gas karbon yang dihasilkan oleh 15 orang. Artinya, 162.011 pohon trembesi yang telah ditanam Djarum Trees For Life dalam kurun 2010 -2022 berpotensi menyerap karbon hingga 4,2 ton per tahun.

Penanaman trembesi yang terencana diperkirakan dapat mengurangi jejak karbon hingga 26 persen pada masa yang akan datang.

Trembesi memiliki karakter daun yang tebal. Daun inilah yang memiliki kemampuan menyerap karbon dengan baik. Tak hanya baik dalam menyerap karbon, melalui mulut daunnya trembesi juga merupakan penyuplai oksigen yang membuat lingkungan sekitar menjadi sejuk dan teduh. Dengan bentang tajuk daun lebar, trembesi membuat nyaman mereka yang berteduh di bawahnya.

Selain memiliki kemampuan menyerap karbon yang baik, daun trembesi juga sensitif terhadap cahaya dan dapat menutup bersamaan ketika cuaca mendung. Karakter daun trembesi yang seperti ini kemudian membuat air hujan dapat turun langsung ke tanah secara perlahan. Dalam tahap inilah pohon trembesi dapat berperan mencegah timbulnya erosi di lingkungan sekitar tempatnya tumbuh.


Dirawat 3 tahun

Meski trembesi tahan banting, pada tahap awal penanaman trembesi tetap diperlukan perawatan dan perhatian khusus. Banyak kendala setelah ditanam yang dapat membuat bibit trembesi tidak tumbuh secara sempurna atau bahkan mati sebelum sempat tumbuh setelah ditanam.

Panji menceritakan, di musim kemarau, petani di pinggir jalan tol membakar lahannya untuk memudahkan pembersihan alang-alang dan perdu. Acap kali lahan terbakar hingga ke pinggir jalan tol dan melahap semua trembesi yang baru usia 1-3 tahun yang baru ditanam.

Oleh karena itu, tidak sekadar menanam, Djarum Trees For Life juga melakukan perawatan secara berkala di setiap jalur penanaman trembesi. Penanaman kembali pun kerap dilakukan untuk menggantikan bibit yang rusak setelah ditanam.

Oleh karena itu, Djarum Trees For Life berkomitmen melakukan perawatan 3 tahun untuk memastikan trembesi tumbuh sempurna.
 

 

Pewarta : Erafzon Saptiyulda AS
Editor : Andilala
Copyright © ANTARA 2024