Kupang (ANTARA) - Ketua Tim Gunung Api Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Heruningtyas Desi Purnamasari mengatakan Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai memasuki fase efusif, karena terpantau adanya pijaran api dari gunung tersebut.

"Pijaran api dapat diindikasikan memasuki fase efusif berupa aliran lava atau pembentukan kubah lava," kata Heruningtyas ketika dihubungi dari Kupang, Senin.



Gunung Lewotobi Laki-laki terpantau mengalami erupsi strombolian pada Minggu (9/6) dan terlihat adanya sinar api yang memancar saat erupsi.

Menurut Heruningtyas, ada indikasi pembentukan kubah lava berupa tumpukan material hasil erupsi di kawasan puncak. Kubah lava itu juga berada di area kawah puncak.

"Untuk lontaran material pijar sampai saat ini masih jatuh di sekitar puncak," ucapnya.

Badan Geologi pada hari ini menaikkan tingkat aktivitas Gunung Api Lewotobi Laki-laki dari Level II Waspada menjadi Level III Siaga mulai pukul 09.00 WITA.

Kenaikan tingkat aktivitas itu merujuk pada evaluasi atas pengamatan secara visual periode 26 Mei-9 Juni 2024 yang menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki yang ditandai oleh erupsi hampir setiap hari dengan tinggi kolom erupsi rata-rata 100-900 meter dari puncak gunung.

Heruningtyas mengatakan beberapa desa juga terdampak debu vulkanik, yakni pada sisi barat daya, barat, barat laut, dan utara dari gunung tersebut.

"Desa yang terdampak, yakni Desa Boru, Nawokote, Hokeng Jaya, Klatanlo, Pululera, dan Dulipali," sebut dia.



Dengan kenaikan tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki ini, masyarakat, pengunjung atau wisatawan direkomendasikan untuk tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 km dari pusat erupsi, serta sektoral 4 km pada arah Utara-Timur laut dan 5 km pada sektor Timur Laut.

Badan Geologi juga mengimbau masyarakat terdampak hujan abu agar menggunakan masker atau penutup hidung-mulut untuk menghindari bahaya abu vulkanik pada sistem pernapasan.

 

Pewarta : Fransiska Mariana Nuka
Editor : Andriy Karantiti
Copyright © ANTARA 2024