Badan Geologi melakukan tabur bunga di lokasi eks likuefaksi di Palu

id Badan Geologi ,Kementerian ESDM ,Tabur bunga ,Bencana likuefaksi 2018,Sulawesi Tengah

Badan Geologi melakukan tabur bunga di lokasi eks likuefaksi di Palu

Rombongan Badan Geologi Kementerian ESDM melakukan aksi tabur bunga di lokasi eks likuefaksi di Kelurahan Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Palu, Jumat (20/9/2024). (ANTARA/Nur Amalia Amir)

Palu (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan tabur bunga di lokasi eks likuefaksi di Kelurahan Balaroa, Kota Palu dalam rangka merefleksi enam tahun pascabencana gempa bumi, tsunami dan likuefaksi pada 28 September 2018 silam.

"Kegiatan ini sebagai rangkaian kegiatan sosialisasi dan field trip refleksi enam tahun bencana likuefaksi Palu-Sigi-Donggala (Pasigala), dan memperingati enam tahun bencana likuefaksi di daerah ini," kata Penyelidik Bumi Ahli Utama Badan Geologi Kementerian ESDM Supartoyo di Palu, Jumat.
 
Pada momentum ini, sebanyak 250 peserta dari kementerian lembaga pemerintahan daerah, perguruan tinggi dan asosiasi profesi BUMN turut melaksanakan doa bersama untuk para korban bencana likuefaksi 28 September 2018 silam.
 
Supartoyo menyampaikan bahwa peristiwa likuefaksi pascagempa Palu-Sigi-Donggala enam tahun lalu harus menjadi refleksi bahwa menjadi penting bagi seluruh pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi dalam menghadapi bencana likuefaksi.
 
Ia menjelaskan bahwa usai tanggap darurat bencana 2018, Badan Geologi telah mengeluarkan rekomendasi untuk menghindari zona sempadan sesar aktif, zona flow atau aliran likuefaksi dan sejumlah wilayah lainnya berdasarkan kajian.
 
"Kenapa harus dihindari? Karena kalau kejadian gempa berulang dengan kekuatan yang hampir sama, kemungkinan daerah ini berpotensi mengalami kejadian sama di kemudian hari," ujarnya.
 
Oleh karena itu, dia menyebutkan rekomendasi ini sebaiknya diperkuat dengan regulasi atau peraturan pemerintah daerah untuk menghindari zona-zona yang memiliki potensi kerentanan likuefaksi.
 
Ia juga mengajak masyarakat untuk menghindari membangun pada zona sempadan sesar aktif dan zona flow likuefaksi tipe Palu sebagai langkah mitigasi.
 
Sementara itu, menurut dia, upaya mitigasi atau pengurangan resiko bencana di Kota Palu dan Provinsi Sulteng telah dilakukan cukup baik dengan mulai terbentuknya banyak relawan bencana.
 
"Namun kalau boleh untuk Kota Palu, pada setiap tanggal 28 September agar dijadikan momen sebagai Hari Bencana Daerah. Dan dibuat banyak agenda yang bersifat meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan," ujarnya.
 
Terakhir, dia mengatakan bahwa dalam upaya pengurangan resiko bencana perlu memperhatikan perencanaan mitigasi, tata ruang dan regulasi.
 
Fenomena likuefaksi terjadi di dua kelurahan di Kota Palu, yakni Balaroa dan Petobo, serta di Desa Sibalaya dan Jono Oge di Kabupaten Sigi.