Ia mengatakan hal ini mengakibatkan tingkat risiko yang tinggi pula terhadap ancaman harta benda dan jiwa.
Badan Geologi sosialisasi refleksi enam tahun bencana likuefaksi di Palu
Palu (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan sosialisasi refleksi enam tahun bencana likuefaksi yang terjadi di Kota Palu Kabupaten Sigi dan Donggala Provinsi Sulawesi Tengah pada 28 September 2018 lalu.
"Informasi kerentanan likuefaksi sangat penting dalam meningkatkan kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan terjadinya fenomena likuefaksi di masa mendatang," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Wafid pada kegiatan sosialisasi refleksi enam tahun bencana likuefaksi Palu Sigi dan Donggala di Kota Palu, Kamis.
Ia menjelaskan, peristiwa likuifaksi pascagempa Palu-Sigi-Donggala (Pasigala) enam tahun lalu harus dapat menjadi refleksi bangsa ini, betapa informasi ancaman bahaya dan kerentanannya menjadi penting bagi pemangku kepentingan baik di pusat, di daerah, bahkan bagi masyarakat umum.
Menurut dia, daerah yang rentan terhadap likuefaksi di Indonesia memiliki sebaran luas, serta beberapa daerah yang rentan berada pada kota-kota besar yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti Kota Banda Aceh, Padang, Bengkulu, Yogyakarta, Palu, dan lainnya.
Ia mengatakan hal ini mengakibatkan tingkat risiko yang tinggi pula terhadap ancaman harta benda dan jiwa.
Ia mengatakan hal ini mengakibatkan tingkat risiko yang tinggi pula terhadap ancaman harta benda dan jiwa.
Karena itu, katanya, Badan Geologi Kementerian ESDM melaksanakan sosialisasi pasca-enam tahun bencana likuefaksi dengan mengusung tema 'Tangguh terhadap bencana likuefaksi'.
"Melalui kegiatan ini, kami ingin mengajak dan menginformasikan kepada masyarakat untuk meningkatkan upaya mitigasi dalam kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana," katanya.
Ia juga mengajak semua pemangku kepentingan dan masyarakat untuk dapat menyediakan data kebencanaan sebagai langkah awal mitigasi dalam memberikan informasi.
Hal ini, katanya, terkait pengelolaan bencana, penataan ruang, pengembangan wilayah, dan kawasan.
Sosialisasi ini menghadirkan Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Udrekh, dari Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Sulteng Yasin Baculuz, dan Akademisi Universitas Tadulako Arifin sebagai narasumber.