Parigi Moutong optimistis juara penurunan stunting tingkat Provinsi Sulteng

id Stunting, tengeks, e-PPBGM, pemkab Parimo, bapplitbangda Parimo, Irwan, Sulteng, Parigi Moutong

Parigi Moutong optimistis juara penurunan stunting tingkat Provinsi Sulteng

Kepal Bapplitbangda Parigi Moutong Irwan memberikan keterangan terkait percepatan penurunan stunting di daerah itu. ANTARA/Moh Ridwan

Parigi, Sulteng (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong optimistis dapat meraih juara pada penilaian aksi percepatan penurunan stunting atau tengkes tingkat Sulawesi Tengah (Sulteng) Tahun 2025.

"Tahun 2024 kami meriah juara satu pada penilaian aksi penurunan stunting, tahun ini kami optimistis bisa meraih hasil maksimal," kata Kepala Badan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapplitbangda) Parigi Moutong Irwan di Parigi, Rabu.

Ia mengemukakan dalam penilaian dilakukan oleh tim penilai provinsi terdapat 29 indikator esensial dan 35 indikator penilaian penduduk pencegahan, salah satunya yakni aksi konvergensi.

Di mana aksi konvergensi tersebut memiliki delapan poin mencakup analisis situasi, perencanaan kegiatan, rembuk stunting, regulasi tingkat daerah, pembinaan kader, sistem pengelolaan data, pengukuran dan publikasi, serta review kinerja.

"Delapan kasi konvergensi telah kami lakukan melalui kolaborasi lintas sektor dan organisasi perangkat daerah (OPD) pengampuh," ujarnya.

Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, angka stunting Parigi Moutong Tahun 2023 tercatat 28,5 persen, presentasi itu lebih tinggi dari tahun 2022 di angka 27,4 persen, kemudian Tahun 2021 di angka 31,7 persen.

Namun, menurut data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM), prevalensi stunting Parigi Moutong di angka 9,8 persen.

"Kementerian Kesehatan (Kemenkes) belum merilis data SSGI 2024. Tolak ukur kami adalah e-PPBGM, karena data itu riil kami lakukan di lapangan," ujarnya.

Ia mengaku, masih ada kendala dihadapi pihaknya dalam penanganan pencegahan stunting di kabupaten itu yakni antusias masyarakat datang ke posyandu masih kurang, salah satunya dipengaruhi oleh faktor geografis karena Parigi Moutong memiliki wilayah terpencil dan tersulit, sehingga hal ini menjadi satu tantangan.

"Hingga kini baru sekitar 74 persen tingkat kunjungan posyandu, tantangan-tantangan seperti ini haru kami tuntaskan, supaya tingkat kunjungannya bisa mencapai 100 persen. Kami optimistis bisa mencapai kunjungan yang paripurna dengan memanfaatkan sumber daya yang ada," kata dia.*