Yogyakarta (ANTARA) - Trenten adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Desa Trenten merupakan sentral industri kelapa yang mayoritas kelapanya diolah menjadi berbagai olahan oleh gabungan kelompok tani (gapoktan).
Hanya saja, kelapa yang diolah lebih sering menyisakan limbah berupa tempurung dan serabut kelapa yang belum dimanfaatkan dengan baik, bahkan hanya "dianggurkan".
Tanpa disadari limbah kelapa yang dianggurkan itu, seiring waktu menggunung dan menimbulkan dampak buruk, di antaranya menurunkan kesuburan tanah akibat kandungan zat tanin. Di sisi lain gundukan limbah kelapa juga sering menimbulkan bau tidak sedap.
Keprihatinan atas persoalan itu mengundang sejumlah mahasiswa di UGM Yogyakarta untuk terlibat memanfaatkan limbah kelapa agar bernilai ekonomi, melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) di wilayah tersebut.
PPK Ormawa merupakan program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi, direncanakan, dan dilaksanakan oleh organisasi kemahasiswaan.
Program ini sepenuhnya didukung oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dit Belmawa Ditjen Diktiristek), Kemendikbudristek, serta perguruan tinggi.
PPK Ormawa terbagi menjadi beberapa topik usulan, di antaranya desa/kelurahan wirausaha, smart farming, sekolah perempuan, dan yang lainnya.
Tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM pun fokus pada topik desa/kelurahan wirausaha dengan harapan dapat memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan limbah kelapa menjadi briket, cocopeat, dan cocofiber untuk mendukung zero waste dan perekonomian masyarakat Desa Trenten.
Mereka secara kreatif menamai kegiatan itu dengan program BRICOFI sebagai solusi dari permasalahan limbah kelapa di wilayah Trenten dan sekitarnya.
Di dalam program BRICOFI, limbah tempurung kelapa diubah menjadi briket dengan cara mengarbonisasi tempurung kelapa.
Tempurung kelapa yang sudah dikarbonisasi lalu dihancurkan dengan alat hingga halus, dicampur dengan perekat, lalu dicetak dan dikeringkan.
Serabut kelapa diubah menjadi cocopeat dengan menghancurkan kulitnya, sedangkan serabutnya disisir dengan alat menjadi cocofiber.
Transformasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai jual limbah serabut dan tempurung kelapa, serta menyelesaikan permasalahan limbah di Desa Trenten.
Dukung SDGs
Tujuan pembangunan berkelanjutan atau yang lebih dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan serangkaian komitmen yang diterapkan oleh seluruh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tujuan mengakhiri kemiskinan serta kekurangan lainnya.
SDGs berjalan dengan adanya peningkatan kesehatan dan pendidikan, pengurangan kesenjangan, pertumbuhan ekonomi sekaligus untuk mengatasi perubahan iklim dan pengupayaan kelestarian lautan dan hutan kita.
Penerapan dari tujuan pembangunan berkelanjutan di masa kini dapat dilakukan di desa, sehingga disebut dengan SDGs desa.
Para mahasiswa tersebut pun berharap dapat memberikan kontribusi bagi upaya mewujudkan SDG’s di wilayah perdesaan.
Program BRICOFI yang diketuai oleh Griselda Lituhayu Tetuko Jakti bersama dengan 13 orang anggota dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM itu mempunyai tujuan dan harapan yang tinggi.
Griselda dan tim ingin agar Program BRICOFI benar-benar dapat meningkatkan perekonomian di Desa Trenten melalui transformasi limbah. Ia berharap agar program BRICOFI dapat terus berkembang serta dapat mewujudkan SDGs nomor 8, yaitu pertumbuhan ekonomi desa merata.
Program BRICOFI diawali dengan sosialisasi zero waste yang bertujuan untuk menyadarkan warga Desa Trenten mengenai pentingnya pengelolaan limbah.
Program dilanjutkan dengan pelatihan dan pemasangan alat pembuatan briket, cocopeat, dan cocofiber. Pelatihan tersebut agar masyarakat di Desa Trenten mampu menggunakan alat dan memproduksi briket, cocopeat, serta cocofiber secara mandiri.
Pelatihan manajemen usaha dan pemasaran juga digelar untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Desa Trenten dalam memperluas target pasar.
Di akhir kegiatan akan dilaksanakan lokakarya sebagai wadah untuk memperkenalkan produk BRICOFI kepada masyarakat luas.
Mokhammad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng, dosen pembimbing program BRICOFI, terus memantau pelaksanaan program ini, sehingga harapan untuk
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah serta penerapan konsep zero waste benar-benar terwujud dengan baik.
Pada prinsipnya pengolahan limbah berfokus pada pembuatan briket dari tempurung kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang memiliki kelebihan, yakni lebih awet daripada arang.
Sementara cocopeat-nya dapat dimanfaatkan sebagai media tanam, khususnya untuk tanaman anggrek. Cocofiber juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku keset, sapu, hingga tali tambang.
Semua berharap seluruh program yang telah direncanakan oleh tim BRICOFI dapat terlaksana seluruhnya sehingga warga desa terbantu dalam menyelesaikan masalah lingkungan tentang limbah, bahkan menjadi produk inovatif yang berdampak positif bagi masyarakat desa.
Disambut antusias
Inovasi program BRICOFI usulan tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM disambut antusias oleh warga Desa Trenten, khususnya anggota gapoktan.
Masyarakat menerima, antusias, dan sama sekali tidak ada resistensi untuk mengikuti program BRICOFI di Desa Trenten hingga selesai.
Bahkan banyak dari masyarakat yang sangat mendukung terlaksananya program BRICOFI karena keinginan untuk dapat meningkatkan perekonomian di Desa Trenten.
Yuni, Ketua KWT Nira Lestari Desa Trenten, misalnya, menjadi salah satu kader yang sangat aktif untuk bisa turut serta memanfaatkan limbah kelapa agar dapat memberikan nilai tambah ekonomi masyarakat setempat.
Anggota gapoktan di Desa Trenten, Sutanti, misalnya, juga mengaku senang dengan adanya inovasi dari tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM. Mereka sangat antusias untuk melaksanakan program BRICOFI hingga akhir kegiatan.
Masyarakat memang berkesempatan mendapatkan pelatihan dan belajar mengenai pemanfaatan limbah.
Program BRICOFI sebagai bentuk kolaborasi antara mahasiswa tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM dengan anggota gapoktan di Desa Trenten melakukan transformasi limbah serabut dan tempurung kelapa menjadi briket, cocopeat, dan cocofiber diharapkan juga dapat direplikasi di wilayah lainnya.
Bukan semata untuk tujuan menyelesaikan permasalahan limbah serabut dan tempurung kelapa, tapi sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah perdesaan sehingga kemiskinan terentaskan.
Program BRICOFI juga layak untuk diapresiasi karena membantu untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan nomor 8,yaitu pertumbuhan ekonomi desa merata, khususnya di Desa Trenten.
Hanya saja, kelapa yang diolah lebih sering menyisakan limbah berupa tempurung dan serabut kelapa yang belum dimanfaatkan dengan baik, bahkan hanya "dianggurkan".
Tanpa disadari limbah kelapa yang dianggurkan itu, seiring waktu menggunung dan menimbulkan dampak buruk, di antaranya menurunkan kesuburan tanah akibat kandungan zat tanin. Di sisi lain gundukan limbah kelapa juga sering menimbulkan bau tidak sedap.
Keprihatinan atas persoalan itu mengundang sejumlah mahasiswa di UGM Yogyakarta untuk terlibat memanfaatkan limbah kelapa agar bernilai ekonomi, melalui Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) di wilayah tersebut.
PPK Ormawa merupakan program pengabdian dan pemberdayaan masyarakat yang diinisiasi, direncanakan, dan dilaksanakan oleh organisasi kemahasiswaan.
Program ini sepenuhnya didukung oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Dit Belmawa Ditjen Diktiristek), Kemendikbudristek, serta perguruan tinggi.
PPK Ormawa terbagi menjadi beberapa topik usulan, di antaranya desa/kelurahan wirausaha, smart farming, sekolah perempuan, dan yang lainnya.
Tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM pun fokus pada topik desa/kelurahan wirausaha dengan harapan dapat memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan limbah kelapa menjadi briket, cocopeat, dan cocofiber untuk mendukung zero waste dan perekonomian masyarakat Desa Trenten.
Mereka secara kreatif menamai kegiatan itu dengan program BRICOFI sebagai solusi dari permasalahan limbah kelapa di wilayah Trenten dan sekitarnya.
Di dalam program BRICOFI, limbah tempurung kelapa diubah menjadi briket dengan cara mengarbonisasi tempurung kelapa.
Tempurung kelapa yang sudah dikarbonisasi lalu dihancurkan dengan alat hingga halus, dicampur dengan perekat, lalu dicetak dan dikeringkan.
Serabut kelapa diubah menjadi cocopeat dengan menghancurkan kulitnya, sedangkan serabutnya disisir dengan alat menjadi cocofiber.
Transformasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai jual limbah serabut dan tempurung kelapa, serta menyelesaikan permasalahan limbah di Desa Trenten.
Dukung SDGs
Tujuan pembangunan berkelanjutan atau yang lebih dikenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan serangkaian komitmen yang diterapkan oleh seluruh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tujuan mengakhiri kemiskinan serta kekurangan lainnya.
SDGs berjalan dengan adanya peningkatan kesehatan dan pendidikan, pengurangan kesenjangan, pertumbuhan ekonomi sekaligus untuk mengatasi perubahan iklim dan pengupayaan kelestarian lautan dan hutan kita.
Penerapan dari tujuan pembangunan berkelanjutan di masa kini dapat dilakukan di desa, sehingga disebut dengan SDGs desa.
Para mahasiswa tersebut pun berharap dapat memberikan kontribusi bagi upaya mewujudkan SDG’s di wilayah perdesaan.
Program BRICOFI yang diketuai oleh Griselda Lituhayu Tetuko Jakti bersama dengan 13 orang anggota dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM itu mempunyai tujuan dan harapan yang tinggi.
Griselda dan tim ingin agar Program BRICOFI benar-benar dapat meningkatkan perekonomian di Desa Trenten melalui transformasi limbah. Ia berharap agar program BRICOFI dapat terus berkembang serta dapat mewujudkan SDGs nomor 8, yaitu pertumbuhan ekonomi desa merata.
Program BRICOFI diawali dengan sosialisasi zero waste yang bertujuan untuk menyadarkan warga Desa Trenten mengenai pentingnya pengelolaan limbah.
Program dilanjutkan dengan pelatihan dan pemasangan alat pembuatan briket, cocopeat, dan cocofiber. Pelatihan tersebut agar masyarakat di Desa Trenten mampu menggunakan alat dan memproduksi briket, cocopeat, serta cocofiber secara mandiri.
Pelatihan manajemen usaha dan pemasaran juga digelar untuk meningkatkan kemampuan masyarakat Desa Trenten dalam memperluas target pasar.
Di akhir kegiatan akan dilaksanakan lokakarya sebagai wadah untuk memperkenalkan produk BRICOFI kepada masyarakat luas.
Mokhammad Fajar Pradipta, S.Si., M.Eng, dosen pembimbing program BRICOFI, terus memantau pelaksanaan program ini, sehingga harapan untuk
dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan limbah serta penerapan konsep zero waste benar-benar terwujud dengan baik.
Pada prinsipnya pengolahan limbah berfokus pada pembuatan briket dari tempurung kelapa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang memiliki kelebihan, yakni lebih awet daripada arang.
Sementara cocopeat-nya dapat dimanfaatkan sebagai media tanam, khususnya untuk tanaman anggrek. Cocofiber juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku keset, sapu, hingga tali tambang.
Semua berharap seluruh program yang telah direncanakan oleh tim BRICOFI dapat terlaksana seluruhnya sehingga warga desa terbantu dalam menyelesaikan masalah lingkungan tentang limbah, bahkan menjadi produk inovatif yang berdampak positif bagi masyarakat desa.
Disambut antusias
Inovasi program BRICOFI usulan tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM disambut antusias oleh warga Desa Trenten, khususnya anggota gapoktan.
Masyarakat menerima, antusias, dan sama sekali tidak ada resistensi untuk mengikuti program BRICOFI di Desa Trenten hingga selesai.
Bahkan banyak dari masyarakat yang sangat mendukung terlaksananya program BRICOFI karena keinginan untuk dapat meningkatkan perekonomian di Desa Trenten.
Yuni, Ketua KWT Nira Lestari Desa Trenten, misalnya, menjadi salah satu kader yang sangat aktif untuk bisa turut serta memanfaatkan limbah kelapa agar dapat memberikan nilai tambah ekonomi masyarakat setempat.
Anggota gapoktan di Desa Trenten, Sutanti, misalnya, juga mengaku senang dengan adanya inovasi dari tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM. Mereka sangat antusias untuk melaksanakan program BRICOFI hingga akhir kegiatan.
Masyarakat memang berkesempatan mendapatkan pelatihan dan belajar mengenai pemanfaatan limbah.
Program BRICOFI sebagai bentuk kolaborasi antara mahasiswa tim PPK Ormawa BEM KM FMIPA UGM dengan anggota gapoktan di Desa Trenten melakukan transformasi limbah serabut dan tempurung kelapa menjadi briket, cocopeat, dan cocofiber diharapkan juga dapat direplikasi di wilayah lainnya.
Bukan semata untuk tujuan menyelesaikan permasalahan limbah serabut dan tempurung kelapa, tapi sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah perdesaan sehingga kemiskinan terentaskan.
Program BRICOFI juga layak untuk diapresiasi karena membantu untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan nomor 8,yaitu pertumbuhan ekonomi desa merata, khususnya di Desa Trenten.