Palu (ANTARA) - Bank Indonesia perwakilan Sulawesi Tengah mencatat kinerja lapangan usaha dari industri pengolahan, masih tumbuh positif selama tahun 2024.
"Pada triwulan II tahun 2024 (TW II-2024), sektor industri pengolahan di Sulteng mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 18,71 persen. Meskipun lebih rendah dibandingkan dengan TW I-2024 yang mencapai 21,27 persen," kata Kepala BI Sulteng Rony Hartawan di Palu, Kamis.
Kata dia, ekonomi Sulteng TW II-2024 tetap tumbuh positif sebesar 9,75 persen secara tahunan. Pertumbuhan itu melambat dibandingkan dengan TW I-2024 sebesar 10,49 persen.
Dia menjelaskan, indusri pengolahan masih menjadi penggerak penting bagi perekonomian Suteng. Lanjut dia, industri pengolahan merupakan salah satu kategori lapangan usaha yang menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Industri pengolahan juga berkaitan dengan sektor pertambangan dan penggalian, khususnya produksi nikel pig iron (NPI).
Berdasrkan laporan Shanghai Metal Markets (SMM), pada tahun 2024, direncanakan pengoperasian 20 lini smelter pirometalurgi untuk meningkatkan produksi NPI. Terdiri dari 12 smelter di Kabupaten Morowali dan 8 smelter di Kabupaten Morowali Utara.
"Rencana itu menunjukkan upaya strategis untuk meningkatkan kapasitas produksi NPI, sekaligus membantu Indonesia mempertahankan posisinya sebagai produsen utama NPI di pasar global," katanya.
Dari data SMM, produksi NPI di Indonesia pada TW II-2024 mencapai 365 ribu metrik ton, dengan pertumbuhan sebesar 4,79 persen. Namun, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan TW I-2024, yang mencatatkan pertumbuhan 19,87 persen. Sebagian besar produksi NPI Indonesia diekspor ke Tiongkok yang menjadi mitra dagang utama. Pada TW II-2024, Indonesia mendominasi 92,25 persen pangsa pasar NPI dan feronikel di Tiongkok.
Kata Rony, Indonesia berada pada jalur untuk terus menjadi pemain utama dalam industri nikel global. Hal itu menjadi penting di tengah meningkatnya kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik (EV) di masa depan. Namun, dia mengingatkan, untuk menjaga prospek positif ini, Indonesia perlu memperhatikan aspek keberlanjutan, seperti pengelolaan lingkungan dari kegiatan penambangan dan pengolahan nikel, serta memastikan bahwa manfaat ekonomi dari pertumbuhan sektor ini dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat setempat.
"Pada triwulan II tahun 2024 (TW II-2024), sektor industri pengolahan di Sulteng mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 18,71 persen. Meskipun lebih rendah dibandingkan dengan TW I-2024 yang mencapai 21,27 persen," kata Kepala BI Sulteng Rony Hartawan di Palu, Kamis.
Kata dia, ekonomi Sulteng TW II-2024 tetap tumbuh positif sebesar 9,75 persen secara tahunan. Pertumbuhan itu melambat dibandingkan dengan TW I-2024 sebesar 10,49 persen.
Dia menjelaskan, indusri pengolahan masih menjadi penggerak penting bagi perekonomian Suteng. Lanjut dia, industri pengolahan merupakan salah satu kategori lapangan usaha yang menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Industri pengolahan juga berkaitan dengan sektor pertambangan dan penggalian, khususnya produksi nikel pig iron (NPI).
Berdasrkan laporan Shanghai Metal Markets (SMM), pada tahun 2024, direncanakan pengoperasian 20 lini smelter pirometalurgi untuk meningkatkan produksi NPI. Terdiri dari 12 smelter di Kabupaten Morowali dan 8 smelter di Kabupaten Morowali Utara.
"Rencana itu menunjukkan upaya strategis untuk meningkatkan kapasitas produksi NPI, sekaligus membantu Indonesia mempertahankan posisinya sebagai produsen utama NPI di pasar global," katanya.
Dari data SMM, produksi NPI di Indonesia pada TW II-2024 mencapai 365 ribu metrik ton, dengan pertumbuhan sebesar 4,79 persen. Namun, pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan dengan TW I-2024, yang mencatatkan pertumbuhan 19,87 persen. Sebagian besar produksi NPI Indonesia diekspor ke Tiongkok yang menjadi mitra dagang utama. Pada TW II-2024, Indonesia mendominasi 92,25 persen pangsa pasar NPI dan feronikel di Tiongkok.
Kata Rony, Indonesia berada pada jalur untuk terus menjadi pemain utama dalam industri nikel global. Hal itu menjadi penting di tengah meningkatnya kebutuhan nikel untuk baterai kendaraan listrik (EV) di masa depan. Namun, dia mengingatkan, untuk menjaga prospek positif ini, Indonesia perlu memperhatikan aspek keberlanjutan, seperti pengelolaan lingkungan dari kegiatan penambangan dan pengolahan nikel, serta memastikan bahwa manfaat ekonomi dari pertumbuhan sektor ini dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat setempat.