Palembang - Ahli kesehatan dr Boyke Dian Nugraha SPOG (K) sejak tiga tahun terakhir aktif mensosialisasikan pencegahan kanker mulut rahim (serviks), hingga ke pelosok-pelosok kota di Indonesia.
"Saya tergugah karena melihat sendiri bagaimana penyakit itu menggerogoti tubuh pasien hingga meninggal. Betul-betul mengerikan," kata Boyke pada Seminar Kesehatan Wanita Yayasan Bunda Eva di Palembang, Selasa.
Keseharian Boyke pada RS itu diantaranya menyaksikan penderita kanker serviks mengalami kesakitan luar biasa akibat kemoterapi, penggunaan zat-zat radioaktif, hingga harus disuntik morpin sebelum akhirnya meninggal.
Kejadian buruk lainnya, para penderita harus membayar hingga ratusan juta rupiah untuk pengobatan.
"Saya tidak tahan sekali melihat kejadian-kejadian di rumah sakit hingga sudah meninggal pun, tubuh sampai gosong karena dikemoterapi terus," katanya.
Boyke melakukan safari hampir ke seluruh provinsi di Indonesia untuk menggiatkan vaksinasi kanker serviks pada kaum perempuan usia (9-55 tahun).
Vaksinasi itu dilakukan sebanyak tiga kali seumur hidup dalam rentan enam bulan.
"Antusias cukup tinggi, ada yang langsung minta vaksinasi. Saya sengaja gratiskan dan hanya membayar vaksinnya saja sebesar Rp630 ribu. Kaum perempuan di Indonesia terpaksa mengeluarkan biaya sendiri karena harga vaksinnya sangat mahal, berbeda dengan negara maju yang sudah gratis," ujarnya.
Kanker mulut rahim merupakan pembunuh pertama di dunia karena tiap dua menit terdapat seorang wanita meninggal. Vaksinasi paling mujarab dilakukan pada perempuan usia 9-25 tahun.
"Kanker ini sudah mendunia dan harus diwaspadai oleh siapa saja karena gejala-gejalanya sama sekali tidak bisa dideteksi, tapi jika terkena biasaya sudah stadium tiga atau empat," katanya.
Ia mengingatkan, untuk mencegahnya dengan menjaga kebersihan organ intim kewanitaan, menjaga keharmonisan keluarga dengan menghindari perselingkuhan dan sex yang menyimpang.
"Virus HPV penyebab kanker serviks ditemukan di toilet dan handuk yang kotor sebesar 15 persen, tapi penyebab utamanya karena hubungan sex sekitar 80-85 persen," katanya. (039)
"Saya tergugah karena melihat sendiri bagaimana penyakit itu menggerogoti tubuh pasien hingga meninggal. Betul-betul mengerikan," kata Boyke pada Seminar Kesehatan Wanita Yayasan Bunda Eva di Palembang, Selasa.
Keseharian Boyke pada RS itu diantaranya menyaksikan penderita kanker serviks mengalami kesakitan luar biasa akibat kemoterapi, penggunaan zat-zat radioaktif, hingga harus disuntik morpin sebelum akhirnya meninggal.
Kejadian buruk lainnya, para penderita harus membayar hingga ratusan juta rupiah untuk pengobatan.
"Saya tidak tahan sekali melihat kejadian-kejadian di rumah sakit hingga sudah meninggal pun, tubuh sampai gosong karena dikemoterapi terus," katanya.
Boyke melakukan safari hampir ke seluruh provinsi di Indonesia untuk menggiatkan vaksinasi kanker serviks pada kaum perempuan usia (9-55 tahun).
Vaksinasi itu dilakukan sebanyak tiga kali seumur hidup dalam rentan enam bulan.
"Antusias cukup tinggi, ada yang langsung minta vaksinasi. Saya sengaja gratiskan dan hanya membayar vaksinnya saja sebesar Rp630 ribu. Kaum perempuan di Indonesia terpaksa mengeluarkan biaya sendiri karena harga vaksinnya sangat mahal, berbeda dengan negara maju yang sudah gratis," ujarnya.
Kanker mulut rahim merupakan pembunuh pertama di dunia karena tiap dua menit terdapat seorang wanita meninggal. Vaksinasi paling mujarab dilakukan pada perempuan usia 9-25 tahun.
"Kanker ini sudah mendunia dan harus diwaspadai oleh siapa saja karena gejala-gejalanya sama sekali tidak bisa dideteksi, tapi jika terkena biasaya sudah stadium tiga atau empat," katanya.
Ia mengingatkan, untuk mencegahnya dengan menjaga kebersihan organ intim kewanitaan, menjaga keharmonisan keluarga dengan menghindari perselingkuhan dan sex yang menyimpang.
"Virus HPV penyebab kanker serviks ditemukan di toilet dan handuk yang kotor sebesar 15 persen, tapi penyebab utamanya karena hubungan sex sekitar 80-85 persen," katanya. (039)