Jakarta (ANTARA) - Country Director Google Cloud Indonesia Fanly Tanto menjelaskan bahwa inisiatif AI Innovation Center hadir untuk mengatasi sejumlah hambatan yang sering dihadapi perusahaan dalam mengadopsi teknologi generatif AI (Gen AI).
"AI Innovation Center itu untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada. Jadi kita melihat Gen AI itu banyak sekali orang membicarakan mengenai Gen AI, mau dong pakai Gen AI. Tapi banyak dari mereka kesulitan untuk ke arah produksi. Banyak yang coba, tapi ke produksinya bagaimana?" kata Fanly dalam wawancara khusus di Jakarta, Kamis (13/3).
Fanly menjelaskan beberapa hambatan utama antara lain keberadaan warisan teknologi yang sudah dimiliki perusahaan, kurangnya keterampilan yang memadai, masalah kedaulatan data (data sovereignty), serta tantangan regulasi.
AI Innovation Center, kata dia, hadir untuk membantu perusahaan mengatasi hambatan-hambatan tersebut. AI Innovation sendiri merupakan inisiatif hasil kolaborasi antara Google Cloud dan Boston Consulting Group (BCG).
Fanly mengatakan kolaborasi keduanya bertujuan untuk menemukan "use case" yang tepat bagi perusahaan di berbagai sektor, seperti perbankan, telekomunikasi, ritel, dan sektor publik.
Fanly juga menekankan bahwa AI dirancang untuk membantu kerja manusia, bukan menggantikan peran mereka.
"Di Google Cloud, kami percaya AI akan membantu orang, bukan menggantikan mereka. Anggap saja Gen AI adalah sebagai pendamping super power," ujarnya.
Sementara itu, Managing Director and Senior Partner BCG Davids Tjhin menambahkan bahwa AI bukanlah teknologi baru. Menurutnya, AI telah ada sejak 10-15 tahun lalu, namun popularitasnya melonjak ketika teknologi ini menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat umum.
Davids mengungkapkan bahwa berdasarkan penelitian BCG yang mencakup 73 negara, sekitar 65 hingga 70 persen perusahaan besar di Asia Pasifik telah melakukan eksperimen dengan AI. Namun, hanya 15 hingga 16 persen yang melaporkan hasil nyata dari implementasi tersebut.
Menurutnya, tantangan terbesar yang dihadapi perusahaan adalah ketidakberanian mengambil keputusan berbasis data, terutama di kalangan eksekutif senior yang sudah terbiasa dengan pola pikir mereka.
AI Innovation Center hadir untuk membantu perusahaan-perusahaan ini dalam merancang strategi hingga proses kerja yang mendukung transformasi AI.
"Jadi mereka enggak berani gitu ya. Meskipun sudah ada software gitu. Mungkin mereka merasa jangan-jangan itu keputusan bisa salah. Nah untuk level itu lah makanya kita yang biasanya bantu mereka mengambil keputusan strategis untuk berani melangkah ke arah sana," ujar Davids.
Google Cloud dan Boston Consulting Group (BCG) dan meluncurkan AI Innovation Center di Indonesia, sebuah kolaborasi untuk mendukung perusahaan dalam berinovasi dengan memanfaatkan kecerdasan artifisial (AI) dalam skala besar.
AI Innovation Center hadir untuk membantu perusahaan dan instansi pemerintah memanfaatkan AI guna meningkatkan efisiensi, menciptakan pengalaman pelanggan yang lebih baik, dan membuka peluang bisnis baru.
Pusat inovasi ini menyediakan keahlian, teknologi, pelatihan, dan panduan yang tepat, sehingga perusahaan dapat menerapkan AI generatif sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka, menentukan masalah yang bisa diselesaikan dengan AI, menguji coba solusi AI dalam skala kecil, serta mengelola perubahan dalam proses kerja agar adopsi AI berjalan lancar.
AI Innovation Center menyediakan AI sandbox, sebuah lingkungan uji coba berbasis teknologi Google Cloud yang mencakup infrastruktur AI berkinerja tinggi, platform Vertex AI, model AI canggih, dan alat pengembangan yang mudah digunakan.
Teknologi ini dipadukan dengan keahlian industri dan strategi dari BCG, yang membantu perusahaan dalam menerapkan solusi AI secara efektif.
Dengan akses ke praktisi digital, arsitek, ahli data, dan spesialis teknik dari BCG, serta tim produk dan teknisi khusus dari Google Cloud, pelanggan mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk beralih dengan cepat dari eksperimen ke transformasi AI, serta memaksimalkan nilai bisnis dari teknologi tersebut .