Donggala, Sulteng (ANTARA) - Forum Kerukunan Umat Beragama Sulawesi Tengah (FKUB Sulteng) mengajak umat beragama di daerah itu menjaga komunikasi dalam interaksi sosial supaya kerukunan semakin kuat dan erat.
"Komunikasi agama itu penting, karena di era digital saat ini informasi cepat menyebar, maka dibutuhkan kedewasaan dalam berucap di ruang internal maupun ruang publik supaya tidak menyinggung umat lain," kata Ketua FKUB Sulteng Prof Zainal Abidin saat melakukan sosial tentang moderasi beragama di Donggala, Rabu.
Ia mengemukakan, salah satu tantangan terbesar dalam menjaga kerukunan saat ini adalah kesadaran hidup di era globalisasi, menjaga lisan bagian yang tidak terpisahkan dalam membangun umat yang rukun dan toleran.
Meskipun masyarakat di daerah ini (Sulteng) sudah toleran, namun merawat dan menjaga kerukunan tetap dikedepankan, karena tidak ada jaminan umat beragama tidak diadudomba oleh pihak-pihak yang sengaja memecah belah.
"Peran tokoh agama sangat sentral. Pesan-pesan perdamaian harus terus disuarakan, baik di rumah ibadah maupun tempat-tempat lain," ujarnya.
Ia mengingatkan bahaya terbesar pembicaraan mengenai agama orang lain, sekalipun disampaikan di ruang internal seperti masjid atau gereja bisa dengan mudah tersebar luas, berpotensi memicu bibit-bibit kebencian di antara umat beragama.
Apa yang dibicarakan di suatu tempat bisa diketahui oleh orang di wilayah lain, bahkan secara real time karena di dukung media sosial.
"Kondisi ini menuntut kehati-hatian begitu juga menyangkut agama, seorang penganut agama tidak boleh sembarang bicara terkait agama yang dianut orang lain. Semua pihak fokus pada keyakinan masing-masing tanpa mengusik pihak lain," ucap Zainal yang juga pakar pemikir Islam modern.
Ia menjelaskan, menjaga kerukunan dan kedamaian adalah warisan yang harus diperjuangkan, supaya manfaatnya bisa dirasakan generasi penerus yang dapat hidup rukun dan damai di masa mendatang.
"Semua agama pasti mengajarkan kebaikan, maka moderasi beragama salah satu model yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara," kata dia.
Guna mencapai tujuan hidup yang rukun dan damai, ada lima strategi kunci yakni menerima perbedaan, mengedepankan persamaan, saling percaya, saling memahami dan moderasi beragama.
"Moderasi beragama ialah bermoderasi dalam menjalankan ajaran agama, bukan mengubah ajaran agama. Tidak perlu memperdebatkan perbedaan, karena perbedaan merupakan ketentuan Tuhan bukan kemauan manusia sebagai makhluk ciptaan," tutur Zainal.