Palu, (Antaranews Sulteng) - Anggota Komisi IV DPR RI Indira Chunda Thita mempertanyakan besarnya angka pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah sebesar 9,98 persen, namun tidak sebanding dengan tingkat pengangguran yang cukup tinggi mencapai 14 persen.
Jika melihat data, kata dia, luasan tanaman kakao di Sulawesi Tengah terbesar di Indonesia, bahkan dalam tiga tahun terakhir, adanya program intensifikasi tanaman kakao di Sulteng.
"Kenapa angka 14 persen tidak bergeser, siapa sebenarnya yang menikmati ini. Sebenarnya saya ingin tanya ke Bapak Gubernur, karena tidak ada, makanya siapa saja yang bisa jawab," kata Indira dalam pertemuan bersama Pemprov Sulteng di Kota Palu, Senin (19/2) malam.
Terkait hal itu, asisten bidang perekonomian dan pembangunan Setda Sulteng Bunga Elim Somba mengaku bahwa hal itu sangat ironis. Namun, angka pengangguran di Sulteng masih berada di bawah angka nasional.
Baca juga: Pemprov minta DPR bantu perkebunan di Sulteng
Jika melihat data, kata dia, luasan tanaman kakao di Sulawesi Tengah terbesar di Indonesia, bahkan dalam tiga tahun terakhir, adanya program intensifikasi tanaman kakao di Sulteng.
"Kenapa angka 14 persen tidak bergeser, siapa sebenarnya yang menikmati ini. Sebenarnya saya ingin tanya ke Bapak Gubernur, karena tidak ada, makanya siapa saja yang bisa jawab," kata Indira dalam pertemuan bersama Pemprov Sulteng di Kota Palu, Senin (19/2) malam.
Terkait hal itu, asisten bidang perekonomian dan pembangunan Setda Sulteng Bunga Elim Somba mengaku bahwa hal itu sangat ironis. Namun, angka pengangguran di Sulteng masih berada di bawah angka nasional.
Baca juga: Pemprov minta DPR bantu perkebunan di Sulteng
Elim menjelaskan banyaknya pengangguran, disebabkan oleh perkebunan kelapa, cengkih dan kakao yang ada di Sulteng adalah kebun rakyat, sehingga tidak dapat menciptakan lapangan kerja.
"Beda dengan perkebunan sawit yang ditalangi oleh perusahaan, pasti dapat menyerap tenaga kerja," ujarnya.
Terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi, Elim menjelaskan hal itu merupakan sumbangan dari sektor pertambagan baik smelter nikel, maupun minyak dan gas. Namun Pemprov Sulteng meyakini, bahwa sumber daya alam itu lama kelamaan akan habis juga, sehingga pihaknya telah menyiapkan strategi untuk mengembangkan sektor lainnya, seperti agribisnis dan industri pariwisata.
Sementara itu Sekretaris Provinsi Sulteng Hidayat Lamakarate mewakili Gubernur Sulteng berharap kunjungan tersebut bisa mendapatkan masukan berupa data faktual, dari berbagai instansi teknis terkait di Sulteng, sehingga dapat dicarikan solusi untuk menangani persoalan tersebut.
Rombongan anggota Komisi IV DPR RI melaksanakan kunjungan kerja di Kota Palu dan Kabupaten Sigi dalam rangka reses masa persidangan III tahun sidang 2017 - 2018 yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV Roem Kono.
"Beda dengan perkebunan sawit yang ditalangi oleh perusahaan, pasti dapat menyerap tenaga kerja," ujarnya.
Terkait dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi, Elim menjelaskan hal itu merupakan sumbangan dari sektor pertambagan baik smelter nikel, maupun minyak dan gas. Namun Pemprov Sulteng meyakini, bahwa sumber daya alam itu lama kelamaan akan habis juga, sehingga pihaknya telah menyiapkan strategi untuk mengembangkan sektor lainnya, seperti agribisnis dan industri pariwisata.
Sementara itu Sekretaris Provinsi Sulteng Hidayat Lamakarate mewakili Gubernur Sulteng berharap kunjungan tersebut bisa mendapatkan masukan berupa data faktual, dari berbagai instansi teknis terkait di Sulteng, sehingga dapat dicarikan solusi untuk menangani persoalan tersebut.
Rombongan anggota Komisi IV DPR RI melaksanakan kunjungan kerja di Kota Palu dan Kabupaten Sigi dalam rangka reses masa persidangan III tahun sidang 2017 - 2018 yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IV Roem Kono.