Parigi, (Antaranews Sulteng) - Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mencatat produksi komoditi kakao di daerah itu mencapai 69.704 ton pertahun.
"Produksi kakao di Parigi Moutong ini masih termasuk tinggi dibanding daerah lainnya, meski cenderung mengalami penurunan produksi," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Parigi Moutong Nelson Metubun di Parigi, Jumat.
Ia menjelaskan terjadinya penurunan produksi disebabkan sebagian besar kakao merupakan tanaman yang sudah tua, dan untuk meningkatan serta menstabilkan kembali produksinya, petani harus melakukan peremajaan.
"Beberapa tahun lalu, produktivitas lahan kakao di Parigi Moutong mencapai 1,2 ton perhektare, namun sekarang paling tinggi 750 kilogram/hektare.
Meski sedikit mengalami penurunan namun langkah antisipasi sudah dilakukan pemerintah bersama petani setempat.
pada 2016 lalu, produksi kakao Sulawesi Tengah mencapai 158.278 ton dengan luas lahan sekitar 289. 274 hektare, sebanyak 69.880 ton dari total produksi kakao tersebut berasal dari Parigi Moutong.
Saat ini Parigi Moutong masih tercatat sebagai kabupaten penghasil dan sentra kakao di Sulawesi Tengah.
Menurutnya, kakao Parigi Moutong memiliki kualitas yang cukup baik sehingga sangat disukai konsumen.
Dengan dilakukannya peremajaan kakao secara besar-besaran oleh para petani, kata Nelson, produksi kakao di kabupaten itu diharapkan bisa kembali stabil dan kualitasnya semakin baik sehingga bisa menopang Sulawesi Tengah untuk mempertahankan posisinya sebagai poenghasil kakao penting di Indonesia.
Selain sentra kakao, Parigi Moutong juga merupakan kabupaten penghasil beras terbesar di Sulteng.
Nelson menambahkan, selain kakao dan padi, Parigi Moutong juga memiliki komoditi unggulan lainnya yakni kelapa dan cengkeh.
Dari data dinas pertanian setempat bahwa produksi kepala di kabupaten itu mencapai 212.176.000 butir/tahun dengan luas lahan sebesar 26.522 hektar sedangkan produksi komoditi cengkeh 4.981 ton/tahun.
"Produksi kakao di Parigi Moutong ini masih termasuk tinggi dibanding daerah lainnya, meski cenderung mengalami penurunan produksi," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Parigi Moutong Nelson Metubun di Parigi, Jumat.
Ia menjelaskan terjadinya penurunan produksi disebabkan sebagian besar kakao merupakan tanaman yang sudah tua, dan untuk meningkatan serta menstabilkan kembali produksinya, petani harus melakukan peremajaan.
"Beberapa tahun lalu, produktivitas lahan kakao di Parigi Moutong mencapai 1,2 ton perhektare, namun sekarang paling tinggi 750 kilogram/hektare.
Meski sedikit mengalami penurunan namun langkah antisipasi sudah dilakukan pemerintah bersama petani setempat.
pada 2016 lalu, produksi kakao Sulawesi Tengah mencapai 158.278 ton dengan luas lahan sekitar 289. 274 hektare, sebanyak 69.880 ton dari total produksi kakao tersebut berasal dari Parigi Moutong.
Saat ini Parigi Moutong masih tercatat sebagai kabupaten penghasil dan sentra kakao di Sulawesi Tengah.
Menurutnya, kakao Parigi Moutong memiliki kualitas yang cukup baik sehingga sangat disukai konsumen.
Dengan dilakukannya peremajaan kakao secara besar-besaran oleh para petani, kata Nelson, produksi kakao di kabupaten itu diharapkan bisa kembali stabil dan kualitasnya semakin baik sehingga bisa menopang Sulawesi Tengah untuk mempertahankan posisinya sebagai poenghasil kakao penting di Indonesia.
Selain sentra kakao, Parigi Moutong juga merupakan kabupaten penghasil beras terbesar di Sulteng.
Nelson menambahkan, selain kakao dan padi, Parigi Moutong juga memiliki komoditi unggulan lainnya yakni kelapa dan cengkeh.
Dari data dinas pertanian setempat bahwa produksi kepala di kabupaten itu mencapai 212.176.000 butir/tahun dengan luas lahan sebesar 26.522 hektar sedangkan produksi komoditi cengkeh 4.981 ton/tahun.