Lashkar Gah,  (Antaranews Sulteng) - Pasukan Afghanistan didukung serangan udara bertempur pada Senin untuk merebut kembali pusat distrik di Provinsi Farah, Afghanistan barat, setelah petempur Taliban merebutnya dalam serangan semalam, yang menewaskan beberapa polisi, kata pejabat setempat.

Pertarungan di Farah menegaskan kekuatan gerakan Taliban, yang terus berlanjut, yang menguasai atau memperjuangkan hampir setengah dari Afghanistan dan sejauh ini menolak tawaran perdamaian dari Presiden Ashraf Ghani.

Nasrat Rahimi, wakil juru bicara kementerian dalam negeri, mengatakan bahwa bala bantuan tiba di kota Anar Dara dan dikelilingi sekelompok petempur Taliban. Serangan udara menewaskan 56 petempur pemberontak, katanya.

Delapan polisi, termasuk komandan polisi setempat terbunuh dan beberapa lagi cedera, tambahnya.

Baca juga: Jokowi tolak pakai rompi anti-peluru di afghanistan
Baca juga: Jokowi jadi Imam shalat di masjid Afghanistan

Taliban melansir gambar, yang tampaknya menunjukkan petempur di kota tersebut dan juru bicara kelompok itu, Qari Yousuf Ahmadi, mengatakan bahwa 15 polisi tewas serta beberapa kendaraan militer direbut bersama dengan sejumlah besar peledak.

Belum ada tanggapan dari markas militer Amerika Serikat di Kabul.

Komandan Afghanistan dan AS secara keseluruhan telah optimis tentang jalannya perang sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan strategi militer baru dan lebih kuat tahun lalu, dengan lebih banyak serangan udara dan dukungan yang lebih besar untuk pasukan Afghanistan.

Pertempuran di Anar Dara terjadi beberapa hari setelah pejabat setempat mengatakan bahwa Taliban telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan khusus Afghanistan di distrik lainnya di Farah, wilayah yang terisolasi di mana pemerintah telah lama berusaha untuk mengendalikannya.

Tekanan terhadap Farah telah meningkat saat serangan udara AS dan operasi tentara Afghanistan telah menimbulkan korban berat pada petempur Taliban di Provinsi Helmand, wilayah pertumbuhan opium utama di negara itu dan pusat pemberontakan.

Pada Januari, Gubernur Farah mengundurkan diri, menyalahkan campur tangan politik dan korupsi. Warga kota Farah mengeluhkan keamanan di provinsi tersebut, di mana beberapa unit polisi dituduh berkolusi dengan petempur Taliban, menjual senjata dan amunisi mereka.

Meskipun mereka gagal mencapai kota-kota besar di provinsi tersebut, pemberontak telah beberapa kali merebut pusat-pusat distrik, meskipun mereka sering diusir begitu saja oleh bala bantuan pemerintah.

Dengan pendekatan cuaca musim semi yang lebih lembut, pejabat keamanan mengatakan bahwa mereka berharap untuk bertempur melawan Taliban, yang bertempur untuk mengusir pasukan internasional dan memaksakan versi hukum Islam mereka yang ketat, meningkatkan tekanan.

Perkiraan terkini militer AS pada Desember menunjukkan bahwa pemerintah Afghanistan mengendalikan atau memiliki pengaruh terhadap 56 persen distrik, dengan pemberontak mengendalikan atau memperebutkan sisanya.

Baca juga: Kunjungan "nekad" ke Afghanistan

Pewarta : -
Uploader : Sukardi
Copyright © ANTARA 2024