Palu (Antaranews Sulteng) - Anggota Komisi IV DPR RI Sudin, SE berjanji akan terus mendorong dan memperjuangkan agar pengembangan teknologi budidaya udang supra intensif Indonesia skala rakyat bisa dibiayai dengan dana APBN mulai 2019 untuk membangun model-model yang dapat dicontoh oleh masyarakat secara mandiri.

"Kemarin saya sudah lihat implementasi teknologi ini di Kota Palu dan saya nilai ini bagus sekali untuk dikembangkan secara nasional dengan dukungan dana APBN," katanya kepada wartawan di Palu, Jumat, usai menjadi pembicara kunci pada sosialisasi UU No.7 Tahun 2016 tentang perlindungan dan pemberdayaan nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam.

Menurut politisi PDI Perjuangan dari Provinsi Lampung tersebut, budidaya udang supra intensif Indonesia temuan Dr Hasanuddin Atjo itu sangat cocok diimplementasikan secara massal karena diyakini mampu mempercepat kesejahteraan nelayan, khususnya para pembudidaya, sesuai amanat UU No.7 Tahun 2016.

"Dengan modal Rp25 juta saja, seorang petambak kecil sudah bisa mengembangkan teknologi yang memiliki tingkat produktivitas sangat tinggi tersebut," ujarnya.

Karena itu, kata Sudin, sebelum pembahasan RAPBN 2019 dimulai, ia akan mengundang Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng serta para Kepala Dinas Perikanan kabupaten/kota se-Sulteng untuk memberikan presentasi di depan para anggota Komisi IV DPR RI.

"Maksudnya supaya semua legislator yang membidangi masalah pertanian dan kelautan perikanan itu memiliki pemahaman yang cukup mengenai teknologi ini dan diharapkan bisa menyetujui alokasi APBN untuk pengembangan teknologi ini secara massal," ujarnya.

Sudin menilai bahwa selama ini, Kementerian KP selalu membeli excavator dengan harga cukup mahal dan membagi-bagikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menggali tambak, tetapi ternyata hasilnya tidak maksimal.

"Bila alokasi APBN nantinya bisa disetujui DPR RI, maka pengelolaan dana ini akan dilakukan melalui mekanisme bantuan sosial karena replikasi teknologi ini masih membutuhkan pendampingan dan pengawasan yang intensif," ujarnya.
  Gubernur Sulteng Longki Djanggola mengangkat udang hasil panen perdana pada tambak sistem budidaya supra intensif skala rakyat di BBI Mamboro, Kota Palu, Selasa (15/5) (Antaranews Sulteng/Muh. Hamzah) (Antaranews Sulteng/Muh. Hamzah/)
Baca juga: Teknologi budidaya udang supra intensif kini tersedia untuk UKM (vidio)
Baca juga: Prof Rhenald Kasali: Tambak Supra Intensif Sangat Menjanjikan


Kepala Dinas KP Sulteng Hasanuddin Atjo selaku penemu teknologi budidaya udang supra intensif Indonesia menjelaskan bahwa teknologi ini sangat intensif dan padat modal sehingga biaya investasinya cukup mahal namun produktivitasnya sangat tinggi mencapai 153 ton/hektare dengan margin cukup menarik yakni bisa mencapai 40-50 persen.

Namun, kata Kadis KP Sulteng itu, dalam dua tahun terakhir, pihakya sudah menemukan teknologi supra intensif skala rakyat dengan kebutuhan modal yang kecil namun produktivitas tetap tinggi sehingga bisa direplikasi oleh petambak kecil dan menengah di pedesaan.

Perbedaan utamanya terletak pada konstruksi tambak, dimana teknologi supra intensif skala rakyat menggunakan kolam plastik bertulang besi beton, sedangkan teknologi supra intensif menggunakan kolam beton.

Keunggulan kolam plastik adalah konstruksinya relatif murah, tidak membutuhkan lahan yang luas serta biaya investasi dan operasionalnya kecil dan produktivitasnya mencapai 250-300 kg/kolam dengan masa budidaya empat bulan.

Menurut Atjo, pihaknya sudah mempresentasikan teknologi ini di depan pejabat tinggi lingkup Kementerian Koordinator PMK dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Bappenas, dengan harapan mendapat dukungan pengembangan dengan menggunakan dana desa. 

Baca juga: Mengapa Teknologi Udang Supra Intensif Mendesak Dikembangkan?
Baca juga: Ini Dia Tambak Udang Berproduktivitas Tertinggi Di Dunia
  Kadis KP Sulteng, yang juga penemu teknologi budidaya udang supra intensif Dr Ir H Hasanuddin Atjo, MP menjelaskan kepada wartawan hasil rekayasa konstruksi teknologi ini sehingga dapat direplikasi pengusaha tambak skala kecil di Palu, Selasa (20/2) (Antaranews Sulteng/Rolex Malaha)

Pewarta : Rolex Malaha
Editor : Adha Nadjemudin
Copyright © ANTARA 2024