Palu, (Antaranews Sulteng) - Jumat (28/9) sore itu, panitia festival kebudayaan dan seni bertajuk Festival Palu Nomoni III sedang pembukaan acara memperingati Hari Ulang Tahun ke-40 Kota Palu.
Jumat malam pukul 19.30 Wita, Festival Palu Nomoni III dijadwalkan dibuka secara resmi oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dan dihadiri ribuan undangan untuk pejabat, tokoh, dan masyarakat umum.
Perhelatan tahunan pariwisata Kota Palu itu sekaligus dirangkai dengan Hari Habitat Dunia. Kota Palu juga dipilih sebagai tuan rumah peringatan itu.
Tetamu dari kabupaten/kota se-Sulawesi Tengah, provinsi lain, pejabat kementerian, dan dari luar negeri dijadwalkan hadir.
Seperti dua kali Festival Palu Nomoni sebelumnya, festival kali ini kembali dipusatkan bibir pantai di Teluk Palu.
Pemandangan di teluk itu kala sore indah, dikelilingi panorama bukit, pegunungan, sungai serta jembatan lengkung yang menghubungkan Kecamatan Palu Barat dan Palu Timur.
Tak ada nama resmi jembatan yang diresmikan pada tahun 2006. Bagi sebagian orang, menyebut jalan layang (fly over) itusebagai Jembatan IV, ada pula yang mengenalnya sebagai Jembatan Kuning.
Panitia dikerahkan pemerintah kota untuk menyukseskan festival yang diharapkan menyedot perhatian wisatawan nusantara dan asing.
"Sore itu seluruh perwakilan kelurahan sedang memfinalkan penataan kawasan soki-soki. Saya ikut mengawasi persiapannya," kata Asisten II Sekretariat Kota Palu Imran Lataha.
Soki-soki adalah kawasan yang di dalamnya dibangun miniatur kampung Kaili yang menghadirkan nuansa rumah dan menu makanan tradisional Kaili tempo dulu. Kawasan ini terletak di kaki Jembatan Palu IV bagian timur.
Di tempat ini para perwakilan 46 kelurahan sedang ramai membenahi tempat yang menjadi tanggungjawabnya masing-masing.
Namun sayang, sebelum semuanya digunakan, gempa dan tsunami pun menyapu bersih tempat itu.
"Begitu gempa, saya lihat semua orang sudah kocar-kacir. Saya langsung naik ke jembatan mengamankan diri karena saya kuatir akan ada tsunami," kata Imran.
Tidak seberapa lama dirinya berdiri di ujung jembatan bagian timur, suara gemuruh muncul.
Ternyata ombak besar menggunung menepi ke bibir pantai. Saat itu Imran langsung memeluk erat salah satu pagar besi jembatan.
"Waktu air menghempas, air itu lewat di atas saya. Karena kuatnya hempasan itu, pelukan saya hampir lepas," katanya.
Menurut Imran, jembatan lengkung sepanjang 250 meter itu roboh karena dihempas air laut.
Pada saat bersamaan jembatan masih dalam posisi bergetar dan mengalami goyangan akibat gempa.
Pada kondisi seperti itulah air laut memukul jembatan selebar 7,5 meter itu hingga akhirnya roboh.
"Waktu pukulan tsunami pertama, jembatan itu sudah roboh tapi masih ada sebagian tersisa. Pada tsunami kedua, roboh semua," katanya.
Seingat Imran, pada peristiwa gempa dan tsunami tersebut ada sekitar 12 orang yang bertahan di ujung jembatan bagian timur. Mereka semuanya selamat meski sempat dihantam air.
Imran hanya terluka pada pergelangan kaki kirinya.
Detik-detik robohnya jembatan Palu IV juga sempat diabadikan oleh seorang netizen. Video itu kini banyak beredar luas di masyarakat.
"Saya lihat orang yang merekam video itu. Dia juga selamat," kata Imran.
Ikon
Jembatan Palu IV merupakan salah satu ikon wisata Kota Palu.
Jembatan yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Mei 2006 itu merupakan jembatan lengkung pertama di Indonesia dan ketiga di dunia setelah Jepang dan Prancis.
Ketinggian jembatan itu mencapai 20,2 meter pada lengkungan paling tinggi dari badan jembatan.
Dari kejauhan apalagi dari udara, jembatan ini sudah tampak mencolok.
Bentuknya melengkung dan warna cat kuning menyala. Pada malam hari, jembatan ini melengkapi nuansa pemandangan malam di tepi pantai Kota Palu.
Jembatan ini semakin eksotis terutama pada malam hari karena dihiasi lampu sorot berwarna-warni hampir semua sudut dan lengkungannya.
Pada ujung bawah jembatan baja ini terdapat jalan yang melingkar terhubung ke jalan lainnya. Satu di sisi barat dan satu di sisi timur.
Jembatan yang dibangun pada era pemerintahan Gubernur Aminuddin Ponulele dan Wali Kota Palu Rusdy Mastura ini menjadi kebanggaan warga Palu sehingga sering kali diabadikan dalam foto, baik dari atas jembatan maupun dari kejauhan.
Tidak jarang pasangan muda-mudi, karib kerabat dan keluarga berfoto di sekitar pantai dengan latar belakang jembatan Palu IV.
Karena sedemikian menariknya jembatan ini, pada setiap momentum seremonial kegiatan yang dilakukan pemerintah, seperti seminar, simposium dan rakor, jembatan Palu IV sering kali dijadikan foto latar belakang panggung.
Bahkan ada yang menjadikan foto jembatan Palu IV sebagai sampul buku dan banyak menghiasi dinding akun facebook warga Palu.
Jembatan ini menyediakan dua tempat untuk pengunjung yang ingin bersantai sekadar berfoto dengan latar belakang muara, laut dan teluk serta sungai yang memanjang dari selatan ke utara.
Dua tempat itu tepat berada di tengah-tengah lengkungan jembatan. Tempat ini terhubung oleh trotoar bagi pejalan kaki di sisi kiri dan kanan jembatan.
Gempa dan tsunami yang mengoyak Kota Palu, Donggala dan Kabupaten Sigi mengakhiri seluruh kisah tentang jembatan Palu IV yang dibangun dengan anggaran daerah puluhan miliar itu.
Akhir dari romantisme Jembatan Kuning di Palu
Jembatan kuning pasca gempa (Foto Antara/dok)