Palu,  (ANTARANews Sulteng) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulawesi Tengah menggencarkan psiko-sosial untuk pemulihan mental perempuan pascabencana gempa, likuifaksi dan tsunami di Palu, Sigi dan Donggala.

"Kegiatan psiko-sosial ini terus kami lakukan mulai sejak pascabencana menerpa Palu, Sigi dan Donggala," ucap Kasubdit Perlindungan Hak Perempuan DP3A Sulteng, Irmawati Sahi di Palu, Senin.

Program psiko-sosial di fokuskan kepada korban di semua titik/lokasi pengungsian tiga daerah tersebut, oleh tim yang terbentuk.

"Dalam sehari ada tim yang turun ke lapangan di titik pengungsian untuk penjangkauan korban gempa, likuifaksi dan tsunami di tiga daerah," ucap Irma lagi.

Layanan psiko sosial, sebut dia, untuk menstimulan korban utamanya perempuan agar kembali bangkit, kembali beraktivitas seperti sebelum bencana.

Layanan psiko sosial, akui dia, untuk perbaikan atau pemulihan mental atau emosional penting dilakukan secara berkesinambungan dengan menempatkan orang-orang atau tim untuk mendampingi korban.

Hal itu karena, bencana gempa dan tsunami serta likuifaksi pada Jumat 28 September 2018 petang, memberikan dampak yang besar terhadap mental masyarakat atau korban.

Utamanya, korban yang kehilangan keluarga, kehilangan kepala rumah tangga, kehilangan tempat tinggal dan sanak saudara serta kehilangan lapangan kerja.

"Patutu di akui bahwa pascabencana banyak persoalan atau problem yang timbul di belakangnya, mulai dari aspek mental dan seterusnya hingga ke masalah ekonomi dan kesejahteraan," ujar Irma.

Dia menilai perempuan di daerah terdampak gempa, tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala rentan miskin.

"Salah satu dampak bencana yaitu membuat perempuan semakin rentan kemiskinan," kata dia.

Perempuan adalah kelompok yang paling rentan ketika terjadi dan pascabencana gempa, tsunami dan likuifaksi.

Kehilangan keluarga, tempat tinggal, lapangan pekerjaan, menjadi faktor bertambah lebarnya kesenjangan sosial antara perempuan dan kaum adam.

Perempuan sebagai korban gempa, tsunami dan likuifaksi, sebut dia, memikul dan menjalani beban dan tantangan hidup yang lebih berat.

Hal yang jelas perempuan korban gempa, tsunami dan likuifaksi mengalami penderitaan yang lebih berat akibat bencana, kata Irma.

Pascabencana masalah baru mengemuka yaitu kemiskinan bertambah, banyak perempuan yang kehilangan lapangan pekerjaan akibat dari gempa.

Hal ini menjadi masalah serius, yang harus menjadi fokus semua pihak untuk membangun/membangkitkan kembali perempuan menuju kesejahteraan.

Baca juga: DP3A : perempuan-anak rentan mengalami pelecehan seksual pascabencana
Baca juga: DP3A : kekerasan terhadap perempuan dipicu ketimpangan gender
 

Pewarta : Muhammad Hajiji
Editor : Adha Nadjemudin
Copyright © ANTARA 2024