DP3A-Palu optimalkan pencegahan kekerasan anak melalui PATBM

id DP3A Palu ,Pencegahan kekerasan anak ,PATBM,Pelatihan PATBM,Kota Palu

DP3A-Palu optimalkan pencegahan kekerasan anak melalui PATBM

DP3A Kota Palu menggandeng Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Palu sebagai narasumber dalam memberikan edukasi kepada para aktivis PATBM di Kota Palu, Rabu (8/11/2023). (ANTARA/HO-Humas LPKA Palu)

Palu (ANTARA) - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengoptimalkan pencegahan kekerasan terhadap anak di daerah itu melalui penguatan terhadap aktivis Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM).
 


"Pelatihan aktivis PATBM ini merupakan bentuk perhatian Pemerintah Kota Palu dalam melindungi setiap anak, khususnya yang berada di kota ini," kata Kepala Seksi Pencegahan Kekerasan dan Perlindungan Anak DP3A Palu Muhammad di Palu, Rabu.

 

DP3A Kota Palu mengoptimalkan peran para aktivis PATBM di daerah itu melalui pelatihan PATBM dengan memberikan edukasi guna mencegah terjadinya kekerasan terhadap anak.

 

Muhammad mengatakan PATBM adalah wadah dari kelompok masyarakat yang bersinergi bersama pemerintah untuk mencapai tujuan perlindungan anak.

 

Menurut dia, PATBM sebagai wadah masyarakat menjadi wadah untuk melakukan kegiatan pencegahan, sosialisasi, pendampingan, dan pelaporan, termasuk membantu penjangkauan dengan pendampingan dari dinas terkait bersama Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak.

 

"Pemerintah berkomitmen untuk mewujudkan Kota Palu menjadi kota layak dan ramah anak sehingga peran para aktivis dalam menyuarakan pencegahan kekerasan terhadap anak sangat penting," katanya.

 

Dalam kesempatan itu, DP3A Kota Palu menggandeng Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Palu sebagai narasumber dalam memberikan edukasi kepada para aktivis PATBM.

 

Kepala LPKA Palu Revanda Bangun mengatakan peran masyarakat sangat penting, terutama aktivis PATBM atau pemerhati anak untuk terus menyuarakan anti kekerasan pada anak.

 

"Langkah yang perlu dilakukan sebagai aktivis pemerhati anak adalah dengan menggaungkan bahaya terhadap kekerasan pada anak, karena ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Dalam melindungi anak, orang dewasa di sekitarnya harus menjadi perisai, bukan perusak," kata Revanda.

 

Oleh karena itu, dia meminta kepada seluruh aktivis untuk terus mengawal pemenuhan hak-hak dan tumbuh kembang anak, serta turut andil dalam pencegahan kekerasan pada anak.*