Jakarta (ANTARA) - Tersangka kasus dugaan kepemilikan senjata api ilegal Kivlan Zen direncanakan dipertemukan (dikonfrontasi) dengan para saksi terkait dugaan aliran dana dari tersangka Habil Marati yang akan digunakan untuk membunuh empat tokoh nasional.
"Besok (Selasa) kemungkinan akan diadakan gelar perkara atau konfrontasi antara semua saksi-saksi yang terlibat saat itu. Mungkin pagi atau siang," kata kuasa hukum Kivlan Zen, Muhammad Yuntri, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin malam.
Menurut Yuntri, semua saksi, termasuk tersangka perencanaan pembunuhan, Iwan Kurniawan dan Habil Marati sendiri, akan dipertemukan dengan mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kaskostrad) itu untuk dimintai kesaksian tentang aliran dana dari Habil Marati.
"Semua, semua dan kalau itu tak terbukti pak Kivlan 'support' aliran dana untuk tujuan yang dituduhkan, baik pembunuhan dan pengadaan tersangka pembunuhan, bagi kita minta kasus pak Kivlan di SP3-kan, ditutup kasusnya," ucap Yuntri.
Adapun pada hari Senin ini, Kivlan menjalani pemeriksaan sebagai saksi tersangka Habil Marati untuk dimintai keterangan sebagai saksi terkait aliran dana yang didapatkannya dari tersangka dugaan percobaan pembunuhan tersebut sejak pukul 11:00 WIB.
Yuntri menyebut kliennya diberondong 23 pertanyaan. "Memang tadi pemeriksaan sudah selesai. pemeriksaan lumayan lama dari jam 11:00 WIB, istriahat beberapa kali, salat dan sebaginya kemudian selesai barusan. Tadi hanya konfirmasi tentang aliran dana," ujar Yuntri.
Yuntri menegaskan bahwa pihaknya membantah semua tuduhan keterlibatan aliran dana untuk memgeksekusi empat tokoh nasional tersebut.
"Jadi sudah kita bantah semua, tidak ada keterlibatan aliran dana yang mengarah kepada pembunuhan, pengadaan senjata tak ada itu semua. Yang ada untuk demo Supersemar," ucap Yuntri, menambahkan.
Pemeriksaan Kivlan ini, merupakan lanjutan pemeriksaan pada Jumat, 14 Juni 2019 lalu, di mana Mantan Kepala Staf Komando Strategis Angkatan Darat itu dicecar 11 pertanyaan terkait aliran dana yang diduga digunakan untuk membeli senjata api.
Sebelumnya, dari informasi yang beredar, Habil Marati disebut sebagai donatur eksekutor empat pejabat negara yang menjadi target pembunuhan. Ia menyerahkan uang Rp60 juta kepada para calon eksekutor.
Habil kini telah ditangkap polisi. Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya AKBP Ade Ary mengatakan Habil Marati berperan sebagai pemberi uang kepada mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen (Purn) Kivlan Zen sebesar 15 ribu dolar Singapura atau setara Rp150 juta.
Merujuk laporan Tempo, Kivlan memberikan uang itu kepada anak buahnya, Iwan Kurniawan alias Helmi Kurniawan untuk membeli senjata laras panjang dan pendek. Senjata itu disebut untuk menembak mati empat tokoh nasional dan satu pimpinan survei.
"Besok (Selasa) kemungkinan akan diadakan gelar perkara atau konfrontasi antara semua saksi-saksi yang terlibat saat itu. Mungkin pagi atau siang," kata kuasa hukum Kivlan Zen, Muhammad Yuntri, di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin malam.
Menurut Yuntri, semua saksi, termasuk tersangka perencanaan pembunuhan, Iwan Kurniawan dan Habil Marati sendiri, akan dipertemukan dengan mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kaskostrad) itu untuk dimintai kesaksian tentang aliran dana dari Habil Marati.
"Semua, semua dan kalau itu tak terbukti pak Kivlan 'support' aliran dana untuk tujuan yang dituduhkan, baik pembunuhan dan pengadaan tersangka pembunuhan, bagi kita minta kasus pak Kivlan di SP3-kan, ditutup kasusnya," ucap Yuntri.
Adapun pada hari Senin ini, Kivlan menjalani pemeriksaan sebagai saksi tersangka Habil Marati untuk dimintai keterangan sebagai saksi terkait aliran dana yang didapatkannya dari tersangka dugaan percobaan pembunuhan tersebut sejak pukul 11:00 WIB.
Yuntri menyebut kliennya diberondong 23 pertanyaan. "Memang tadi pemeriksaan sudah selesai. pemeriksaan lumayan lama dari jam 11:00 WIB, istriahat beberapa kali, salat dan sebaginya kemudian selesai barusan. Tadi hanya konfirmasi tentang aliran dana," ujar Yuntri.
Yuntri menegaskan bahwa pihaknya membantah semua tuduhan keterlibatan aliran dana untuk memgeksekusi empat tokoh nasional tersebut.
"Jadi sudah kita bantah semua, tidak ada keterlibatan aliran dana yang mengarah kepada pembunuhan, pengadaan senjata tak ada itu semua. Yang ada untuk demo Supersemar," ucap Yuntri, menambahkan.
Pemeriksaan Kivlan ini, merupakan lanjutan pemeriksaan pada Jumat, 14 Juni 2019 lalu, di mana Mantan Kepala Staf Komando Strategis Angkatan Darat itu dicecar 11 pertanyaan terkait aliran dana yang diduga digunakan untuk membeli senjata api.
Sebelumnya, dari informasi yang beredar, Habil Marati disebut sebagai donatur eksekutor empat pejabat negara yang menjadi target pembunuhan. Ia menyerahkan uang Rp60 juta kepada para calon eksekutor.
Habil kini telah ditangkap polisi. Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya AKBP Ade Ary mengatakan Habil Marati berperan sebagai pemberi uang kepada mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat Mayjen (Purn) Kivlan Zen sebesar 15 ribu dolar Singapura atau setara Rp150 juta.
Merujuk laporan Tempo, Kivlan memberikan uang itu kepada anak buahnya, Iwan Kurniawan alias Helmi Kurniawan untuk membeli senjata laras panjang dan pendek. Senjata itu disebut untuk menembak mati empat tokoh nasional dan satu pimpinan survei.