Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Kelompok wanita tani (KWT) Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, di Kecamatan Dolo terkendala air untuk melakukan kegiatan bercocok tanam.
"Air jadi masalah utama. Susah sekali dapat air. Karena itu tidak semua lahan pertanian bisa digarap," kata Ketua Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama Desa Langaleso, Lisma, Kamis.
Baca juga: Nelayan Palu-Donggala mulai melaut setelah dapat bantuan dari FAO
Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama beranggotakan 22 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Lahan garapan mereka seluas 11 hektare di Desa Langaleso.
Lisma menyebut, pascabencana gempa disertai likuefaksi hanya lima hektare lahan dari 11 hektare yang bisa digarap.
Itu pun, hanya mengandalkan suplai dari sumur dangkal, serta menunggu hujan kemudian lahan bisa digarap.Selain itu, meminjam dan menyewa alkon dan peralatan lainnya milik kelompok tani lain.
"Iya, jadi agar lahan bisa digarap maka harus usaha. Usaha itu berupa minjam atau membeli alkon. Selain itu menunggu hujan," sebut dia.
Baca juga: FAO kucurkan bantuan untuk petani dan nelayan di Sulawesi Tengah
Untuk mengolah dan memanfaatkan lahan 11 hektare, kata dia, tidak bisa hanya bergantung pada sumur dangkal. Karena sumur dangkal tidak banyak dibuat, hanya di beberapa titik.
Karena itu, sebut dia, yang paling dibutuhkan adalah air dan alkon. Sebab, masyarakat mayoritas bergantung pada sektor pertanian.
Lisma mulai menggarap lahan atau menjadi petani sejak ia menikah. Hal itu karena suaminya adalah seorang petani.
Terkait upaya bangkitkan kembali petani, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB atau FAO memberikan bantuan bibit jagung, cabai rawit dan tomat disertai pupuk kepada 10 kelompok tani atau 499 orang petani di Desa Langaleso. Dari sepuluh kelompok itu dua di antaranya merupakan kelompok wanita tani.
Jumlah total petani di Desa Langaleso sebanyak 597 orang yang tergabung dalam 11 kelompok tani. Dari 11 kelompok tani, terdapat tiga kelompok wanita tani.
Bantuan pupuk dari FAO, setiap petani mendapat satu karung isi 50 kg. Bibit jagung diberikan dua bungkus/orang, rica dua bungkus/orang, cabai tiga bungkus/orang, tomat bungkus/kelompok.
Baca juga: FAO bantu petani Pasigala jadikan hortikultura sumber pendapatan
Salah satu lahan pertanian yang di olah petani di Desa Kota Rindau Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, mengandalkan air dari sumur dangkal. Benih dan bibit pertanian di suplay oleh FAO. (ANTARA/Muhammad Hajiji)
"Air jadi masalah utama. Susah sekali dapat air. Karena itu tidak semua lahan pertanian bisa digarap," kata Ketua Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama Desa Langaleso, Lisma, Kamis.
Baca juga: Nelayan Palu-Donggala mulai melaut setelah dapat bantuan dari FAO
Kelompok Wanita Tani Mekar Bersama beranggotakan 22 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Lahan garapan mereka seluas 11 hektare di Desa Langaleso.
Lisma menyebut, pascabencana gempa disertai likuefaksi hanya lima hektare lahan dari 11 hektare yang bisa digarap.
Itu pun, hanya mengandalkan suplai dari sumur dangkal, serta menunggu hujan kemudian lahan bisa digarap.Selain itu, meminjam dan menyewa alkon dan peralatan lainnya milik kelompok tani lain.
"Iya, jadi agar lahan bisa digarap maka harus usaha. Usaha itu berupa minjam atau membeli alkon. Selain itu menunggu hujan," sebut dia.
Baca juga: FAO kucurkan bantuan untuk petani dan nelayan di Sulawesi Tengah
Untuk mengolah dan memanfaatkan lahan 11 hektare, kata dia, tidak bisa hanya bergantung pada sumur dangkal. Karena sumur dangkal tidak banyak dibuat, hanya di beberapa titik.
Karena itu, sebut dia, yang paling dibutuhkan adalah air dan alkon. Sebab, masyarakat mayoritas bergantung pada sektor pertanian.
Lisma mulai menggarap lahan atau menjadi petani sejak ia menikah. Hal itu karena suaminya adalah seorang petani.
Terkait upaya bangkitkan kembali petani, Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB atau FAO memberikan bantuan bibit jagung, cabai rawit dan tomat disertai pupuk kepada 10 kelompok tani atau 499 orang petani di Desa Langaleso. Dari sepuluh kelompok itu dua di antaranya merupakan kelompok wanita tani.
Jumlah total petani di Desa Langaleso sebanyak 597 orang yang tergabung dalam 11 kelompok tani. Dari 11 kelompok tani, terdapat tiga kelompok wanita tani.
Bantuan pupuk dari FAO, setiap petani mendapat satu karung isi 50 kg. Bibit jagung diberikan dua bungkus/orang, rica dua bungkus/orang, cabai tiga bungkus/orang, tomat bungkus/kelompok.
Baca juga: FAO bantu petani Pasigala jadikan hortikultura sumber pendapatan