Donggala, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Nelayan di Palu dan Donggala kembali melakukan kegiatan tangkap ikan di laut setelah mendapat bantuan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB atau FAO.
"Alhamdulillah dapat bantuan," ucap Ketua Kelompok Nelayan Butiti Desa Loli Pesua, Kecamatan Banawa, Donggala, Abtar, di Donggala, Rabu.
Terdapat 2.650 nelayan sebagai penerima manfaat dari FAO, terdiri dari 1.533 nelayan Donggala dan 1.117 nelayan di Kota Palu.
Abtar salah satu nelayan di Donggala mengaku bahwa alat tangkap ikan mulai dari perahu, mesin perahu, jaring dan sebagainya rusak serta hilang saat tsunami menghantam desanya pada 28 September 2018.
Karena itu, ia tidak lagi memiliki alat tangkap. Hal itu tidak membatasi dirinya untuk melakukan kegiatan tangkap. Hanya mengandalkan pancing manual, tanpa perahu Abtar kembali melakukan kegiatan tangkap setelah tiga bulan pascatsunami.
"Tapi kegiatan tangkap itu hanya di pesisir pantai. Saya hanya mencari ikan bukan untuk dijual, tapi untuk konsumsi rumah tangga," katanya.
Ia ingin kembali melaut. Karena, laut menjadi tempat ia bergantung mencari nafkah. Karena itu ia butuh bantuan lebih dari pemerintah atau pihak lainnya.
Tidak berbeda dengan Abtar, Agus Lawahi anggota Kelompok Nelayan Butiti Desa Loli Pesua ini juga mengalami hal yang sama.
"Karena masih trauma, hanya ikan untuk dimakan, bukan untuk dijual. Pergi melaut pakai perahu, tapi tidak jauh. Saya sebelumnya ada perahu satu unit, dibuat sendiri atau manual," sebut dia.
Sekitar dua pekan pascatsunami, atas desakan kebutuhan dan kondisi saat itu, mau tak mau Agus harus melaut. Ia bisa melaut karena mendapat pemberian perahu kayu oleh teman dekatnya.
Apa yang dialami oleh Agus dan Abtar, juga dirasakan oleh Ketua Kelompok Idaman Desa Loli Saluran, Donggala, Heris.
Heris tidak memiliki alat tangkap, setelah menyapu bersih bangunan gedung di pesisir pantai Desa Loli Saluran. Selain kehilangan alat tangkap, ia juga kehilangan tempat tinggal.
Kini Heris menghabiskan waktu sehari-harinya di rumah keluarga di Dusun I RT 002 Desa Loli Saluran.
"Saya nelayan, untuk sementara anak yang mencari nafkah. Anak saya menjadi buruh di perusahaan tambang di desa kami ini," ujar dia.
FAO juga memberikan bantuan kepada nelayan di tiga desa, meliputi Loli Saluran dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 24 orang dalam dua kelompok.
Kemudian, Loli Tasiburi, 65 orang lima kelompok dan Loli Pesua, sembilan orang satu kelompok. Jumlah keseluruhan nelayan penerima manfaat untuk Kecamatan Banawa, Donggala sebanyak 252 orang.
Selain itu, terdapat 164 orang nelayan atau sekitar 12 kelompok nelayan di Kelurahan Lere Kota Palu juga menerima bantuan dari FAO. Bantuan itu diserahkan secara simbolis kepada lima orang nelayan dari lima kelompok, masing-masing Ahyar dari Kelompok Nelayan Tenggiri Satu. Riskan, Kelompok Toveaku, Kelompok Marlin diwakili oleh Alfin. Selanjutnya, Kelompok Pajala Udang Satu diwakili oleh Jasman, dan Kelompok Kuda Laut diwakili oleh Mewar.
Baca juga: FAO bantu pulihkan nelayan Donggala dan Palu pascagempa
Baca juga: FAO ingin bantu 15.000 petani dan nelayan korban bencana Sulawesi Tengah
Baca juga: FAO pemulihan 70.000 petani-nelayan di Sulteng
Nelayan sebagai penerima alat tangkap ikan dari FAO, sedang mendorong perahu mereka ke darat, di pesisir Pantai Teluk Palu di Kelurahan Lere, Palu Barat, Kota Palu, Rabu. (ANTARA/Muhammad Hajiji)
"Alhamdulillah dapat bantuan," ucap Ketua Kelompok Nelayan Butiti Desa Loli Pesua, Kecamatan Banawa, Donggala, Abtar, di Donggala, Rabu.
Terdapat 2.650 nelayan sebagai penerima manfaat dari FAO, terdiri dari 1.533 nelayan Donggala dan 1.117 nelayan di Kota Palu.
Abtar salah satu nelayan di Donggala mengaku bahwa alat tangkap ikan mulai dari perahu, mesin perahu, jaring dan sebagainya rusak serta hilang saat tsunami menghantam desanya pada 28 September 2018.
Karena itu, ia tidak lagi memiliki alat tangkap. Hal itu tidak membatasi dirinya untuk melakukan kegiatan tangkap. Hanya mengandalkan pancing manual, tanpa perahu Abtar kembali melakukan kegiatan tangkap setelah tiga bulan pascatsunami.
"Tapi kegiatan tangkap itu hanya di pesisir pantai. Saya hanya mencari ikan bukan untuk dijual, tapi untuk konsumsi rumah tangga," katanya.
Ia ingin kembali melaut. Karena, laut menjadi tempat ia bergantung mencari nafkah. Karena itu ia butuh bantuan lebih dari pemerintah atau pihak lainnya.
Tidak berbeda dengan Abtar, Agus Lawahi anggota Kelompok Nelayan Butiti Desa Loli Pesua ini juga mengalami hal yang sama.
"Karena masih trauma, hanya ikan untuk dimakan, bukan untuk dijual. Pergi melaut pakai perahu, tapi tidak jauh. Saya sebelumnya ada perahu satu unit, dibuat sendiri atau manual," sebut dia.
Sekitar dua pekan pascatsunami, atas desakan kebutuhan dan kondisi saat itu, mau tak mau Agus harus melaut. Ia bisa melaut karena mendapat pemberian perahu kayu oleh teman dekatnya.
Apa yang dialami oleh Agus dan Abtar, juga dirasakan oleh Ketua Kelompok Idaman Desa Loli Saluran, Donggala, Heris.
Heris tidak memiliki alat tangkap, setelah menyapu bersih bangunan gedung di pesisir pantai Desa Loli Saluran. Selain kehilangan alat tangkap, ia juga kehilangan tempat tinggal.
Kini Heris menghabiskan waktu sehari-harinya di rumah keluarga di Dusun I RT 002 Desa Loli Saluran.
"Saya nelayan, untuk sementara anak yang mencari nafkah. Anak saya menjadi buruh di perusahaan tambang di desa kami ini," ujar dia.
FAO juga memberikan bantuan kepada nelayan di tiga desa, meliputi Loli Saluran dengan jumlah penerima manfaat sebanyak 24 orang dalam dua kelompok.
Kemudian, Loli Tasiburi, 65 orang lima kelompok dan Loli Pesua, sembilan orang satu kelompok. Jumlah keseluruhan nelayan penerima manfaat untuk Kecamatan Banawa, Donggala sebanyak 252 orang.
Selain itu, terdapat 164 orang nelayan atau sekitar 12 kelompok nelayan di Kelurahan Lere Kota Palu juga menerima bantuan dari FAO. Bantuan itu diserahkan secara simbolis kepada lima orang nelayan dari lima kelompok, masing-masing Ahyar dari Kelompok Nelayan Tenggiri Satu. Riskan, Kelompok Toveaku, Kelompok Marlin diwakili oleh Alfin. Selanjutnya, Kelompok Pajala Udang Satu diwakili oleh Jasman, dan Kelompok Kuda Laut diwakili oleh Mewar.
Baca juga: FAO bantu pulihkan nelayan Donggala dan Palu pascagempa
Baca juga: FAO ingin bantu 15.000 petani dan nelayan korban bencana Sulawesi Tengah
Baca juga: FAO pemulihan 70.000 petani-nelayan di Sulteng