Istanbul (ANTARA) - Menjadikan Irak sebagai zona perang antara Amerika Serikat dan Irak dapat merusak stabilitas di kawasan, ujar Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Dalam sebuah wawancara dengan CNN Turki, Erdogan mengatakan Turki sedang memantau secara serius mengenai dampak dari pembunuhan Kepala Pasukan Elit Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara oleh Amerika Serikat pada Jumat lalu.
Kepala Pasukan Elit Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara oleh Amerika Serikat terhadap konvoi petinggi militer itu di Bandara Baghdad, Jumat (3/1).
Selain Soleimani, komandan milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, juga terbunuh dalam serangan itu.
"AS dan Israel adalah musuh yang bertanggung jawab atas pembunuhan mujahidin Abu Mahdi al-Muhandis dan Qassem Soleimani," kata juru bicara kelompok payung Pasukan Mobilisasi Populer, Ahmed al-Assadi.
Dari Washington DC, AS, Pentagon memberikan pernyataan, "Serangan itu ditujukan untuk menghalangi rencana serangan oleh Iran pada masa depan."
Berdasarkan keterangan kelompok paramiliter Irak, tiga buah roket menghantam Bandara Internasional Baghdad sehingga menewaskan dua "tamu" serta lima orang lainnya yang merupakan anggota kelompok paramiliter itu.
Selain memakan korban jiwa, roket yang mendarat di dekat terminal kargo itu juga mengakibatkan dua unit kendaraan terbakar serta melukai sejumlah orang.
Soleimani, yang memimpin Pasukan Pengawal Revolusioner Iran untuk urusan luar negeri serta memegang peranan kunci dalam pertempuran di Suriah dan Irak, memperoleh ketenaran di dalam dan luar negeri.
Ia berperan dalam penyebaran pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah yang berusaha dikendalikan Amerika Serikat dan dua musuh Iran di kawasan, yaitu Arab Saudi dan Israel.
Baca juga: Kaepernick : AS penjajah atas pembunuhan Soleimani
Baca juga: Parlemen Irak bersidang untuk usir pasukan Amerika Serikatp
Baca juga: PM Irak tetapkan hari berkabung nasional bagi Soleimani
Dalam sebuah wawancara dengan CNN Turki, Erdogan mengatakan Turki sedang memantau secara serius mengenai dampak dari pembunuhan Kepala Pasukan Elit Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara oleh Amerika Serikat pada Jumat lalu.
Kepala Pasukan Elit Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara oleh Amerika Serikat terhadap konvoi petinggi militer itu di Bandara Baghdad, Jumat (3/1).
Selain Soleimani, komandan milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, juga terbunuh dalam serangan itu.
"AS dan Israel adalah musuh yang bertanggung jawab atas pembunuhan mujahidin Abu Mahdi al-Muhandis dan Qassem Soleimani," kata juru bicara kelompok payung Pasukan Mobilisasi Populer, Ahmed al-Assadi.
Dari Washington DC, AS, Pentagon memberikan pernyataan, "Serangan itu ditujukan untuk menghalangi rencana serangan oleh Iran pada masa depan."
Berdasarkan keterangan kelompok paramiliter Irak, tiga buah roket menghantam Bandara Internasional Baghdad sehingga menewaskan dua "tamu" serta lima orang lainnya yang merupakan anggota kelompok paramiliter itu.
Selain memakan korban jiwa, roket yang mendarat di dekat terminal kargo itu juga mengakibatkan dua unit kendaraan terbakar serta melukai sejumlah orang.
Soleimani, yang memimpin Pasukan Pengawal Revolusioner Iran untuk urusan luar negeri serta memegang peranan kunci dalam pertempuran di Suriah dan Irak, memperoleh ketenaran di dalam dan luar negeri.
Ia berperan dalam penyebaran pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah yang berusaha dikendalikan Amerika Serikat dan dua musuh Iran di kawasan, yaitu Arab Saudi dan Israel.
Baca juga: Kaepernick : AS penjajah atas pembunuhan Soleimani
Baca juga: Parlemen Irak bersidang untuk usir pasukan Amerika Serikatp
Baca juga: PM Irak tetapkan hari berkabung nasional bagi Soleimani