Palu (ANTARA) - Tim penyelamat buaya yang terlilit ban bekas dari Balai Konservasi Sumberdaya alam (BKSDA) Sulteng dan NTT serta Polairud Polda Sulteng, yang dibantu oleh ahli buaya asal Australia, akan menggunakan bantuan drone atau pesawat tanpa awak untuk menyelamatkan hewan reptil tersebut, pada Kamis sore.

Kali ini, pesawat tanpa awak tersebut diikat bersama umpan berupa ayam dan pelampung, dan diterbangkan mendekati target.

Umpan ayam tersebut diharapkan dapat dimangsa oleh hewan reptil tersebut. Sehingga, buaya berkalung ban dapat terindentifikasi keberadaannya dengan adanya pelampung yang sebelumnya diikatkan di ban tersebut.



''Saya berharap dengan drone itu, umpan dapat dimakan dan pada umpan itu ada pelampung yang nanti kita ikut pakai perahu,'' ungkap Matt Wright ahli buaya asal Australia.

Namun, kali ini cara tim penyelamat dengan menggunakan pesawat tanpa awak, lagi lagi tidak membuahkan hasil. Tim selanjutnya menyusuri kembali Sungai Palu dengan menggunakan perahu karet milik Polairud Polda Sulteng.

''Mudah-mudahan bisa menangkap secepatnya,” kata Matt Wright



Berbagai cara sudah dilakukan, oleh tim penyelamat, dari memasang perangkap di sekitar jembatan II Palu, menyusuri Sungai Palu menggunakan perahu karet, serta memasang jala. Namun, sampai saat ini belum juga membuahkan hasil.

Menurut tim ada beberapa faktor yang menjadi kendala saat proses evakuasi, seperti terlalu luasnya badan sungai, serta faktor ramainya warga Palu yang menyaksikan secara langsung proses evakuasi yang sudah berlangsung hampir sepekan itu.


 

Pewarta : Rangga Musabar
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024