Konflik Ukraina Meningkat Jadi Perang

id tank, tentara

Konflik Ukraina Meningkat Jadi Perang

ILUSTRASI

"Perang besar datang ke hadapan kami, perang --yang belum disaksikan oleh Eropa sejak Perang Dunia II," tulis Geletey di akun Facebook resminya.
Kiev (antarasulteng.com) - Menteri Pertahanan Ukraina Valeriy Geletey, Senin, mengatakan konflik di bagian timur negerinya antara tentara pemerintah dan gerilyawan pro-kemerdekaan telah meningkat jadi "perang".

"Perang besar datang ke hadapan kami, perang --yang belum disaksikan oleh Eropa sejak Perang Dunia II," tulis Geletey di akun Facebook resminya.

Geletey, yang menuduh Rusia memulai "penyerbuan berskala besar" ke Ukraina, mengumumkan berakhirnya operasi militer pemerintah di Ukraina Timur.

"Operasi untuk membebaskan Ukraina Timur ... sudah berakhir. Kami harus melakukan tindakan mendesak untuk melancarkan pertahanan melawan Rusia," kata Geletey.

Ia menuduh Moskow meningkatkan konflik di Wilayah Lugansk dan Donetsk, dan menyatakan Rusia "melalui saluran tak resmi" telah mengancam untuk menggunakan "senjata nuklir taktis" terhadap Ukraina.

Geletey memperkirakan jumlah korban jiwa akibat "perang" itu berjumlah "ribuan dan bahkan puluhan ribu orang", demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi. Ia menyerukan "konsoliasi" masyarakat Ukraina.

Pada Senin pagi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow takkan ikut campur secara militer dalam krisis yang berkecamuk di Ukraina, dan mendesak Amerika Serikat serta Uni Eropa agar membantu menghentikan Kiev menggunakan senjata berat.

Lavrov menyampaikan harapan bahwa Kelompok Kontak buat Ukraina, yang bertemu di Ibu Kota Belarusia, Minsk, Senin, terutama memusatkan perhatian pada "gencatan senjata segera dan tanpa syarat".

Pada pertengahan April, militer Ukraina melancarkan serangan terhadap gerilyawan untuk merebut kendali atas berbagai kota besar dan kecil yang dikuasai gerilyawan di bagian timur negeri tersebut.

Konslik bersenjata itu telah menewaskan sedikirnya 2.500 orang dan membuat ribuan orang lagi terusir dari rumah mereka. (Antara/Xinhua-OANA)
Penerjemah: Chaidar