Dubes RI: Kemitraan RI-Rusia diperlukan untuk hadapi perubahan strategis
Jakarta (ANTARA) - Duta Besar RI untuk Rusia dan Belarusia, Jose Tavares, menyebut hubungan kerja sama bilateral Indonesia dan Rusia diperlukan untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis global saat ini.
Berbicara secara virtual di hadapan civitas akademika Universitas Kristen Indonesia (UKI) dalam sebuah webinar, Jumat (15/1), Jose mengatakan relasi RI-Rusia telah terjalin lama dan baik, serta keduanya mempunyai visi yang sama atas isu global, misalnya penguatan sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Dunia saat ini tengah menghadapi ketidakpastian dan mengalami perubahan lingkungan strategis. Indonesia dan Rusia [...] perlu merespons hal tersebut dengan meningkatkan kemitraan bilateral," kata Jose, dikutip dari keterangan KBRI Moskow yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Lebih lanjut Jose menuturkan Rusia bahkan telah memberikan dukungannya sejak awal berdiri Republik Indonesia, seperti dengan "dukungan diplomatik, bantuan pasokan persenjataan serta penasihat militer Rusia pada dekade 1960-an" dalam upaya mengambil kembali Irian Barat atau Papua ketika itu.
Namun Jose juga mengakui bahwa hubungan Indonesia dan Rusia mengalami pasang surut.
"Hubungan bilateral mengalami surut pada sejak akhir 1960-an hingga 1980-an dengan latar Perang Dingin. Pemulihan hubungan bilateral yang dimulai dengan pertemuan Presiden Suharto dan Presiden Gorbachev pada tahun 1989 terus berlanjut hingga saat ini," kata Jose, dikutip dari keterangan yang sama.
"Dalam kerangka bilateral, potensi peningkatan kerja sama sangat besar, terutama di bidang perdagangan, investasi, pariwisata, serta menjadikan Rusia sebagai tempat untuk mempelajari sains dan teknologi tinggi," ujar dia menambahkan.
Untuk bidang pendidikan, pemerintah kedua negara menyediakan beasiswa satu sama lain. Pemerintah Rusia memberikan kuota 160 beasiswa tiap tahun bagi pemuda Indonesia untuk belajar di Rusia, sementara Indonesia juga memberikan beasiswa bagi pemuda Rusia dalam berbagai skema.
Berbicara secara virtual di hadapan civitas akademika Universitas Kristen Indonesia (UKI) dalam sebuah webinar, Jumat (15/1), Jose mengatakan relasi RI-Rusia telah terjalin lama dan baik, serta keduanya mempunyai visi yang sama atas isu global, misalnya penguatan sistem Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Dunia saat ini tengah menghadapi ketidakpastian dan mengalami perubahan lingkungan strategis. Indonesia dan Rusia [...] perlu merespons hal tersebut dengan meningkatkan kemitraan bilateral," kata Jose, dikutip dari keterangan KBRI Moskow yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu.
Lebih lanjut Jose menuturkan Rusia bahkan telah memberikan dukungannya sejak awal berdiri Republik Indonesia, seperti dengan "dukungan diplomatik, bantuan pasokan persenjataan serta penasihat militer Rusia pada dekade 1960-an" dalam upaya mengambil kembali Irian Barat atau Papua ketika itu.
Namun Jose juga mengakui bahwa hubungan Indonesia dan Rusia mengalami pasang surut.
"Hubungan bilateral mengalami surut pada sejak akhir 1960-an hingga 1980-an dengan latar Perang Dingin. Pemulihan hubungan bilateral yang dimulai dengan pertemuan Presiden Suharto dan Presiden Gorbachev pada tahun 1989 terus berlanjut hingga saat ini," kata Jose, dikutip dari keterangan yang sama.
"Dalam kerangka bilateral, potensi peningkatan kerja sama sangat besar, terutama di bidang perdagangan, investasi, pariwisata, serta menjadikan Rusia sebagai tempat untuk mempelajari sains dan teknologi tinggi," ujar dia menambahkan.
Untuk bidang pendidikan, pemerintah kedua negara menyediakan beasiswa satu sama lain. Pemerintah Rusia memberikan kuota 160 beasiswa tiap tahun bagi pemuda Indonesia untuk belajar di Rusia, sementara Indonesia juga memberikan beasiswa bagi pemuda Rusia dalam berbagai skema.