Pasangan penyanyi dan aktor yang baru menikah pada November 2020 ini berbincang dalam Instagram Live Kawal COVID-19, dikutip Sabtu, mengenai cara mereka menikmati kebosanan yang dirasakan selama berdiam diri di rumah.
"Kita embrace dulu rasa bosannya. Enggak apa-apa merasa bosan, justru kadang ide brilian itu datang pada saat kita bosan," kata Sherina.
Sherina dan Baskara sama-sama sedang mempelajari hal baru seperti mengedit video, tapi mereka juga memaklumi diri sendiri bila muncul perasaan tidak ingin melakukan apa-apa.
"Just take it slow... Yang paling penting itu survive di tahun seperti ini," ujar Sherina.
Baskara menambahkan, berada di rumah saja membuat mereka jadi mencoba permainan baru, termasuk puzzle berukuran besar yang rupanya seru untuk melewatkan waktu senggang.
"Enggak pegang elektronik selama tiga jam buat selesaikan puzzle-nya," tambah aktor "Bebas" itu.
Merampungkan proyek sekuel "Petualangan Sherina" juga salah satu kesibukan Sherina saat ini. Pandemi membuatnya punya lebih banyak waktu untuk meninjau ulang skenario dan memperbaiki bagian yang belum memuaskan.
Dia bersyukur bekerja bersama tim yang memahami bekerja dari rumah adalah alternatif aman untuk saat ini. Sherina bekerja bersama Mira Lesmana, Riri Riza, Jujur Prananto dan kakaknya, Virania Munaf, dalam mengembangkan skenario. Rapat rutin dilakukan secara daring untuk membahas hal-hal baru.
Proyek lainnya adalah film animasi dari studio Ghibli "Earwig and the Witch". Sherina jadi salah satu pengisi suara untuk bahasa Jepang, sebagai karakter ibu dari Earwig. Ia pun menyanyikan lagu-lagu karya Satoshi Takebe berjudul "Don't Disturb Me" dan "The World is In My Hands" dalam film tersebut.
Jauh sebelum pandemi menerjang, Sherina sudah bertolak ke Jepang untuk rekaman lagu film "Earwig and the Witch". Pada Januari 2020, dia kembali terbang ke Jepang untuk merekam dialog-dialog karakter.
"Sebelumnya Studio Ghibli ini sudah punya rencana bulan Mei mau ke Cannes Festival," kata Sherina. Namun pandemi membuat rencana itu buyar. Tapi setidaknya dia bersyukur produksi lagu untuk film animasi dari studio yang ia kagumi sudah dirampungkan sebelum pandemi.
Menikah dan bulan madu kala pandemi
Sebagai orang yang punya pilihan untuk berdiam diri di rumah, dia dan suami memilih untuk tidak bepergian bila tidak ada urusan penting. Pandemi COVID-19 juga membuat mereka mengubah rencana pernikahan menjadi jauh lebih intim dan melibatkan orang sesedikit mungkin.
Awalnya mereka berencana membuat acara di luar ruangan bersama segelintir keluarga, tapi jumlah kasus infeksi yang kian meningkat membuat mereka mengurungkan niat. Tak mau mengambil risiko, hari bahagia itu dirayakan di rumah dan hanya dihadiri oleh orangtua masing-masing, juga satu saksi dan penghulu.
Anggota keluarga lain menyaksikan kebahagiaan itu melalui aplikasi zoom. Sherina mengungkapkan, selama acara mereka tidak membuka masker kecuali pada sesi foto.
Beberapa hari sebelumnya mereka sudah melakukan tes usap PCR, dan semua orang yang datang sudah melakukan isolasi mandiri sebelumnya untuk memastikan keamanan.
Jika pandemi sudah berlalu, Sherina dan Baskara ingin menggelar pesta pernikahan yang bisa dirayakan bersama dua saudarinya yang tinggal di luar Indonesia, juga sahabat-sahabat terdekat agar mereka bisa berinteraksi tanpa takut membahayakan keselamatan masing-masing.
Bulan madu pun direncanakan secermat mungkin. Sebuah vila di Bali yang menerapkan protokol kesehatan ketat jadi pilihan, di mana mereka bisa mengakomodasi permintaan yang Sherina dan Baskara untuk sebisa mungkin tidak bersinggungan dengan orang lain.
Mobil menjadi transportasi pilihan, karena mereka belum nyaman untuk bepergian naik pesawat di mana kontak dengan orang lain tak terhindarkan. Perjalanan selama 20 jam dari Jakarta ke Bali dilewatkan hanya berdua saja.
Mereka menyiapkan bekal makanan seperti nasi goreng dan overnight oats yang disantap di dalam mobil. Ketika berada di kapal feri, mereka juga memilih untuk tetap berada di dalam mobil.
"Selama kita di Bali pun kita nggak ke restoran, beneran cuma di vila saja," kata Baskara.
Ajakan untuk bertemu dari teman-teman yang ada di Bali terpaksa mereka tolak demi kebaikan bersama. Setelah itu, rekan-rekan Sherina dan Baskara tampak sudah mengerti bahwa mereka saat ini memilih untuk menunda dulu pertemuan tatap mata sebelum pandemi mereda.
Keinginan untuk bercengkrama bersama sahabat harus dikesampingkan dulu, sebuah pengorbanan demi menekan penyebaran virus yang masih menghantui dunia.
"Karena saya enggak bisa menjamin kalau saya bebas dari kemungkinan terpapar jadi kita saling menjaga saja," jelas Sherina.
Terlebih, orang-orang terdekatnya punya penyakit komorbid alias penyakit penyerta yang lebih rentan bila terinfeksi virus corona. Sherina mengungkapkan, suaminya memiliki penyakit asma, sementara sang ibu baru didiagnosis mengidap kanker.
Di tengah keterbatasan ruang gerak, Sherina berusaha terus mendukung sang ibu menghadapi penyakit tersebut dengan menemaninya berobat. Namun belakangan dia mengurangi pertemuan karena ada pekerjaan yang mengharuskannya keluar rumah.
Dia pun lebih berhati-hati ketika bertemu ibunda agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan. Menjaga jarak dan memakai masker tetap ia jalani. Walaupun interaksi hangat untuk menemani orang yang dicintainya sulit dilakukan akibat pandemi, Sherina menebusnya dengan memanfaatkan teknologi sehingga bisa terus berkomunikasi sepuas hati.