Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengajak aparat pemerintahan belajar mitigasi bencana dari Soleman Kamenglet, ketua Rukun Tetangga di Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT) dalam menghadapi ancaman bencana yang telah menyelamatkan warganya.
"Tak bisa dibayangkan seandainya Soleman tidak menggedor-gedor rumah warga, bisa dipastikan jumlah korban jiwa akan lebih banyak.," kata Doni dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis.
Doni mengatakan apa yang dilakukan Soleman, sejalan dengan yang kerap diingatnya yakni para pejabat pemerintah terutama bupati, wali kota, camat dan kepala desa kiranya aktif mengikuti informasi cuaca oleh BMKG.
"Jika seandainya daerah terdampak, maka harus memberi info kepada warga," ujar Doni dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Kamis.
Doni menyebut cara penyampaian tersebut, misalnya jika malam, curah hujan tinggi, rumah di lereng atau kaki bukit sebaiknya agar mengungsi dulu agar bisa menghindari terjadi longsor, pohon tumbang.
Kemudian bagi yang rumahnya dekat sungai, lembah, sebaiknya mengungsi, mengamankan barang berharga, tambahnya.
"Setiap jam, harus ada piket, siaga, bergantian masyarakat membagi tugas, semacam siskamling bencana. Sehingga ketika ada potensi terjadi banjir bandang, masyarakat bisa mengetahui lebih dini," ujar Doni.
Doni mengatakan Soleman yang begitu cepat menyadari adanya kedatangan bencana, segera menggedor satu pintu rumah ke pintu rumah yang lain membangunkan tetangganya untuk segera mengevakuasi diri ke perbukitan, lantaran tinggi muka air yang semakin tinggi.
Meski hujan tidak juga berhenti, Soleman tetap meminta warganya bertahan di lokasi aman. Ia melarang warganya yang hendak pulang ke rumah, meski sekadar menengok.
Sehingga, sebanyak 45 KK yang terdiri atas 85 warga, berhasil selamat dari gelombang banjir yang melanda sekitar 2,5 jam setelahnya, atau sekitar pukul 07.00 WITA, berkat Soleman.
Kembali Doni menuturkan, sejatinya peran warga sangat besar dalam mengatasi bencana alam. Bahkan, 80 persen, Tindakan penyelamatan korban dilakukan oleh warga itu sendiri.
“Jadi budaya gotong royong harus dimasukkan dalam program mitigasi bencana,” ujar dia.