Bajawa (ANTARA) - Waktu menunjukkan pukul 06.00 Wita ketika motor melaju dengan kecepatan 30 km per jam menuju arah luar Kota Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Kabut terlihat mulai menyelimuti perjalanan. Udara dingin pun terasa menusuk tulang. Beberapa tetes embun terjatuh dari pepohonan di sepanjang hutan.
Sekitar 30 menit perjalanan, motor berhenti di parkiran pintu masuk. Tulisan "Kebun Raya Wolobobo Bajawa Flores" hampir tak terlihat karena ditutupi kabut. Beberapa orang terlihat mengatur jaket, memakai topi menutupi telinga, dan memperbaiki ikatan sepatu.
Kebun Raya Wolobobo di Desa Bomari, Kecamatan Bajawa, telah menjadi tujuan wisata di Kabupaten Ngada. Salah satu pilihan wisata yang bisa dinikmati, di antaranya mountain walk atau menyusuri jalan setapak menuju puncak bukit.
Dengan suasana yang masih diselimuti kabut, pemandu Kebun Raya Wolobobo bernama Mario telah bersiap menemani para pengunjung yang terlibat dalam ajang "Wolobobo Ngada Festival". Ratusan orang bersiap untuk menyusuri rute perjalanan sejauh dua kilometer.
Langkah pertama dimulai. Sekitar pukul 08.30 Wita, para peserta mulai menapaki beberapa anak tangga, lalu menyusuri setapak. Lebar jalan yang disiapkan sekitar satu meter, sehingga pengunjung disarankan berjalan berdua-duaan.
"Mountain walk" itu dinikmati oleh para peserta sembari menyusuri hutan Eucalyptus ditemani udara yang dingin. Pada beberapa titik, ada karung terikat pada pohon yang difungsikan sebagai tempat sampah. Dengan fasilitas yang disediakan itu, pengunjung pun tidak asal membuang sampah sembarangan.
Satu jam perjalanan, para peserta tidak lagi menapaki jalanan tanah, namun semakin mendaki ke atas puncak melalui anak-anak tangga dengan pembatas dari bambu. Beberapa pengunjung terlihat ngos-ngosan, kemudian mengambil jeda untuk beristirahat.
Sebagian lagi tetap anteng mendaki, berharap untuk segera sampai ke puncak. Sayang sekali, kali ini, Gunung Inerie yang sering menjadi landscape dalam susur setapak itu diselimuti kabut sehingga tak terlihat dengan jelas.
Setelah satu setengah jam perjalanan, sekira pukul 10.00 Wita, para pendaki tiba di atas puncak Wolobobo yang terletak pada ketinggian 1.700 mdpl. Kabut masih menyelimuti puncak bukit itu. Namun, perjalanan terasa sangat memuaskan karena pendakian itu menawarkan sensasi atraksi wisata baru.
Meski berkabut, para pengunjung tetap mengabadikan momen dalam jepretan kamera. Beberapa pengunjung juga memanfaatkan momen menunggang kuda yang disiapkan di atas puncak.
"Akhirnya tiba di puncak. Ini pengalaman pertama yang luar biasa," ucap Maria Elisabeth, yang masuk dalam rombongan pendaki, kepada ANTARA.
Kebun Raya Wolobobo
Bukit Wolobobo masuk dalam Kebun Raya Wolobobo yang menjadi pengawasan UPT Kebun Raya Wolobobo, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ngada. Kawasan Wolobobo telah ditetapkan Pemerintah Kabupaten Ngada sebagai kebun raya daerah nomor 41 di Indonesia.
Bupati Ngada Andreas Paru mengatakan fungsi dari kebun raya adalah untuk konservasi, penelitian, rekreasi, dan eduwisata.
Dalam kebun raya itu, ada lima zona yang disiapkan, yakni Zona Penerima, Zona Konservasi, Zona Pengelola, Zona Koleksi, dan Zona Wisata Alam. Namun, pengembangan baru dilakukan pada Zona Penerima yang dialokasikan untuk menerima dan memberikan pelayanan kepada pengunjung.
Zona Penerima memiliki luas 2,16 hektare dari total luas Kebun Raya Wolobobo 99 hektare. Zona Penerima meliputi gerbang, loket tiket, parkiran kendaraan pengunjung, papan nama, pusat informasi, deck view, dan jalan tersier.
Untuk menikmati suasana di Puncak Bukit Wolobobo, pengunjung harus membayar Rp10.000 untuk orang dewasa dan Rp5.000 untuk anak-anak. Semua penerimaan itu nantinya masuk sebagai pendapatan asli daerah (PAD) untuk Kabupaten Ngada.
Dinas Pariwisata Kabupaten Ngada mencatat Kebun Raya Wolobobo telah menjadi salah satu objek wisata yang dioptimalkan oleh pemerintah daerah.
Jumlah kunjungan wisatawan ke Kebun Raya Wolobobo pada tahun 2022 dinilainya cukup tinggi, yakni 24.8451 orang. Jumlah itu terbagi menjadi 23.618 wisatawan Nusantara dan 1.233 wisatawan mancanegara.
Wolobobo Ngada Festival
Wolobobo Ngada Festival Tahun 2023 merupakan salah satu ajang di Indonesia yang lolos kurasi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Kegiatan serupa pernah dilakukan pada tahun 2022 dengan sumber pembiayaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Ngada.
Dalam dua tahun penyelenggaraan "Wolobobo Ngada Festival", mountain walk di Bukit Wolobobo masuk dalam rangkaian kegiatan.
Menurut Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), mountain walk menjadi atraksi wisata yang baru, yakni wisata olahraga berbasis alam dan budaya.
Mountain walk itu pun dapat menjadi acuan bagi para traveler untuk merancang perjalanan menantang dan menyenangkan saat berada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bukit Wolobobo menyajikan suguhan alam yang indah. Pemkab Ngada berharap momen Wolobobo Ngada Festival dapat menjadi ajang untuk mempromosikan Wolobobo lebih luas ke nasional dan internasional.
Kawasan Wolobobo dapat terus dikembangkan ke depan, sehingga ada manfaat dan dampak yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar lokasi itu.
Karena itu perlu adanya partisipasi semua pihak agar berkolaborasi untuk memelihara dan mengembangkan kawasan alam yang telah menjadi tujuan wisata favorit itu.
"Wolobobo Ngada Festival" juga diupayakan menjadi ruang inspirasi dan kreativitas bagi masyarakat dan menjadi pendorong agar Kabupaten Ngada menjadi daerah wisata yang inovatif dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman.