Arcandra Tahar ungkap rahasia mahalnya eksplorasi "rahasia tuhan"

id Arcandra, Tahar

Arcandra Tahar ungkap rahasia mahalnya eksplorasi "rahasia tuhan"

Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar (ANTARA/Widodo S. Jusuf)

Jika saat mencari tersebut ternyata tidak ditemukan minyak maka uang Rp13 triliun tadi sudah jadi abu, tidak berbekas sama sekali
Padang (antarasulteng.com) - Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menyatakan biaya eksplorasi minyak yang disebutnya sebagai "rahasia tuhan" dalam rangka mencari cadangan baru itu mahal karena tingkat kesulitannya tinggi dan harus menggunakan teknologi mutakhir.

"Sekali mencari minyak di laut dalam, satu bor biayanya bisa sampai 250 juta dolar Amerika Serikat, biasanya dibutuhkan tiga sampai empat kali pencarian dengan total biaya mencapai Rp13 triliun," kata dia di Padang, Kamis, dalam kuliah umum bertema "Kebijakan Strategis Industri Migas Indonesia Perspektif Ekonomi dan Teknologi" di Universitas Andalas.

Oleh sebab itu, kata dia, minyak adalah rahasia Tuhan sehingga perusahaan hebat dengan teknologi canggih dan orang-orang terbaik dalam mencari minyak pun hanya satu kali berhasil mendapatkan minyak setelah lima kali mencarinya.

"Jika saat mencari tersebut ternyata tidak ditemukan minyak maka uang Rp13 triliun tadi sudah jadi abu, tidak berbekas sama sekali," kata Arcandra. "Pertanyaannya apakah ada orang Indonesia yang berani menanamkan uang Rp13 triliun dengan asumsi kalau dapat minyak oke, kalau tidak ketemu tidak apa-apa, hampir dipastikan tidak ada yang mau!"

Ia mengatakan karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mencari minyak, maka pihak yang berani melakukan itu dan siap dengan risiko kehilangan uang luar biasa banyak jika minyak tidak ditemukan adalah perusahaan asing.

"Kita butuh minyak, tapi tidak mau menanamkan uang diawal sebagai investasi, akhirnya pilihan jatuh pada investasi asing," ujar Arcandra.

Dia mengungkapkan, ada 70 eksplorasi minyak di Indonesia pada 2012, namun hingga 2016 turun sampai 16.

Ia mengatakan penyebab turunnya eksplorasi adalah pembubaran BP Migas dan PP 79 tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Perpajakan Bagi Industri Hulu Migas.

"Jadi sewaktu kegiatan eksplorasi yang memiliki risiko tinggi, belum tentu perusahaan minyak (yang) dapat minyak sudah dikenakan pajak sehingga perusahaan asing memilih hengkang," katanya. "Oleh sebab itu dalam waktu dekat kami akan merevisi PP 79 tahun 2010 tersebut agar eksplorasi meningkat."

Dia menyebutkan saat ini Indonesia memiliki cadangan minyak 3,8 miliar barel dengan produksi 800 ribu barel per hari.

"Beranjak dari kondisi ini maka minyak hanya bisa diproduksi sampai 12 tahun lagi, sementara cadangan minyak dunia sekitar 50 tahun lagi," ujar dia.

Ia menyatakan cadangan minyak yang dimiliki Indonesia saat ini ada di laut dalam, Indonesia Deepwater Development (IDD), di Selat Makasar, Blok Masela dan beberapa di Natuna.