Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu hilirisasi industri kakao dan rumput laut dengan dukungan sumber daya manusia (SDM) mumpuni lewat Balai Diklat Industri (BDI) di Makassar yang rutin menyelenggarakan kegiatan Diklat 3 in 1 produk kakao dan rumput laut.
Industri kakao dan rumput laut terus digenjot hilirisasinya lantaran Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia, dengan total produksi 739.483 ton.
Sedangkan, untuk capaian nilai ekspor produk kakao olahan nasional pada tahun 2020 sebesar 1,12 miliar dolar AS atau naik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 1,01 miliar dolar AS.
Adapun pengembangan hilirisasi industri pengolahan kakao diarahkan untuk menghasilkan bubuk cokelat, lemak cokelat, makanan dan minuman dari cokelat, suplemen dan pangan fungsional berbasis kakao, serta pengembangan cokelat artisan. Beberapa cokelat artisan Indonesia bahkan sudah mulai masuk tahapan craft chocolate.
Craft chocolate dibuat oleh chocolate maker yang akan mengontrol mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi hingga produk akhir. Peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) cokelat artisan ini yang juga ditingkatkan oleh Kementerian Perindustrian dengan melibatkan chocolate maker dan para ahli cokelat artisan.
Pengolahan kakao menjadi bisnis bagi pelaku IKM nasional yang berkembang dan saat ini sudah mampu bergerak pada pengolahan biji kakao menjadi cokelat.
Sementara itu, industri rumput laut sendiri menjadi komoditas yang memiliki banyak produk-produk turunan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan nilai tambah. Saat ini, Indonesia menjadi penghasil rumput laut terbesar nomor dua di dunia.
Selain itu, Indonesia merupakan negara eksportir karagenan keenam di dunia, dan negara eksportir agar ketujuh di kancah global. Negara tujuan ekspor produk olahan rumput dari Indonesia, antara lain ke China, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.
Pada tahun 2023, Kemenperin menargetkan sebanyak 26.050 orang akan mengikuti pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan atau melalui Diklat 3 in 1, untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing dalam hilirisasi industri.
"Penyelenggaraan Diklat 3 in 1 tentu menjawab tantangan industri saat ini. Melalui pelatihan yang diberikan akan mempersiapkan SDM yang mampu menjawab tantangan market yang dinamis," imbuhnya.
Masrokhan menjelaskan, peserta Diklat 3 in 1 tidak hanya para pekerja yang sudah terampil di industri tersebut, tetapi juga mereka yang mau mengembangkan kembali usaha orang tua atau baru memulai usaha yang berasal dari usia produktif.
"Para peserta usia produktif yang mengikuti pendidikan dan pelatihan Diklat 3 in 1 ini diharapkan mampu memiliki mental entrepreneur. Jadi, setelah dilakukan pendampingan selanjutnya disiapkan untuk memiliki legalitas izin berusaha dan memiliki standardisasi hasil olahan yang telah dibuat dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan," kata Masrokhan.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan hilirisasi memiliki dampak positif terhadap perekonomian nasional, selain dapat meningkatkan nilai tambah, juga mampu menekan produk impor.
"Pengembangan industri penghiliran juga sudah terlihat hasilnya, yaitu produk hasil manufaktur Indonesia yang telah masuk dalam bagian global value chain. Hilirisasi telah menciptakan sejumlah dampak positif bagi perekonomian Indonesia, di antaranya membuka kesempatan kerja secara signifikan," tutur Agus.