Jakarta (ANTARA) - Ekonom dari Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan pemerintah perlu terus menjaga pertumbuhan ekonomi untuk mendukung stabilitas nilai tukar (kurs) rupiah.
"Sentimen global dan domestik mempengaruhi depresiasi rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah erat kaitannya dengan perkembangan perekonomian dan sentimen di pasar keuangan, baik dari sisi global maupun domestik," kata Reny kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Ia menuturkan perkembangan perekonomian Amerika Serikat (AS) dan kebijakan bank sentral AS atau The Fed menjadi faktor eksternal utama yang mempengaruhi pergerakan mata uang global, termasuk rupiah.
Selama bertahun-tahun, jika terdapat potensi perbaikan perekonomian AS atau kebijakan bank sentral AS yang bernada hawkish, maka peluang penguatan dolar AS semakin besar sehingga memberikan tekanan terhadap rupiah.
Dari dalam negeri, kondisi fundamental, arah aliran dana asing, dan prospek pertumbuhan ekonomi turut menentukan perubahan nilai tukar rupiah. Inflasi yang tinggi berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah karena dapat menurunkan daya beli masyarakat serta meningkatkan barang dan jasa.
Faktor dalam negeri seperti defisit neraca perdagangan, kebijakan moneter, inflasi, kinerja perekonomian dalam negeri, faktor politik, dan stabilitas sosial dapat melemahkan nilai tukar rupiah.
"Pemerintah dan otoritas terkait harus memantau dan mengelola faktor-faktor tersebut untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tuturnya.
Menurut dia, rupiah kerap melemah pascalibur Idul Fitri dalam satu dekade terakhir. Secara historis, perkembangan global dan domestik mengiringi fluktuasi nilai tukar rupiah sebelum dan sesudah libur Idul Fitri.
"Dalam sepuluh tahun terakhir, dalam tujuh kali hari perdagangan setelah libur Idul Fitri, rupiah rata-rata melemah sebesar 0,44 persen dibandingkan nilai rupiah sebelum hari raya," ujarnya.
Ia mengatakan kenaikan indeks dolar AS tidak selalu berkorelasi dengan melemahnya rupiah. Dari pantauan terhadap pergerakan indeks dolar sebelum dan sesudah Hari Raya Idul Fitri, terlihat bahwa indeks dolar AS seringkali bergerak stabil atau hanya berubah sekitar 0,1 persen.
Namun, momen pelemahan rupiah relatif tinggi pada 2022 seiring dengan kenaikan indeks dolar AS yang juga menembus level di atas 100.
Berita Terkait
Sulteng Expo wujud nyata komitmen majukan ekonomi
Sabtu, 27 April 2024 14:26 Wib
Sulawesi Tengah promosikan enam sektor unggulan lewat Sulteng Expo
Jumat, 26 April 2024 14:29 Wib
Bupati Parigi Moutong: Otonomi daerah berkelanjutan menuju ekonomi hijau
Jumat, 26 April 2024 1:12 Wib
BKPM: Perusahaan PMA dan PMDN kolaborasi UMKM untuk penguatan ekonomi
Jumat, 26 April 2024 1:10 Wib
Bank Indonesia Sulteng: KKST puncak kampanye Gernas Bangga Buatan Indonesia
Rabu, 24 April 2024 14:59 Wib
Menhub: Bandara Panua Pohuwato untuk perkuat ekonomi Gorontalo
Selasa, 23 April 2024 10:07 Wib
Pemkot Palu sita sebanyak 49 tabung elpiji bersubsidi dari pengecer
Kamis, 18 April 2024 22:35 Wib
Pemkot-Palu terbitkan aturan terkait distribusi elpiji subsidi
Rabu, 17 April 2024 16:38 Wib