Organisasi Kerja Sama Shanghai adopsi deklarasi pada KTT Astana
Astana (ANTARA) - KTT Kepala Negara Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) ke-24 berakhir pada Kamis (4/7), di Astana, ibu kota Kazakhstan, dengan diadopsinya Deklarasi Astana.
Deklarasi tersebut menekankan komitmen kelompok tersebut untuk membangun tatanan dunia yang lebih representatif, demokratis, adil dan multipolar.
Laporan tersebut menyoroti bahwa kerja sama di dalam organisasi tersebut dapat menjadi dasar bagi arsitektur keamanan yang setara dan tidak dapat dipisahkan di Eurasia.
Deklarasi itu menekankan pentingnya meningkatkan peran SCO dalam perdamaian, keamanan dan stabilitas global, dan menganjurkan tatanan internasional politik dan ekonomi baru yang adil dan demokratis.
Perjanjian itu menekankan prinsip-prinsip integritas teritorial, non-intervensi dalam urusan dalam negeri, dan tidak menggunakan kekuatan sebagai hal yang penting untuk hubungan internasional yang berkelanjutan.
Deklarasi tersebut menegaskan kembali komitmen negara-negara anggota terhadap penyelesaian perselisihan secara damai melalui dialog dan konsultasi.
Hal itu menggarisbawahi perlunya menghormati hak anggota SCO untuk secara mandiri memilih jalur pembangunan politik dan sosial ekonomi mereka.
Selain itu, negara-negara anggota memutuskan untuk meningkatkan potensi dan pengaruh internasional kelompok tersebut, dan menyebutnya sebagai organisasi penting di dunia multipolar.
Dalam KTT tersebut, Belarus diterima sebagai anggota penuh dan China mengambil alih jabatan presiden bergilir kelompok tersebut. KTT dua hari itu dimulai pada Rabu (3/7) di ibu kota Kazakhstan, Astana.
Organisasi itu didirikan pada tahun 2001 di Shanghai. Awalnya terdiri dari enam negara: Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, China, Tajikistan dan Uzbeksitan. Pada 2017, India dan Pakistan bergabung diikuti oleh Iran pada 2023.
Ada dua negara pengamat lainnya, Afganistan dan Mongolia, serta 14 mitra dialog, termasuk Turki, yang pada pertemuan puncak tahun ini diwakili oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Sumber: Anadolu
Deklarasi tersebut menekankan komitmen kelompok tersebut untuk membangun tatanan dunia yang lebih representatif, demokratis, adil dan multipolar.
Laporan tersebut menyoroti bahwa kerja sama di dalam organisasi tersebut dapat menjadi dasar bagi arsitektur keamanan yang setara dan tidak dapat dipisahkan di Eurasia.
Deklarasi itu menekankan pentingnya meningkatkan peran SCO dalam perdamaian, keamanan dan stabilitas global, dan menganjurkan tatanan internasional politik dan ekonomi baru yang adil dan demokratis.
Perjanjian itu menekankan prinsip-prinsip integritas teritorial, non-intervensi dalam urusan dalam negeri, dan tidak menggunakan kekuatan sebagai hal yang penting untuk hubungan internasional yang berkelanjutan.
Deklarasi tersebut menegaskan kembali komitmen negara-negara anggota terhadap penyelesaian perselisihan secara damai melalui dialog dan konsultasi.
Hal itu menggarisbawahi perlunya menghormati hak anggota SCO untuk secara mandiri memilih jalur pembangunan politik dan sosial ekonomi mereka.
Selain itu, negara-negara anggota memutuskan untuk meningkatkan potensi dan pengaruh internasional kelompok tersebut, dan menyebutnya sebagai organisasi penting di dunia multipolar.
Dalam KTT tersebut, Belarus diterima sebagai anggota penuh dan China mengambil alih jabatan presiden bergilir kelompok tersebut. KTT dua hari itu dimulai pada Rabu (3/7) di ibu kota Kazakhstan, Astana.
Organisasi itu didirikan pada tahun 2001 di Shanghai. Awalnya terdiri dari enam negara: Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, China, Tajikistan dan Uzbeksitan. Pada 2017, India dan Pakistan bergabung diikuti oleh Iran pada 2023.
Ada dua negara pengamat lainnya, Afganistan dan Mongolia, serta 14 mitra dialog, termasuk Turki, yang pada pertemuan puncak tahun ini diwakili oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Sumber: Anadolu