Jakarta (antarasulteng.com) - Tren berputar seperti roda, popularitas pashmina yang banyak dipakai para muslimah Tanah Air mulai bergeser ke kerudung segi empat yang sempat ditinggalkan, kata perancang Dian Pelangi.
Mengapa kerudung segi empat kembali dicari?
"Orang kalau punya baju bisa satu, tapi scarf banyak karena gampang ganti-ganti. Bisa punya motif yang sama dengan beberapa warna berbeda," kata Dian usai kampanye #CantikdariHati bersama Wardah di Jakarta, Sabtu petang.
Selain alasan mix-match yang gampang, kerudung segi empat dinilai sejalan dengan keinginan perempuan untuk tampil lebih praktis namun modis.
"Tren scarf segiempat balik lagi, simpel, modelnya enggak terlalu banyak, tapi bisa dibuat bergaya."
Kerudung segi empat yang dimaksud Dian adalah print scarf dengan corak beragam. Meski banyak label yang mengeluarkan berbagai print scarf, Dian masih berpegang teguh pada ciri khasnya yang menggunakan teknik pewarnaan ikat celup alias tie-dye.
Desainer 26 tahun itu baru saja meluncurkan koleksi kerudung segi empat dengan pewarnaan ikat celup (tie-dye) hasil kolaborasi dengan brand kosmetik Wardah.
"Di tengah gempuran print scarf, saya ingin tetap ada nilai tradisional yang menekankan pada handmade," kata Dian yang bekerjasama dengan pengrajin Pekalongan untuk membuat kerudung segi empat ikat celup.
Dian menabahkan, bukan berarti dia berpendapat bahwa print scarf "membunuh" kreasi pengrajin lokal. Tapi alangkah lebih baiknya bila keduanya berjalan beriringan.
Editor: Ruslan Burhani