Morowali (ANTARA) - Amanat Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa proses hilirisasi seharusnya dilaksanakan untuk kesejahteraan rakyat seluas-luasnya. Nikel, salah satu komoditas strategis yang kini dijadikan prioritas hilirisasi. Menciptakan nilai tambah dan langkah menuju industrialisasi.
Tahun 2015, Presiden Joko Widodo meresmikan PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) salah satu perusahaan industri pengelolaan nikel. 2019, IMIP ditetapkan sebagai proyek strategis nasional dan sebagai objek vital nasional.
Dengan luasan areal sekitar 4.000 hektare di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Kini IMIP telah memiliki total 84.336 karyawan.
Dari tahun ke tahun, nilai investasi di kawasan IMIP terus mengalami peningkatan. 20,9 Miliar akumulasi investasi di IMIP dari tahun 2015 hingga 2022. Hingga bulan Mei 2024, nila tersebut terus bertambah dan tembus diangka 31,68 miliar dolar AS..
Tren kenaikan investasi ini menjadi motor perekonomian di Morowali. Sejumlah fasilitas publik, layanan kesehatan dibangun. Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga meningkat. PAD Morowali per Juni 2024 sebesar Rp 346,381 miliar.
"Dana investasi yang terkumpul dimanfaatkan untuk sejumlah pembangunan infrastruktur, sarana, dan prasarana penunjang kawasan seperti saluran air, jembatan, dan sebagainya," ucap Emilia Bassar, Direktur Komunikasi PT. IMIP.
Magnet Investasi untuk ekonomi masyarakat Bahodopi
Bahodopi, salah satu Kecamatan di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah. Bak daerah tak bertuan, jauh dari keramaian, gelap jadi gambaran wilayah tersebut sebelum ada kawasan Industri IMIP.
Sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan menjadi mata pencarian warga Bahodopi. Namun, hal tersebut berubah setelah hadirnya IMIP.
Tercatat, terdapat ratusan ribu UMKM baru yang muncul. Multiplier effect dari keberadaan Kawasan Industri.
Pemicunya tak lain adalah Investasi. Mata pencaharian penduduk pun ikut berubah. Yang dulunya sawah dan kebun kini disulap menjadi kos-kosan ataupun hunian menampung migrasi pekerja yang datang dari Sulawesi, Jawa, Maluku, Sumatera bahkan Papua.
"Sebagian dari mereka juga beralih profesi sebagai supplier bahan makanan yang akan dikonsumsi oleh karyawan. Sebagian lainnya memilih untuk menjadi pekerja," ujar Emilia.
Tentu, tidak hanya sisi positif dari adanya investasi, tetapi dampak negatif pun juga ada, karena diakibatkan oleh aktivitas pabrik.
Tak mau tutup mata, IMIP melakukan berbagai langkah guna meminimalisir efek dari aktivitas pabrik demi menciptakan sebuah industri yang ramah lingkungan.
IMIP terus berupaya mendukung dan peduli terhadap permasalahan lingkungan baik itu di dalam maupun di luar kawasan industri.
Beberapa langkah yang dilakukan oleh IMIP yaitu pertama adalah mendukung kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) sebagai moda transportasi yang umum yang digunakan di area industri.
Dimana, hal tersebut juga sekaligus mendukung program transisi energi yang tengah digalakkan pemerintah.
Penggunaan EV tersebut juga dilanjutkan dengan pembangunan pabrik-pabrik pendukung dari kluster kendaraan listrik dalam rangka membangun ekosistem kluster.
Yang kedua yaitu mengembangkan pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan, seperti dengan tenaga gas (PLTG), surya panel (PLTS), dan juga tenaga air (PLTA) untuk pasokan listrik di kawasan industri.
Saat ini, PLTS yang dibangun di kawasan IMIP memiliki kapasitas 200 MW di area seluas 224,73 hektare.
Saat ini pun juga ada program PT IMIP untuk transisi energi PLTG yang salah satu tenant mempunyai PLTU Gas Buang di kawasan industri IMIP di Morawali.
Tidak hanya itu, IMIP juga berupaya mengurangi emisi karbon, dengan melakukan pengelolaan dan pengawasan kualitas udara dan limbah lainnya. Hal ini dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.
Selain itu, IMIP juga melakukan penanaman mangrove dan melindungi terumbu karang dengan transplantasi khususnya di Kepulauan Sombori. Hal ini sebagai upaya melindungi makhluk hidup di area sekitar industri.
Di luar itu, IMIP juga merehabilitasi lahan tambang yang telah mencapai 270 hektare dan melakukan penghijauan di area industri maupun di luar area industri.
"Kami terus berkomitmen untuk menjaga lingkungan baik itu di dalam maupun di luar dari kawasan industri PT. IMIP," ucap Emilia Bassar, Direktur Komunikasi PT IMIP.
Visi Masyarakat sejahtera
Kehadiran IMIP sebagai perusahaan industri pengelolaan nikel terarah untuk menyejahterakan masyarakat. Hal itu seperti yang tertuang dalam visi yaitu Menjadikan Kawasan Industri yang Terintegrasi, Nyaman, Kompetitif, dan Berwawasan Lingkungan.
“Dalam misi dan nilai perusahaan yakni bagaimana IMIP bisa memfasilitasi perkembangan usaha masyarakat lokal dan memberi kontribusi nyata bagi masyarakat setempat,” ucap Manager Media Relation PT IMIP, Dedy Kurniawan.
“Ada karyawan IMIP yang dulunya guru honorer, kini mampu meningkatkan kualitas hidupnya dan rumah tangganya,” tambahnya.
Selain itu, Tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR), juga terus disalurkan IMIP disejumlah desa lingkar industri. CSR tersebut terdiri dari sejumlah pilar meliputi kewirausahaan, pertanian, kesehatan dan lain-lain.