Moskow (ANTARA) - Amerika Serikat (AS) tidak berencana melakukan operasi militer darat di Yaman, namun serangan udara akan terus dilakukan hingga kelompok Ansar Allah (Houthi) kehilangan kemampuan untuk mempengaruhi lalu lintas maritim di kawasan tersebut, kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada Minggu.
Sebelumnya pada hari yang sama, anggota senior biro politik Houthi, Hezam al-Asad, mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Ansar Allah tidak akan mengadakan perundingan apa pun dengan AS hingga mereka membalas serangan udara Amerika terhadap wilayah Yaman.
"Kami tidak akan membiarkan mereka (Houthi) menentukan kapal mana yang boleh melintas dan mana yang tidak. Jadi, berapa lama serangan udara ini akan berlangsung? Ini akan terus dilakukan sampai mereka tidak lagi memiliki kemampuan untuk melakukannya," kata Rubio kepada CBS.
Ketika ditanya apakah AS mempertimbangkan serangan darat terhadap Houthi, Rubio menjawab, "Saya belum mendengar adanya pembicaraan tentang serangan darat. Saya rasa saat ini itu tidak diperlukan," namun ia menambahkan bahwa keputusan akhir ada di tangan militer.
Pada Sabtu, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia telah memerintahkan militer AS untuk melakukan "tindakan militer yang tegas dan kuat terhadap teroris Houthi di Yaman."
Trump juga mendesak Iran untuk segera menghentikan dukungan terhadap Houthi serta tidak mengancam rakyat dan presiden AS.
Serangan udara AS menargetkan ibu kota Yaman, Sanaa, di bagian utara negara itu, serta Provinsi Marib di timur laut.
Kementerian Kesehatan Ansar Allah melaporkan bahwa serangan udara AS telah menewaskan 50 orang dan melukai 101 lainnya.
Sumber: Sputnik-OANA